Jumat, 30 Oktober 2015

Mendengarkan Siaran Radio/Televisi

Mendengarkan Siaran Radio/Televisi

1. Teknik Mendengarkan Siaran Radio/Televisi
Agar proses kegiatan mendengarmu tidak sia-sia, maka kamu perlu memerhatikan beberapa hal. Hal ini bertujuan agar kamu dapat menanggapi siaran berita radio/televisi dengan baik. Hal yang perlu kamu perhatikan adalah sebagai berikut.
a. Konsentrasilah pada siaran yang akan kamu dengarkan.
b. Gunakan indra pendengaranmu dengan penuh saksama.
c. Dengarkan siaran pembacaan berita secara utuh.
d. Setelah itu, buat kata-kata kunci/catatan kecil mengenai isi berita.
e. Tulislah pokok-pokok isi beritanya.

2. Menanggapi Isi dari Siaran Berita
Setelah mendengarkan sebuah siaran berita, dapatkah kamu menanggapi isinya? Isi sebuah siaran berita dapat kamu tanggapi berdasarkan pokok-pokok beritanya. Untuk menemukan pokok-pokok isi berita dapat kamu cari dengan dua langkah, yaitu sebagai berikut.
a. Metode 5W + 1H, yaitu What (apa) beritanya, Where (di mana) berlangsung, When (kapan) terjadinya, Who (siapa) pelakunya, Why (mengapa), dan How (bagaimana).
b. Menemukan pokok-pokok pikiran setiap paragraf/bagiannya.
Berdasarkan pokok-pokok berita tersebut, kamu dapat memberikan tanggapan terhadap berita tersebut. Bagaimana cara menanggapi sebuah berita (informasi)? Santun memberikan tanggapan meliputi sebagai berikut.
a. Mendukung pendapat yang diterima dengan alasan yang masuk akal.
b. Dukungan disampaikan secara wajar dan tidak berlebihan.
c. Menunjukkan hal-hal yang baik, unggul, dan bermanfaat.
d. Pendapat yang disampaikan benar-banar baik sesuai topik dan tidak ikut-ikutan.

Menulis Paragraf Naratif

Menulis Paragraf Naratif

1. Pengertian Paragraf Naratif
Paragraf naratif pada hakikatnya adalah karangan yang berisi rangkaian peristiwa yang membentuk suatu jalinan cerita. Karangan jenis ini bersifat kisahan suatu peristiwa yang disusun secara urut.

2. Jenis Paragraf Naratif
Paragraf naratif terbagi menjadi dua jenis, yakni naratif fiksi dan naratif nonfiksi. Naratif fiksi adalah narasi yang mengisahkan peristiwa-peristiwa imajinatif/khayal. Naratif jenis fiksi biasanya digunakan dalam penulisan novel, cerpen, atau dongeng. Naratif nonfiksi adalah narasi yang mengisahkan peristiwaperistiwa faktual. Naratif jenis ini biasanya digunakan dalam penulisan laporan berita/peristiwa.

Perbedaan naratif fiksi dan nonfiksi adalah sebagai berikut.

Naratif Fiksi
a. Bahasa cenderung figuratif dan menitikberatkan penggunaan konotasi.
b. Menggugah imajinasi.
c. Menyampaikan makna/amanat secara tersirat; sebagai sarana rekreasi rohaniah.

Naratif Nonfiksi
a. Bahasanya cenderung informatif dan menitikberatkan penggunaan makna denotasi.
b. Memperluas pengetahuan/wawasan.
c. Menyampaikan informasi yang memperluas pengetahuan.

3. Langkah-Langkah Menyusun Paragraf Naratif
Untuk menyusun sebuah karangan narasi diperlukan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Tentukan pokok permasalahan (tema) yang akan dijadikan inti cerita.
b. Tentukanlah pelaku atau tokohnya.
c. Susun alur/bagian-bagian cerita secara urut.
d. Rangkailah menjadi suatu cerita yang padu berdasarkan urutan tempat, ruang, dan waktu.
e. Susunlah kerangka karangan.
f. Kembangkan kerangka karangan menjadi karangan yang utuh.

Teks Naratif Jenis Fiksi

Laksmini menangis terisak di dada Handoko. Ia merasakan batinnya lelah. Sejak kepulangannya ke tanah air. Sejak berita selebriti tinggal serumah, Ferry dan artis Nadia.

Sejak gempa bergoncang di desa mereka. Sejak ayahnya meninggal. Sejak ibunya cidera dan masuk rumah sakit. Sejak ia merasa tertipu oleh Pak Banu.

Dan sekarang, Handoko menyatakan ingin menjadikannya seorang istri. Berbagai perasaan mengharu biru sanubari Laksmini.

Rasa kecewa karena diingkari, rasa marah karena ditipu, rasa sedih ayahnya meninggal, rasa cemas ibunya di rumah sakit. Kini mereka akan menuju ke bahtera kebahagiaan.

(Lentera Laksmini, novellet dalam Tabloid Nova)

Teks Naratif Jenis Nonfiksi

Pengedar Uang Palsu Ditangkap

Tukiran, 49, warga Desa Jatipuro, Kecamatan Trucuk, Klaten, Jawa Tengah, ditangkap karena mengedarkan uang palsu, kemarin. Selain menangkap tersangka, petugas juga menyita barang bukti uang palsu pecahan Rp100 ribu senilai Rp1,5 juta.

Tersangka yang berprofesi tukang kayu ditangkap anggota Kepolisian Sektor (Polsek) Trucuk dan kini ditahan di Kepolisian Resor (Polres) Klaten. Penangkapan dilakukan berkat laporan masyarakat tentang beredarnya uang palsu pecahan Rp100 ribu di Desa Kalikebo, Trucuk.

Berdasarkan informasi itu Tukiran ditangkap saat membeli rokok di toko dengan menggunakan uang palsu pecahan Rp100 ribu sebanyak 15 lembar.

Kepada polisi, Tukiran mengaku telah tiga kali mengedarkan uang palsu, yaitu di Kalikebo, Srago, dan Jimbung. Hal itu dilakukan karena terdesak kebutuhan untuk membayar angsuran kredit sepeda motor.

Sumber: Media Indonesia, 12 Januari 2008

Menulis Laporan

Menulis Laporan

Pengertian Laporan

Laporan adalah penyampaian informasi yang bersifat aktual tentang suatu masalah secara perorangan atau kelompok, badan atau dinas tertentu, kepada pihak tertentu. Kata "laporan" dalam bahasa Latinnya adalah reportare, yang berarti membawa kembali dokumen tertulis yang disusun sebagai basil prosedur dari sesuatu dengan cara sistematis. Jadi, laporan adalah sesuatu yang dilaporkan.

Keraf (2004: 324) mengatakan bahwa laporan adalah suatu cara komunikasi di mana penulis menyampaikan informasi kepada seseorang atau suatu badan karena tanggung jawab yang dibebankan kepadanya Karena laporan yang dimaksud sering mengambil bentuk tertulis, maka dapat dikatakan pula bahwa laporan merupakan suatu macam dokumen yang menyampaikan informasi mengenai sebuah masalah yang telah atau tengah diselidiki, dalam bentuk faktafakta yang diarahkan kepada pemikiran dan tindakan yang akan diambil.

Menurut Soeseno (1997: Ill), laporan ialah tulisan panjang tentang suatu masalah (persoalan) yang disusun secara berurutan, rinci dan lengkap, berdasarkan pengamatan sendiri. Bentuk ini cocok untuk menyajikan hasil penyelidikan untuk mengungkap suatu kejadian atau proses yang semula belurn jelas duduk perkaranya. Laporan dapat berupa investigative report, berisi hasil penyelidikan sebuah misteri atau pengamatan lapangan secara ilmiah, dan new journalism report, berisi hasil pengamatan sendiri yang dibubuhi unsur-unsur fiktif agar lebih menyentuh emosi.

Laporan secara umum bennakna uraian yang disampaikan atau dilaporkan kepada pihak lain. Sementara itu, melaporkan bennakna memberitahukan sesuatu (pennasalahan) kepada pihak lain yang berkepentingan. Dalam arti khusus, laporan dipakai untuk urusan kedinasan, yaitu dokumen yang berisi informasi mengenai pelaksanaan tugas yang telah atau sedang dikerjakan oleh pejabat pelaksana kepada pejabat lain yang berwenang menerima, mengoreksi, dan memberi penilaian (Sutarni dan Sukardi, 2008: 45).

Dengan demikian, definisi laporan adalah penyampaian suatu hasil kegiatan secara perorangan, kelompok, barlan, atau dinas tertentu kepada pihak tertentu secara objektif sesuai kenyataan yang sebenarnya. Dengan laporan penerima dapat mengetahui informasi yang disampaikan oleh penulis mengenai infonnasi dari suatu masalah.

Jenis-jenis Laporan

Laporan merupakan suatu jenis dokumen yang sangat bervariasi bentuknya. Variasinya mulai dari suatu bentuk laporan yang sederhana berbentuk angka-angka sebagai suatu gambaran mengenai perkembangan suatu persoalan, sampai kepada laporan yang terdiri dari beberapa jilid buku yang masing-masing terdiri dari ratusan halaman. Ada yang berbentuk isian fonnulir-fonnulir yang standar, ada yang berbentuk surat, ada pula yang berbentuk buku.

Hasnun (2006) mengungkapkan jenis laporan terbagi menjadi tiga, yaitu berdasarkan (a) penyampaian, (b) waktu, dan (c) isi.
a) Penyampaian
Menurut cara penyampaiannya, laporan dibedakan menjadi dua, yaitu laporan yang disampaikan secara lisan dan laporan yang disampaikan secara tertulis.
b) Waktu
Menurut waktunya, E. Zainal Arifin (1993: 13) via Hasnun membagi laporan menjadi laporan harlan, laporan mingguan, laporan bulanan, laporan tahunan, dan laporan lima tahunan. Laporan harlan merupakan laporan hasil kegiatan yang telah dilaksanakan selama harl itu. Hal-hal yang dilaporkan bukan saja prestasi yang dicapai, melainkanjuga hambatan yang dialami. Sama halnya dengan laporan harlan, maka laporan mingguan, bulanan, dan tahunan melaporkan hasH kegiatan selama seming~ sebulan, dan satu tahun yang berisi prestasi dan hasil yang ingin dicapai, termasuk hambatan yang dialami.
c) lsi
Menurut isinya, laporan dibedakan menjadi laporan kegiatan, laporan keadaan, laporan kejadian atau peristiwa, laporan hasil perjalanan, laporan hasil rapat, laporan hasH seminar, dan laporan penelitian. Sutarni dan Sukardi (2008) mengatakanjenis laporan terbagi menjadi tiga, yaitu berdasarkan media yang digunakan, waktu pelaksanaan, dan luas lingkupnya.
a) Berdasarkan media yang digunakan Berdasarkan media yang digunakan laporan dapat dibedakan sebagai laporan lisan dan laporan tulisan. b) Berdasarkan waktu pelaksanaan
Berdasarkan waktu pelaksanaan, laporan dapat dibedakan menjadi laporan berkala dan laporan insidental. Laporan berkala disampaikan laporan periodik sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dalam perencanaan, misalnya tiap minggu, tiap bulan, tiap semester, atau tiap tabun. Laporan insidental disusun setiap kali diminta oleh pejabat penilai di luar jadwal yang telah ditetapkan.
c) Berdasarkan luas lingkupnya
Laporan dapat dibedakan menjadi laporan umum dan laporan khusus. Laporan umum berisi uraian atau gambaran secara menyeluruh mengenai semua unsur secara garis besar, sedangkan laporan khusus berisi uraian secara rinci terhadap unsur permasalahan. Kekhususan tersebut bisa didasarkan atas periode, wilayah, atau sasarannya.

Laporan Kegiatan

Pada hakikatnya, semua hasil kegiatan diawali dengan perencanaan, dilaksanakan, dan diakhiri dengan laporan. Dengan demikian penulisan laporan merupakan kegiatan menulis semua kejadian atau objek hasil pengamatan/observasi (Wiyanto, dkk, 2005: 18). Menurut Hasnun (2006) laporan kegiatan isinya melaporkan secara tertulis hasil kegiatan RW kepada lurah/kepala desa, guru melaporkan hasil pelaksanaan ujian akhir kepada kepala sekolah, atau ketua panitia perpisahan melaporkan kegiatan acara kepada ketua OSIS. Laporan kegiatan adalah laporan yang sangat diperlukan karena berkaitan dengan tanggung jawab seseorang dalam melaporkan suatu kegiatan (Irsa, 2010: 160).

Wiyanto, dkk (2005: 18-20) Sistematika penulisan laporan meliputi tiga
bagian, yaitu pendahuluan, isi laporan, dan penutup. Langkah-Iangkah penulisan
laporan kegiatan sebagai berikut.
a) Melakukan kegiatan observasi
Mengumpulkan data terlebih dahulu sebelum menulis laporan yang lengkap. Data yang dikumpulkan dapat berasal dari penelitian, kunjungan, kumpulan jurnal kegiatan, angket, wawancara, dan pengamatan atau observasi.
b) Menulis kerangka laporan
Setelah data hasil observasi terkumpul, kemudian menulis kerangka laporan. Kerangka laporan meliputi tiga bagian, yaitu pendahuluan, isi laporan, dan penutup. Judul ditulis diawal laporan. Pendahuluan meliputi tujuh bagian, yaitu nama kegiatan, maksud dan tujuan, waktu pelaksanaan, macam dan bentuk kegiatan, penyelenggara, anggaran, dan kendala. Kemudian isi laporan dan diakhiri dengan penutup.
c) Menulis laporan lengkap
Kerangka laporan di atas dapat dikembangkan berdasarkan data observasi yang dikumpulkan menjadi laporan yang utuh. Dalam penulisan laporan, ejaan serta kaidah penulisan yang baku harns diperhatikan.
d) Menyunting penulisan laporan
Pada penulisan laporan perlu adanya proses penyuntingan. Menyunting dengan memperhatikan kebenaran struktur kalimat, ketepatan penggunaan ejaan, dan ketepatan penggunaan tanda baca

Iskak dan Yustinah (2008) langkah-Iangkah yang dibutuhkan dalam membuat laporan meliputi: menentukan topik atau masalah yang hendak dilaporkan; menentukan tujuan pembuatan laporan; menentukan jenis laporan; mengumpulkan bahan; membuat kerangka laporan; dan mengembangkan kerangka menjadi laporan.

Langkah-langkah menyusun laporan menurut Irsa (2010) yaitu; I) menentukan topik dan tema; 2) menyusun kerangka laporan; 3) mengumpulkan data; 4) mengembangkan kerangka laporan; 5) menentukan judul. Hasnun (2006) mengatakan bahwa dalam menyusun laporan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: (l) apa yang dilaporkan, (2) siapa yang melaporkan, (3) bahasa laporan.

Komposisi laporan kegiatan belurn ada yang baku, apalagi seragam. Umumnya, komposisi laporan kegiatan mengacu kepada mutu kegiatan (Hasnun, 2006: 88). Dalam penjelasan tersebut, Hasnun mengatakan bahwa laporan kegiatan memiliki dua format yang berbeda, yaitu: (1) format terstruktur yang terdiri dari pendahuluan, isi, dan penutup, dan (2) format uraian. Dari dua format tersebut, dalam penelitian ini akan menggunakan format terstruktur untuk menulis laporan kegiatan.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa laporan kegiatan adalah laporan yang ditulis sebagai bentuk pertanggungjawaban dari suatu kegiatan yang telah diselenggarakan untuk mengetahui keseluruhan pelaksanaan kegiatan. Perlu memperhatikan langkah-Iangkah pembuatan laporan kegiatan agar laporan yang dibuat menjadi laporan yang baik dan infonnatif. Selain itu sistematika laporan harus ditampilkan secara runtut dengan bahasa yang efektif agar laporan kegiatan yang merupakan laporan pertanggungjawaban menjadi laporan yang baik, infonnatif, dan bermanfaat.

Kamis, 29 Oktober 2015

Pemahaman Konsep

Pemahaman Konsep

Pengertian pemahaman

Pemahaman adalah suatu jenjang di ranah kognitif yang menunjukan kemampuan menjelaskan hubungan yang sederhana antara fakta-fakta dan konsep (Arikunto, 2007: 118). Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna atau arti dari sesuatu konsep. Untuk itu maka diperlukan adanya hubungan atau pertautan antara konsep dengan makna yang ada dalam konsep tersebut. Ada tiga macam pemahaman yang berlaku umum; pertama pemahaman terjemahan, yakni kesanggupan menterjemahkan makna yang terkandung di dalamnya. Misal, memahami kalimat bahasa Indonesia, mengartikan lambang Negara, mengartikan Bhineka Tunggal Ika, dan lain-lain. Kedua pemahaman penafsiran, misalnya pemahaman grafik, menghubungkan kedua konsep yang berbeda, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok. Ketiga pemahaman ekstraposisi, yakni kesanggupan melihat dibalik yang tertulis, tersirat dan tersurat, meramalkan sesuatu, atau memperluas wawasan (Sudjana, 2009: 51).

Pemahaman yang dimaksud dalam penelititian ini adalah suatu kemampuan untuk mengerti secara benar konsep-konsep atau fakta-fakta. Pemahaman sebagai salah satu indikator kadar keberhasilan belajar siswa dapat bernilai amat baik, baik, cukup, dan jelek. Pemahaman (understanding) merupakan prasyarat mutlak untuk menuju tingkatan kognitif yang lebih tinggi, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

Pengertian konsep

Konsep merupakan ide yang mengkombinasikan beberapa unsur berbeda ke dalam satu unsur tunggal (Suprijono, 2009: 15). Setiap konsep tidak dapat berdiri sendiri, setiap konsep dapat dihubungkan dengan konsep-konsep lain dan hanya mempunyai makna bila dikaitkan dengan konsep-konsep lain. Konsep-konsep bersama-sama membentuk semacam jaringan pengetahuan di dalam kepala manusia. Pemahaman tentang sebuah konsep sangat penting dalam pembelajaran di kelas karena manfaat belajar konsep akan memberikan keuntungan bagi siswa. Keuntungan dari belajar konsep adalah:
(1) mengurangi beban berat memori karena kemampuan manusia dalam mengkategorikan berbagai stimulus terbatas,
(2) meupakan unsur pembangun berpikir,
(3) merupakan dasar proses mental yang lebih tinggi,
(4) diperlukan untuk memecahkan masalah.
(Uno, 2011: 10).

Pengertian pemahaman konsep

Pemahaman konsep adalah kemampuan mengungkapkan makna suatu konsep yang meliputi kemampuan membedakan, menjelaskan, menguraikan lebih lanjut, dan mengubah konsep. Pemahaman konsep dalam penelitian ini adalah konsepsi siswa yang sama dengan konsepsi para fisikawan yang menyangkut pemahaman siswa dalam memahami hubungan antar konsep pada materi yang diajarkan.

Sering kali pelajar hanya menghafalkan definisi konsep tanpa memperhatikan hubungan antara konsep dengan konsep-konsep yang lainnya. Dengan demikian, konsep baru tidak masuk dalam jaringan konsep yang telah ada di dalam kepala siswa, tetapi konsepnya berdiri sendiri tanpa ada hubungan dengan konsep lain. Sehingga konsep baru tersebut tidak dapat digunakan oleh siswa dan tidak mempunyai arti.

Pendidikan Karakter

Pendidikan Karakter

Karakter bangsa adalah modal utama membangun peradaban tingkat tinggi. Masyarakat yang memiliki sifat jujur, mandiri, bekerjasama, patuh pada peraturan, dapat dipercaya, tangguh, serta memiliki etos kerja tinggi akan menghasilkan sistem kehidupan sosial yang teratur dan baik. Oleh karena itu, pendidikan harus terus didorong untuk mengembangkan karakter bangsa sehingga Indonesia mampu menjadi bangsa yang kuat dan pada gilirannya mampu membangun peradaban yang lebih maju dan modern.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merupakan landasan yang kokoh untuk melaksanakan secara operasional pendidikan budaya dan karakter bangsa sebagai prioritas program Kemendiknas. Pendidikan karakter disebutkan sebagai pendidikan nilai, budi pekerti, moral, dan watak yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Untuk itu Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan mencanangkan pengembangan pendidikan karakter pada semua jenjang pendidikan.

Menurut pedoman pelaksanaan pendidikan karakter, pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal mana yang baik sehingga peserta didik menjadi paham (kognitif) tentang mana yang benar dan mana yang salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (psikomotor).

Ada tiga tahap pembentukan karakter, yaitu:
(1) Moral Knowing
Moral knowing yaitu memahamkan dengan baik pada anak tentang arti kebaikan, mengapa harus berperilaku baik, untuk apa berperilaku baik, dan apa manfaat berperilaku baik.
(2) Moral Feeling
Moral feeling yaitu membangun kecintaan berperilaku baik pada anak yang akan menjadi sumber energi anak untuk berperilaku baik. Membentuk karakter adalah dengan cara menumbuhkannya.
(3) Moral Action
Moral action yaitu bagaimana membuat pengetahuan moral menjadi tindakan nyata. Moral action merupakan outcome dari dua tahap sebelumnya dan harus dilakukan berulang-ulang agar menjadi moral behaviour. Melalui tiga tahapan ini, proses pembentukan karakter akan jauh dari kesan dan praktik doktrinasi yang menekan, justru siswa akan mencintai berbuat baik karena dorongan internal dari dalam dirinya.

Pendidikan karakter berfungsi (1) mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik; (2) memperkuat dan membangun perilaku bangsayang multikultur; (3) meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.
Selanjutnya ada 18 nilai hasil kajian empirik Pusat Kurikulum yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu: (1) religius; (2) jujur; (3) toleransi; (4) disiplin; (5) kerja keras; (6) kreatif; (7) mandiri; (8) demokratis; (9) rasa ingin tahu; (10) semangat kebangsaan; (11) cinta tanah air; (12) menghargai prestasi; (13) bersahabat/ komunikatif; (14) cinta damai; (15) gemar membaca; (16) peduli lingkungan; (17) peduli sosial; (18) tanggung jawab.

Meskipun telah terdapat 18 nilai pembentuk karakter bangsa, tetapi prioritas utama pada penelitian ini ada 6, yaitu:
(1) Disiplin
(2) Kerja Keras
(3) Mandiri
(4) Rasa Ingin Tahu
(5) Bersahabat/ Komunikatif
(6) Tanggung Jawab

Untuk mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan pendidikan karakter di satuan pendidikan dilakukan melalui berbagai program penilaian dengan membandingkan kondisi awal dengan pencapaian dalam waktu tertentu. Penilaian keberhasilan tersebut dilakuakan melalui langkah-langkah berikut:
(1) Menetapkan indikator dari nilai-nilai yang ditetapkan atau disepakati.
(2) Menyusun berbagai instrumen penilaian.
(3) Melakukan pencatatan terhadap pencapaian indikator
(4) Melakukan analisis dan evaluasi.
(5) Melakukan tindak lanjut.

Problem Based Learning

Problem Based Learning

Pengertian Problem Based Learning

Problem based learning (PBL) merupakan suatu metode pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi kuliah atau materi pelajaran (Sudarman, 2007).

Landasan teori problem based learning adalah kolaborativisme, suatu perspektif yang berpendapat bahwa siswa akan menyusun pengetahuan dengan cara membangun penalaran dari semua pengetahuan yang sudah dimilikinya dan dari semua yang diperoleh sebagai hasil kegiatan berinteraksi dengan sesama individu. Hal itu menyiratkan bahwa proses pembelajaran berpindah dari transfer informasi fasilitator siswa ke proses konstruksi pengetahuan yang sifatnya sosial dan individual. Menurut paham konstruktivisme, manusia hanya dapat memahami melalui segala sesuatu yang dikonstruksinya sendiri. Problem based learning memiliki gagasan bahwa pembelajaran dapat dicapai jika kegiatan pendidikan dipusatkan pada tugas-tugas atau permasalahan yang otentik, relevan, dan dipresentasikan dalam suatu konteks.

Dalam model problem based learning ini, pemahaman, transfer pengetahuan, keterampilan berpikir tingkat tinggi, kemampuan pemecahan masalah, dan kemampuan komunikasi ilmiah merupakan dampak langsung pembelajaran. Sedangkan peluang siswa memperoleh hakikat tentang keilmuan, keterampilan proses keilmuan, otonomi dan kebebasan siswa, toleransi terhadap ketidakpastian dan masalah-masalah non rutin merupakan dampak pengiring pembelajaran.

Ciri-Ciri Problem Based Learning

Berbagai pengembangan problem based learning menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut:
(1) Proses belajar harus diawali dengan suatu masalah, terutama masalah dunia nyata yang belum terpecahkan.
(2) Dalam pembelajaran harus menarik perhatian siswa.
(3) Guru berperan sebagai fasilitator/ pemandu di dalam pembelajaran.
(4) Siswa harus diberikan waktu untuk mengumpulkan informasi menetapkan strategi dalam memecahkan masalah sehingga dapat mendorong kemampuan berpikir kreatif.
(5) Pokok materi yang dipelajari tidak harus memiliki tingkat kesulitan yang tinggi karena dapat menakut-nakuti siswa.
(6) Pembelajaran yang nyaman, santai dan berbasis lingkungan dapat mengembangkan keterampilan berpikir dan memecahkan masalah (Akinoglu dan Tandongan, 2007).

Berdasarkan uraian tersebut tampak jelas bahwa pembelajaran dengan model problem based learning dimulai oleh adanya masalah (dapat dimunculkan oleh siswa atau guru), kemudian siswa mengumpulkan informasi mereka telah ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong berperan aktif dalam belajar.

Implementasi Problem Based Learning

Berdasarkan penelitian Akinoglu dan Tandongan (2007), model problem based learning secara umum implementasinya mulai dengan tujuan dari model problem based learning, pembentukan kelompok kecil yang terdiri dari 5 atau 7 siswa, pembagian permasalahan yang telah disiapkan, pemecahan masalah, menguji permasalahan, tetapi jika tidak memberikan masalah dapat membuat riset atau praktek.

Menurut Sanjaya (2007: 218), model problem based learning dijalankan dengan 8 langkah, yaitu sebagai berikut:
(1) Menyadari masalah.
(2) Merumuskan masalah.
(3) Merumuskan hipotesis.
(4) Mengumpulkan data.
(5) Menguji hipotesis.
(6) Menentukan pilihan penyelesaian.

Semua langkah tersebut tertuangkan dalam langkah pembelajaran dan pada saat pembelajaran berlangsung. Dengan langkah tersebut diharapkan para siswa dapat bekerjasama dalam suatu kelompok dan mengembangkan aspek sosial siswa.

Kelebihan dari model Problem Based Learning (PBL)

Menurut Sanjaya (2007: 220) keunggulan dari model problem based learning (PBL) adalah sebagai berikut:
(1) Merupakan teknik yang cukup bagus untuk memahami isi pelajaran.
(2) Dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
(3) Dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
(4) Dapat membantu siswa untuk bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
(5) Dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
(6) Dapat mengetahui cara berpikir siswa dalam menerima pelajaran dengan menggunakan model problem based learning.
(7) Problem based learning dianggap menyenangkan dan disukai siswa.
(8) Dapat mengembangkan kemampuan siswa berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
(9) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
(10) Dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar sekaligus belajar pada pendidikan formal telah berakhir.

Kekurangan dari model Problem Based Learning (PBL)

Menurut Dincer dkk. sebagaimana dikutip oleh Akinoglu dan Tandongan (2007) kekurangan dari model problem based learning (PBL) adalah sebagai berikut:
(1) Guru kesulitan dalam merubah gaya mengajar.
(2) Memerlukan lebih banyak waktu untuk siswa dalam memecahkan masalah, jika model tersebut baru diperkenalkan dikelas.
(3) Setiap kelompok boleh menyelesaikan tugas sebelum atau sesudahnya
(4) Problem Based Learning membutuhkan bahan dan penelitian yang banyak.
(5) Sukar menerapkan model problem based learning dalam semua kelas.

Rabu, 28 Oktober 2015

Hakikat Penguasaan Kosakata

Hakikat Penguasaan Kosakata

a. Pengertian Kosakata
Menurut Kridalaksana dalam Tarigan (1985:446), kosakata adalah (1) komponen bahasa yang memuat secara informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa; (2) kekayaan kata yang dimiliki seorang pembicara, penulis atau suatu bahasa; dan (3) daftar kata yang disusun seperti kamus, tetapi dengan penjelasan yang singkat dan praktis. Pendapat itu sejalan dengan pemikiran Soedjito via Tarigan (1985:447), kosakata merupakan: (1) semua kata yang terdapat dalam satu bahasa; (2) kekayaan kata yang dimiliki oleh seorang pembicara; (3) kata yang dipakai dalam satu bidang ilmu pengetahuan; dan (4) daftar kata yang disusun seperti kamus disertai penjelasan secara singkat dan praktis.

Dari beberapa pendapat para ahli tentang kosakata, maka dapat disimpulkan bahwa kosakata adalah suatu aspek bahasa yang dimiliki seseorang yang mengacu pada konsep tertentu, memiliki aturan serta kaidah-kaidah tertentu. Selain itu digunakan untuk memberi dan menerima informasi.

b. Pentingnya Penguasaan Kosakata
Penguasaan terhadap kosakata sangat diperlukan oleh setiap pemakai bahasa, selain merupakan alat penyalur gagasan, penguasaan terhadap sejumlah kosakata dan memperlancar informasi yang diperlukan melalui komunikasi lisan maupun tulisan. Keraf (2003:10) yang menyatakan bahwa, kualitas keterampilan berbahasa seseorang bergantung kepada kualitas dan kuantitas kosakata yang dimilikinya. Oleh sebab itu keterampilan mengungkapkan dan menerima ide dengan baik sangat berhubungan dengan kosakata.

Penguasaan kosakata dalam satu bahasa berhubungan dengan jumlah kata yang harus dikuasai agar seseorang dapat menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dan pemilihan kata serta pemakaiannya sesuai dengan konteks komunikasi. Siswa SMA hanya dituntut menguasai kosakata sebesar 12.000 kata, sebagaimana tertuang pada kompetensi umum bahasa dan sastra Indonesia sekolah menengah umum pada butir kelima (Depdiknas, 2000).
c. Cara Mengoptimalkan Kosakata
Proses penambahan kosakata berlanjut dari jenjang pendidikan dasar, menengah menuju jenjang pendidikan di perguruan tinggi dan dunia kerja. Pengetahuan akan berlangsung lebih intensif menyangkut persoalan-persoalan yang lebih abstrak untuk menjadi manusia yang matang dalam bermasyarakat. Tingkat penguasaan kosakata akan lebih banyak dan meningkat sesuai dengan kebutuhan yang harus dipenuhi dalam berkomunikasi dengan masyarakat luas.

d. Pembelajaran Kosakata
Kualitas keterampilan berbahasa seseorang sangat dipengaruhi pada kualitas dan kuantitas kosakata yang dimilikinya (Tarigan 1985: 2). Semakin kaya kosakata yang dimiliki, semakin terampil pula dalam berbahasa. Perkembangan kosakata merupakan perkembangan konseptual. Suatu program yang sistematis dalam perkembangan kosakata dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, pendapatan, kemampuan, bawaan, dan status sosial serta faktor-faktor geografis.
Pembelajaran kosakata diajarkan dalam konteks wacana, dipadukan dengan kegiatan pembelajaran seperti percakapan, membaca, menulis. Upaya memperkaya kosakata perlu dilakukan secara terus menerus melalui surat kabar, majalah, pidato-pidato, dan sebagainya.

Untuk meningkatkan penguasaan kosakata dalam pembelajaran menulis teks eksposisi juga dapat dilakukan dengan mengembangkan bahan ajar. Bahan ajar harus berkaitan dengan materi kosakata. Materi kosakata yang dapat digunakan dalam pembelajaran kosakata antara lain.
a. Idiom
Soedjito dalam Asruri (2000: 28) mengemukakan bahwa idiom adalah suatu ungkapan bahasa yang berupa gabungan kata (frase) yang maknanya sudah menyatu dan tidak dapat ditafsirkan dengan makna unsur pembentuknya.

Konstruksi tersebut tidak dapat diganti atau diubah, maka konstruksi semula menjadi tidak tepat atau berbeda.

b. Sinonim
Menurut Chaer (2006: 288), sinonim adalah dua buah kata atau lebih yang maknanya kurang lebih sama. Dikatakan “kurang lebih” karena memang tidak ada dua buah kata berlainan maknanya persis sama. Yang sama sebenarnya hanya informasinya saja, sedangkan maknanya tidak persis sama.

c. Antonim
Menurut Chaer (2006: 390), antonim adalah dua buah kata yang maknanya “dianggap” berlawanan. Dikatakan “dianggap” karena sifat berlawanan dari dua kata yang berantonim ini sangat relatif.

d. Homonim
Homonim berasal dari bahasa Yunani Kuno onoma yang artinya „nama‟ dan hono yang artinya „sama‟. Menurut Keraf (1985: 130), homonim adalah kata-kata yang mempunyai bentuk yang sama tetapi artinya berbeda.

e. Denotasi dan Konotasi
Denotasi menurut Keraf (1985: 28) adalah sesuatu yang di luar bahasa itu adalah referen, konsep, atau ide tertentu. Karena itu ia memberikan batasan denotasi itu suatu makna yang menunjukkan (denote) kepada suatu referen, konsep atau ide tertentu dari suatu referen.

Sementara konotasi menurut Kridalaksana (1993: 117) adalah aspek makna sebuah atau sekelompok kata yang didasarkan atas perasaan atau pikiran yang timbul atau ditimbulkan pada pembicara (penulis) dan pendengar (pembaca).
 
f. Hiponim
Hiponim menurut Santoso (2003: 31) adalah hubungan makna antara yang lebih kecil dan yang lebih besar atau antara yang bersifat khusus dan yang bersifat umum. Hubungan kehiponiman ini bersifat satu arah.

Hakikat Minat Baca

Hakikat Minat Baca

a. Pengertian Membaca
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), membaca berasal dari kata baca yaitu melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati). Sementara menurut Tarigan (1993:7), membaca adalah suatu proses yang dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata–kata atau bahasa tulis. Hal itu sejalan dengan Kridalaksana (1993:135), menurutnya membaca adalah ketrampilan mengenal dan memahami tulisan dalam bentuk lambang-lambang grafis dan perubahannya menjadi wacana bermakna dalam bentuk pemahaman diam-diam atau pengujaran keras. Jadi membaca dapat disimpulkan sebagai pesan yang hendak disampaikan dalam bentuk lambang-lambang (tulisan).

b. Pengertian Minat Baca
Minat menurut Rahim (2005:28), adalah keinginan yang kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk membaca. Sependapat dengan Rahim, menurut Darmono (2007: 214) minat baca merupakan kecenderungan jiwa yang mendorong seseorang berbuat sesuatu terhadap membaca. Sehingga dapat disimpulkan bahwa minat baca merupakan kecenderungan hati yang tinggi terhadap membaca. Akhir-akhir ini minat baca di kalangan siswa menurun. Membaca dianggap hal yang membosankan. Membaca yang mereka gemari adalah membaca tentang hiburan.

Menurut Mark Twain (dalam Putra, 2008: 7), dengan membaca buku bermutu, seseorang memiliki keunggulan komparatif dibanding orang yang tidak membaca. David Slenk (dalam Putra, 2008: 9-10), mengungkapkan bahwa buku/membaca adalah kebalikan dari televisi/menonton. Buku memang lambat, namun menarik hati, menginspirasi, mengasah otak, dan menumbuhkan kreativitas. Selain itu, dengan membaca orang lebih terbuka cakrawala pemikirannya.

Keterampilan membaca secara kritis menjadi modal dasar untuk menganalisis, mengevaluasi, dan menyintesekan bahan bacaan. Dengan membaca, pemikiran terbuka untuk melihat antarhubungan ide-ide dan menggunakannya sebagai salah satu tujuan dari membaca. Karena itu, untuk membangun masyarakat yang beradab dan maju, maka budaya baca perlu ditumbuhkan.

c. Ciri-Ciri Minat Baca Tinggi
Menurut Syaiful Rijal (nenengdotme.wordpress.com), seorang anak yang mempunyai minat baca tinggi mempunyai minat baca tinggi sebagai berikut.
1. Senantiasa berkeinginan untuk membaca. Sejatinya membaca nyaris identik dengan ilmu pengetahuan, suatu aspek peradaban manusia yang utama mengantarkan manusia dapat mengembangkan kehidupannya.
2. Mempunyai kebiasaan dan kontinuitas dalam membaca.pada saat ini minat dan kegemaran membaca masih tumbuh pada lapisan tertentu, yaitu kalangan akademisi, tokoh masyarakat, dan yang karena kedudukan dan tugasnya dituntut untuk membaca.
3. Memanfaatkan setiap peluang waktu dengan membaca. Membaca adalah suatu hal yang kurang diminati masyarakat umum. Hanya kalangan tertentu yang mempunyai minat baca yang tinggi sajalah yang akan menggunakan setiap peluang waktu untuk membaca.

d. Meningkatkan Minat Baca
Dikarenakan membaca banyak memberikan manfaat, maka membaca merupakan kegiatan yang perlu dilakukan. Budaya membaca harus terus menerus dikumandangkan baik oleh keluarga, pemerintah, maupun orang yang peduli pada kemajuan beradaban. Sebagai bahan bacaan utama, buku yang bermutu menjadi sarana belajar yang paling berpengaruh. Untuk itu, minat baca pada siswa perlu ditingkatkan.

Menurut Putra (2008: 39-77), menumbuhkan minat baca dapat dilakukan sejak masih dalam kandungan dan berbagai cara lainnya.
1) Membacakan Cerita Pada Si Jabang
Kebiasaan baik, ternyata perlu ditanamkan pada si jabang sejak dini. Demikian pula kebiasaan membaca. Membacakan cerita misalnya, sudah bias mulai dilakukan sejak anak masih berada dalam kandungan ibunya. Kebiasaan ini tidak harus menunggu anak sudah bias untuk menyimak.
2) Membacakan Cerita Sebelum Tidur
Sejak bayi, sebaiknya ibu membiasakan membacakan cerita kepada anak. Kebiasaan baik ini, nanti akan dibawa dan akan menumbuhkan kesenangan anak pada bacaan.
3) Rekreasi ke Toko Buku atau Taman Bacaan
Sering berkunjung ke took buku dan book fair, meski pada awal mula sekadar membolak-balik buku merupakan awal yang baik menuju budaya baca.
4) Biasakan Memberi Kado Buku
Buku sebagai kado dapat menjadi awal menumbuhkan minat baca.
5) Menugasi Anak Meringkas Bacaan
Meringkas bacaan, tidak hanya tugas yang perlu diberikan guru di sekolah. Di rumah pun, orang tua dapat menugasi anak membuat ringkasan, terutama untuk mengisi waktu libur.
6) Membuat Soal dari Wacana atau Bacaan
Membuat soal dari wacana, jelas merangsang siswa berpikir. Sebab, untuk dapat menjawab soal dengan baik, dituntut agar siswa memahami bacaan dengan saksama.
7) Membiasakan Siswa yang Naik Kelas/Lulus Meninggalkan Kenangan Buku
Membiasakan siswa yang naik kelas/lulus meninggalkan kenangan buku pada sekolah merupakan kebiasaan baik. Sebab, prosesnya sendiri sudah terkandung di dalamnya upaya mengarahkan siswa tersebut pada kegemaran membaca (Putra, 2008: 39-77).
Selain itu, Rosidi (1973: 24-28) juga mengungkapkan beberapa cara meningkatkan minat baca, yaitu.
a. Peningkatan minat baca orang tua dan guru-guru. Hal itu dirasa penting karena bagaimana bisa orang tua dan guru-guru akan dapat mendidik dan menyuruh anak-anaknya gemar membaca apabila mereka sendiri merasa cukup dengan membaca komik dan majalah-majalah hiburan belaka.
b. Penambahan jumlah waktu yang kita sediakan untuk membaca di samping menambah jumlah bahan bacaan.
c. Penyediaan bahan-bahan bacaan. Penyediaan bahan bacaan yang praktis dan efisien adalah dengan mendirikan perpustakaan.
d. Pengajaran teknik membaca. Tugas untuk membuat ringkasan dengan kata-kata sendiri baik secara lisan maupun secara tertulis yang diselenggarakan secara rutin akan sangat besar pengaruhnya kepada kebiasaan membaca para siswa (Rosidi, 1973: 24-28).
Jadi, untuk menumbuhkan minat baca, sebenarnya dapat dilakukan sejak masih dalam kandungan. Selain itu, peran orang tua dan guru juga sangat berperan penting dalam meningkatkan minat baca. Memberikan tugas untuk meringkas menggunakan bahasa sendiri dan mengerjakan soal dari bahan bacaan juga dapat berpengaruh besar dalam menumbuhkan minat baca siswa.

e. Aspek-Aspek Minat Baca
Minat baca memiliki beberapa aspek-aspek. Menurut Harris dan Sipay melalui Salindri (1996: 30), aspek-aspek minat baca adalah sebagai berikut.
1) Aspek kesadaran akan manfaat membaca, yaitu aspek yang mengungkap seberapa jauh subyek menyadari, mengetahui dan memahami manfaat membaca buku.
2) Aspek perhatian terhadap membaca buku, yaitu aspek yang mengungkap perhatian dan ketertarikan subyek dalam membaca buku.
3) Aspek rasa senang, yaitu aspek yang mengungkap seberapa rasa senang terhadap kegiatan membaca buku.
4) Aspek frekuensi, yaitu seberapa sering subyek membaca buku.

Pendapat Harris dan Sipay ini diperkuat okeh Sinambela. Menurut Sinambela via Sandjaja (2001: 19), aspek-aspek membaca ada tiga, yaitu sebagai berikut.
1) Kesenangan membaca, yaitu aspek yang mengungkap mengenai senang tidaknya seorang anak dalam membaca.
2) Kesadaran akan manfaat membaca, yaitu aspek yang mengungkap pengetahuan seorang anak mengenai seberapa pentingnya kegiatan membaca.
3) Frekuensi membaca, yaitu aspek yang mengungkapkan sering tidaknya seorang anak membaca.

Hakikat Teks Eksposisi

Hakikat Teks Eksposisi

1) Pengertian Eksposisi

Eksposisi (paparan) menurut Keraf (1981: 3), adalah salah satu bentuk tulisan atau retorika yang berusaha untuk menerangkan dan menguraikan suatu pokok pikiran, yang dapat memperluas pandangan atau pengetahuan seseorang yang membaca uraian tersebut. Sependapat dengan Keraf, Hasani (2005: 30) juga mendefinisikan bahwa eksposisi merupakan bentuk tulisan yang sering digunakan dalam menyampaikan uraian ilmiah dan tidak berusaha mempengaruhi pendapat pembaca. Jadi, dapat disimpulkan bahwa eksposisi adalah teks yang berisi tentang tulisan atau pokok pikiran yang dapat memperluas pandangan atau pengetahuan seseorang yang membaca.

Ciri menonjol dari sebuah teks eksposisi umumnya menjawab pertanyaan apa, siapa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana (Dawud, dkk, 2004: 233). Berita di surat kabar dapat dikatakan sebagai contoh sebagian besar karangan eksposisi. Tulisan paparan menggugah pikiran tanpa bermaksud menggugah perasaan atau memengaruhi sikap pembaca. Ada beberapa bentuk dasar pemaparan, yaitu.

1. Definisi, bentuk pemaparan ini dianggap paling ilmiah. Sebab merupakan dasar bagi semua wacana yang sifatnya menjelaskan.
2. Analisis, yaitu proses memisah atau memecah keseluruhan ke dalam bagian-bagiannya.
3. Perbandingan dan pertentangan, yang bertujuan menyajikan informasi mengenai suatu hal yang sudah dikenal. Tujuan lainnya yaitu mungkin ingin menjelaskan dua hal dan melaksanakannya dengan jalan menghubungkan keduanya dengan beberapa prinsip umum (teori) yang seharusnya dapat berlaku terhadap keduanya dan dapat dianggap sudah dikenal oleh penganggap.
4. Ilustrasi (contoh).

2) Teknik Penulisan Teks Eksposisi

Sebuah teks eksposisi biasanya diwarnai oleh sifat topik yang digarap dan teknik penyajian yang digunakan. Keterampilan penulis memadukan kedua unsur itu dengan jalinan bahasa yang baik dan lancar akan menandai kualitas sebuah eksposisi (Keraf, 1995: 8). Lebih lanjut dikatakan, bahwa teks eksposisi mengandung tiga bagian utama, yaitu 1) pendahuluan, 2) tubuh eksposisi, dan 3) kesimpulan. Hal ini berbeda dengan yang ditulis dalam Kemendikbud (2013: 85), struktur teks eksposisi terbagi menjadi tiga, yaitu 1) tesis (pernyataan pendapat), 2) argumentasi (alasan yang digunakan untuk mempertahankan pendapat), dan 3) penegasan ulang pendapat.

Pada bagian pendahuluan di dalamnya menyajikan latar belakang, alasan memilih topik, pentingnya topik, luas lingkup, batasan pengertian topik, permasalahan dan tujuan penulisan, kerangka acuan yang digunakan. Selanjutnya pada bagian tubuh eksposisi meliputi pengembangan organisasi atau kerangka karangan, penyajian uraian tiap bagian secara terperinci. Pada bagian kesimpulan mengenai apa yang disajikan dalam isi teks eksposisi. Sesuai dengan sifat eksposisi, apa yang disimpulkan tidak mengarah kepada usaha mempengaruhi pembaca.

3) Syarat Menulis Teks Eksposisi

Pada hakekatnya sebuah teks eksposisi berusaha untuk memperluas pandangan dan pengetahuan seseorang mengenai objek yang digarapnya (Keraf, 1981: 3). Oleh sebab itu, dalam usaha untuk mencapai tujuan tersebut, pengarang yang akan menulis sebuah teks eksposisi harus memenuhi beberapa syarat.

Syarat menulis teks eksposisi harus memenuhi beberapa syarat. Syarat menulis teks eksposisi menurut Keraf (1981: 6), yaitu 1) pengarang harus mengetahui tentang subjek atau topik garapannya dan 2) kemampuan untuk menganalisis persoalan tersebut secara jelas dan konkrit.

Selasa, 27 Oktober 2015

Hakikat Pembelajaran

Hakikat Pembelajaran

Gagne, Briggs, dan Warger dalam Rusmono (2012: 6), menyatakan “Instruction is set of events that effect learners in such a way that learning is facilitatied”. Pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Miarso dalam Rusmono (2012: 6) mengemukakan pembelajaran adalah suatu usaha yang disengaja, bertujuan, dan terkendali agar orang lain belajar atau terjadi perubahan yang relatif menetap pada diri orang lain. Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain, komponen tersebut meliputi tujuan, materi, metode, dan evaluasi (Rusman 2011: 1). Menurut Sanjaya (2011: 363) pembelajaran adalah suatu proses yang dinamis, berkembang secara terus-menerus sesuai dengan pengalaman siswa. Semakin banyak pengalaman yang dilakukan siswa maka akan semakin kaya, luas, dan sempurna pengetahuan mereka.

Berdasarkan definisi pembelajaran yang dikemukakan para ahli, maka peneliti menyimpulkan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk memperoleh pengetahuan dengan memperhatikan materi dan metode yang digunakan sesuai atau tidak dengan karakteristik siswa. Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang mampu melibatkann siswa secara langsung dalam pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Graves (2008: 2) yang menyatakan “When a student is actively involved in his or her learning, he or she more likely to truly connect with the material and remember the concept for a long period time”, saat siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran, mereka akan sungguh-sungguh terhubung dengan materi pelajaran sehingga mereka akan mengingat konsep yang dipelajari untuk jangka waktu yang lama.

Aktivitas Belajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktivitas adalah keaktifan, kegiatan, kesibukan sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Berdasarkan kedua pengertian tersebut maka dapat disimpulkan aktivitas belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh individu dalam usahanya memperoleh kepandaian atau ilmu. Definisi aktivitas belajar menurut Sardiman (2011: 100) adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Berdasarkan beberapa pendapat mengenai aktivitas belajar menurut para ahli, maka dapat disimpulkan aktivitas belajar adalah kegiatan fisik maupun mental yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh ilmu atau kepandaian.

Djamarah (2008: 38) menyebutkan ada beberapa kegiatan yang dapat digolongkan sebagai aktivitas belajar. Beberapa kegiatan tersebut yaitu: (1) mendengarkan; (2) memandang; (3) meraba, membau, dan mencicip atau mengecap; (4) menulis atau mencatat; (5) membaca; (6) membuat ikhtisar atau ringkasan dan menggarisbawahi; (7) mengamati tabel-tabel, diagram-diagram, dan bagan-bagan; (8) Menyusun paper atau kertas kerja; (9) mengingat; (10) berpikir; dan (11) latihan atau praktek.

Mendengarkan merupakan salah satu aktivitas belajar. Setiap orang yang belajar di sekolah pasti ada aktivitas mendengarkan. Ketika guru menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran, maka siswa akan mendengarkan apa yang diucapkan guru.

Memandang adalah mengarahkan penglihatan ke suatu objek. Dalam pendidikan, aktivitas memandang termasuk aktivitas belajar. Aktivitas memandang yang merupakan aktivitas belajar adalah aktivitas memandang yang bertujuan untuk mengadakan perubahan tingkah laku yang positif.

Meraba, membau, dan mencicip atau mengecap juga termasuk aktivitas belajar. Aktivitas meraba, membau, dan mencicip atau mengecap dalam arti belajar adalah aktivitas meraba, membau, dan mencicip atau mengecap yang didorong oleh kebutuhan, motivasi untuk mencapai tujuan dengan menggunakan situasi tertentu untuk memperoleh perubahan tingkah laku.

Aktivitas lain yang termasuk aktivitas belajar yaitu menulis atau mencatat. Mencatat yang termasuk sebagai aktivitas belajar yaitu apabila dalam mencatat seseorang menyadari kebutuhan dan tujuannya, serta menggunakan cara tertentu agar catatan itu nantinya berguna bagi pencapaian tujuan belajar.

Membaca merupakan aktivitas belajar yang paling sering dilakukan saat belajar. Hampir tidak ada proses pembelajaran yang melewatkan aktivitas membaca. Untuk mendapatkan ilmu tidak ada cara lain yang dapat dilakukan kecuali memperbanyak membaca.

Biasanya siswa akan membuat ikhtisar atau ringkasan dan menggarisbawahi saat melaksanakan pembelajaran, khususnya saat siswa mendengarkan penjelasan dari guru. Ikhtisar atau ringkasan dan menggarisbawahi hal-hal penting yang ada di dalam buku dapat membantu dalam hal mengingat atau mencari kembali materi dalam buku di kemudian hari.

Kegiatan lain yang merupakan aktivitas belajar yaitu mengamati tabel-tabel, diagram-diagram, dan bagan-bagan. Tidak semua yang dihadirkan dalam buku berbentuk kalimat-kalimat yang ditulis dalam rangkaian huruf-huruf. Dalam suatu buku kadang juga dihadirkan tabel, diagram, atau bagan yang berfungsi untuk memperjelas uraian yang tertuang dalam tulisan. Untuk itu aktivitas mengamati tabel, diagram, dan bagan merupakan aktivitas belajar selama aktivitas-aktivitas tersebut dilakukan dalam rangka mencapai suatu tujuan belajar.

Menyusun paper atau kertas kerja merupakan salah aktivitas belajar. Dalam penyusunan paper tidak dapat dilakukan sembarangan. Seseorang harus menyusun paper dengan penulisan yang baik sesuai dengan prosedur ilmiah yang dituntut dalam penulisan paper mengharuskan seseorang harus memiliki kemampuan memadai dalam menyusun paper. Untuk itu kegiatan menyusun paper merupakan salah satu aktivitas belajar yang membutuhkan kemampuan memadai dalam pelaksanaannya.

Mengingat juga merupakan aktivitas belajar. Mengingat adalah salah satu aktivitas belajar, tidak ada seorang pun yang tidak pernah mengingat dalam belajar. Perbuatan mengingat jelas terlihat ketika seseorang sedang menghafal pelajaran.

Setiap individu yang melaksanakan proses pembelajaran pasti berpikir. Dengan berpikir seseorang akan memperoleh penemuan baru, setidaknya orang menjadi tahu tentang hubungan antara sesuatu.

Kegiatan lain yaitu termasuk aktivitas belajar yaitu latihan atau praktik. Materi pembelajaran akan lebih mudah dipahami jika seseorang melaksanakan latihan atau praktik. Istilah learning by doing menunjukkan pentingnya latihan atau praktek dalam aktivitas belajar. Dengan melakukan latihan atau praktik seseorang akan lebih memiliki kesan dalam pembelajarannya.

Model Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang mampu meningkatkan aktivitas siswa. Melalui model pembelajaran ini siswa akan melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan aktivitas belajar mereka, seperti: (1) mendengarkan, karena siswa akan mendengarkan penjelasan yang berasal dari guru maupun siswa lainnya; (2) memandang, hal ini berkaitan dengan pengamatan yang mengharuskan mereka memandang hal-hal yang ada di sekeliling mereka; (3) menulis atau mencatat, siswa akan menulis materi pelajaran dan menulis hasil pengamatan; (4) membaca, pada proses pembelajaran siswa membaca berbagai sumber untuk memperoleh materi pelajaran; (5) membuat ikhtisar atau ringkasan dan menggarisbawahi, hal ini berkaitan dengan tugas siswa untuk mencari materi secara mandiri melalui berbagai buku sumber, mereka akan menggarisbawahi hal-hal yang berkaitan dengan materi; (6) mengingat, hal ini berkaitan dengan pembelajaran yang tidak hanya berlangsung sekali, siswa harus mengingat materi pembelajaran yang sudah diberikan untuk menuju pembelajaran selanjutnya; dan (7) berpikir, pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning mengharuskan siswa dan guru untuk berpikir. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan siswa maka semakin banyak pula manfaat yang diperoleh siswa, sehingga diharapkan hasil belajar siswa juga akan meningkat. Untuk itu model Problem Based Learning sangat tepat digunakan dalam pembelajaran, khususnya untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Berkaitan dengan penelitian ini aktivitas belajar siswa yang diamati mencakup keaktifan siswa dalam menemukan materi pembelajaran, mencari informasi dari lingkungan, menemukan masalah, menemukan alternatif pemecahan masalah, mempresentasikan hasil kerja, dan merangkum materi yang telah dipelajari.

Hakikat Belajar

Hakikat Belajar

Belajar ialah suatu proses usaha yang diilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto 2010: 2).

Pendapat lain mengenai pengertian belajar dikemukakan Hilgrad dalam Sanjaya (2011: 228), “Learning is the process by which an activity originates or changed through training procedures (whether in the laboratory or in the natural environment) as distinguished from changes by factors not attributable to training”. Belajar adalah proses perubahan kegiatan atau prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah.

Definisi belajar menurut Sanjaya (2011: 229) adalah suatu proses aktivitas mental seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya sehingga menghasilkan perubahan dalam aspek pengetahuan, sikap, maupun psikomotor.

Dari berbagai pendapat mengenai belajar tersebut maka dapat dikatakan belajar adalah suatu proses yang dialami oleh seseorang untuk menuju suatu perubahan yang positif dalam interaksinya dengan lingkungan. Jika seseorang mengalami proses belajar maka orang tersebut harus mengalami perubahan ke arah yang lebih baik sebagai akibat dari proses belajarnya.

Tidak semua perubahan yang terjadi pada diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi pada aspek kematangan, pertumbuhan, ataupun perkembangan tidak termasuk perubahan dalam arti belajar. Perubahan tingkah laku yang termasuk dalam pengertian belajar mempunyai ciri-ciri: (1) perubahan terjadi secara sadar; (2) perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional; (3) perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif; (4) perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara; (5) perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah; dan (6) perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku (Slameto 2010: 3).

Perubahan dalam terjadi secara sadar, seseorang yang belajar akan menyadari atau merasakan telah terjadi perubahan dalam dirinya, misalnya seseorang akan menyadari bahwa pengetahuan atau keterampilannya telah bertambah. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional artinya perubahan sebagai hasil belajar yang terjadi pada diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan berguna bagi proses belajar berikutnya.

Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif. Perubahan dalam belajar bersifat positif berarti perubahan itu senantiasa bertambah dan bertujuan untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan perubahan hasil belajar bersifat aktif maksudnya perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena adanya usaha dari individu itu sendiri. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara melainkan permanen. Ini berarti tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.

Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. Ini berarti perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar mempunyai tujuan dan terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. Terakhir, perubahan dalam belajar mencakup seluruh aspek tingkah laku, artinya perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui proses belajar meliputi keseluruhan tingkah laku, baik sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.

Model Project Based Learning (PBL)

Model Project Based Learning (PBL)

Menurut Cord et al., sebagaimana yang dikutip Rais (2010:4) Project Based Learning (PBL) adalah sebuah model atau pendekatan pembelajaran yang inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks seperti memberi kebebasan pada peserta didik untuk bereksplorasi merencanakan aktivitas belajar, melaksanakan proyek secara kolaboratif, dan pada akhirnya menghasilkan suatu hasil produk. PBL membantu peserta didik mengembangkan berbagai kemampuan seperti intelektual, sosial, emosional, dan moral (Bas, G., 2010:11).

Adapun langkah-langkah dalam Project Based Learning sebagaimana yang dikembangkan oleh The George Lucas Educational Foundation (2003:9) adalah sebagai berikut.

(1) Membuka pelajaran dengan suatu pertanyaan menantang (start with the big question)
Pembelajaran dimulai dengan sebuah pertanyaan driving question yang dapat memberi penugasan pada peserta didik untuk melakukan suatu aktivitas. Topik yang diambil hendaknya sesuai dengan realita dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam.

2) Merencanakan proyek (design a plan for the project)
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dengan peserta didik. Dengan demikian peserta didik diharapakan akan merasa memiliki atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial dengan mengintegrasikan berbagai subjek yang mendukung, serta menginformasikan alat dan bahan yang dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan proyek.

(3) Menyusun jadwal aktivitas (create a schedule)
Guru dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Waktu penyelesaian proyek harus jelas, dan peserta didik diberi arahan untuk mengelola waktu yang ada. Biarkan peserta didik mencoba menggali sesuatu yang baru, akan tetapi guru juga harus tetap mengingatkan apabila aktivitas peserta didik melenceng dari tujuan proyek. Proyek yang dilakukan oleh peserta didik adalah proyek yang membutuhkan waktu yang lama dalam pengerjaannya, sehingga guru meminta peserta didik untuk menyelesaikan proyeknya secara berkelompok di luar jam sekolah. Ketika pembelajaran dilakukan saat jam sekolah, peserta didik tinggal mempresentasikan hasil proyeknya di kelas.

(4) Mengawasi jalannya proyek (monitor the students and the progress of the project)
Guru bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain, guru berperan sebagai mentor bagi aktivitas peserta didik. Guru mengajarkan kepada peserta didik bagaimana bekerja dalam sebuah kelompok. Setiap peserta didik dapat memilih perannya masing-masing dengan tidak mengesampingkan kepentingan kelompok.

(5) Penilaian terhadap produk yang dihasilkan (assess the outcome)
Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai oleh peserta didik, serta membantu guru dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya. Penilaian produk dilakukan saat masing-masing kelompok mempresentasikan produknya di depan kelompok lain secara bergantian.

(6) Evaluasi (evaluate the experience)
Pada akhir proses pembelajaran, guru dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini, peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek.

Sebagai sebuah model pembelajaran, menurut Thomas sebagaimana yang dikutip Wena (2009:145), PBL memiliki prinsip sebagai berikut.

(1) Prinsip sentralistis (centrality) menegaskan bahwa kerja proyek merupakan esensi dari kurikulum. Model ini merupakan pusat strategi pembelajaran, dimana peserta didik belajar konsep utama dari suatu pengetahuan melalui kerja proyek. Oleh karena itu, kerja proyek bukan merupakan praktik tambahan dan aplikasi praktis dari konsep yang sedang dipelajari, melainkan menjadi sentral kegiatan pembelajaran di kelas

(2) Prinsip pertanyaan penuntun (driving question) berarti bahwa kerja proyek berfokus pada pertanyaan atau permasalahan yang dapat mendorong peserta didik untuk berjuang memperoleh konsep atau prinsip utama. Kriteria sebuah „driving question‟ adalah sebagai berikut:

…a driving question must be simple to understand but also give enough information about what is being searched. This is really necessary to conduct project easily. Because the guidance of such a driving question will always make you remember on what you should focus and what action to take. It must be simple because it must researchable and give chance to easily determine what are the variables (Turgut, 2008: 69).

(3) Prinsip investigasi konstruktif (constructive investigation) merupakan proses yang mengarah kepada pencapaian tujuan, yang mengandung kegiatan inkuiri, pembangunan konsep, dan resolusi. Penentuan jenis proyek haruslah dapat mendorong peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan sendiri untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya. Dalam hal ini guru harus mampu merancang suatu kerja proyek yang mampu menumbuhkan rasa ingin meneliti, rasa untuk berusaha memecahkan masalah, dan rasa ingin tahu yang tinggi.

(4) Prinsip otonomi (autonomy) dalam pembelajaran berbasis proyek dapat diartikan sebagai kemandirian peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran, yaitu bebas menentukan pilihannya sendiri, bekerja dengan minimal supervisi, dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, lembar kerja peserta didik, petunjuk kerja praktikum, dan yang sejenisnya bukan merupakan aplikasi dari PBL. Dalam hal ini guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator untuk mendorong tumbuhnya kemandirian peserta didik.

(5) Prinsip realistis (realism) berarti bahwa proyek merupakan sesuatu yang nyata. PBL harus dapat memberikan perasaan realistis kepada peserta didik dan mengandung tantangan nyata yang berfokus pada permasalahan autentik, tidak dibuat-buat, dan solusinya dapat diimplementasikan di lapangan.
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari PBL yaitu: (1) meningkatkan motivasi belajar peserta didik, (2) membuat peserta didik lebih aktif mengikuti pembelajaran, (3) meningkatkan keterampilan peserta didik dalam memperoleh informasi melalui sumber-sumber informasi, (4) meningkatkan aspek kolaboratif pada diri peserta didik, (5) melatih peserta didik dalam mengorganisasikan proyek dan membuat alokasi waktu.

Senin, 26 Oktober 2015

Menulis Buku Harian

Menulis Buku Harian

Pengertian Buku Harian:
Setiap orang dalam kehidupan ini pasti mengalami berbagai pengalaman. Ada yang menarik, menjengkelkan, mengecewakan, bahkan membuat putus asa. Semua pengalaman tersebut dapat saja diungkapkan/dicurahkan kepada orang lain. Apakah itu teman, orang tua, guru, atau siapa saja. Jika tidak ada seseorang yang dapat mencurahkan pengalaman, bisa juga perasaan, pemikiran, bahkan hasil perenungan, kita bisa menuliskannya pada buku harian.

Jika menganggap menulis buku harian adalah sesuatu yang bodoh dan membuang-buang waktu adalah salah besar. Betapa banyak orang yang menulis buku harian bisa menjadi terkenal. Seprti: Buku Harian Seorang Demonstran yang ditulis oleh Soe Hok Gie, belum lama ini difilmkan, dan filmnya cukup menarik perhatian kaum muda. Begitu juga, dengan Buku Harian Anne Frank yang sudah diterjemahkan ke berbagai bahasa dunia.

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, buku harian artinya buku tulis yang berisi catatan kegiatan yang harus dilakukan dari kejadian yang dialaminya setiap hari. Buku harian bisa merupakan buku catatan pribadi yang berisi catatan kejadian atau pengalaman seseorang yang dialami setiap hari. Buku harian ada bermacam-macam. Ada yang bertanggal yang biasanya disebut agenda dan tidak bertanggal biasa disebut diary. Kata diary merupakan istilah bahasa Inggris untuk buku harian.

Model-model menulis Buku Harian

Model-model menulis buku harian berdasarkan cara pengungkapannya dapat dibedakan atas:
a. berdasarkan hasil pemikiran
b. berdasarkan hasil perenungan atau perasaan
c. berdasarkan hasil pengalaman

a. Berdasarkan Hasil Pemikiran
Biasanya orang menggunakan teknik ini jika ia ingin menuliskan sesuatu yang terpikirkan pada saat itu. Pikiran ataupun gambaran tentang sesuatu peristiwa,orang, tempat, waktu, bahkan mimpi pun dapat diungkapkannya. Hal-hal yang sulit dilupakan yang merupakan penggalan dari perjalanan hidup seseorang. Para penulis buku harian biasanya senang menggunakan teknik ini. Mengapa? Karena teknik ini dapat menggambarkan semua peristiwa yang dipikirkan penulisnya.

Contoh:
Aku hampir saja yakin bahwa pemerintah memperhatikan rakyatnya. Buktinya kini ada dana BOS yang dapat meringankan beban kedua orang tuaku membiayai sekolahku. Mungkin memang pemerintah mulai memikirkan rakyatnya

b. Berdasarkan Hasil Perenungan
Pada model ini penulis dapat menuangkan hasil perenungan dirinya atas suatu kejadian/peristiwa yang dialaminya baik yang menyenangkan, menjengkelkan, mengecewakan, ataupun menyakitkan hati yang dapat mengubah sifat atau karakter diri. Berdasarkan hasil perenungannya penulis dapat mengambil hikmah dari semua kejadian yang telah dialaminya. Misalnya jika penulis adalah seorang yang boros maka ia akan merenungkannya sehingga ia tidaklah boros lagi.

Seperti contoh yang ditulis Anton berikut ini.

Sepertinya aku ini termasuk orang yang boros. Bayangkan! Baru saja mami memberi uang ke aku

Aku sudah habiskan itu semua. Ya, Allah berilah petunjuk-Mu

c. Berdasarkan Hasil Pengalaman
Pengalaman merupakan sesuatu hal yang sangat pribadi. Pengalaman akan sangat menarik bila dituliskan dengan sajian yang menarik. Tentunya kita harus mengingat kejadian apa yang kita alami dan sangat berkesan.

Perhatikan contoh berikut:
Wah, senangnya aku bisa ikut pemilihan gadis sampul versi SMP-ku. Coba bayangkan dari 50 peserta, aku bisa masuk final dan berada di peringkat kedua. Cuma hari ini aku sedih sebabnya doiku sakit jadi nggak bisa datang deh

Bentuk-bentuk Buku Harian
Bentuk-bentuk Buku Harian Berdasarkan Bentuk Karangan Dilihat dari bentuknya buku harian dapat dibedakan atas:
a. Agenda
b. Uraian
c. Puisi

a. Agenda
Agenda merupakan buku catatan harian yang sudah dicetak hari, tanggal, bulan, dan tahunnya. Penulis menuliskan kegiatan atau jadwal kegiatannya pada kolom yang tersedia, sehingga panjang tulisannya terbatas (sesuai dengan tempat yang tersedia). Dengan demikian, penulis menuliskan catatannya secara singkat, padat, dan jelas.

Contoh : Sabtu, 4 Februari 2006 Pukul 11.00 Rapat OSIS
Pukul 14.00 Penyusunan Proposal Pensi.

b. Uraian
Penulisan buku harian berbentuk uraian, maksudnya adalah penulisan dengan mengambil format prosa, biasanya berupa narasi. Penulis dapat dengan bebas menuangkan ide-ide, perasaan, pengalamannya

Seperti contoh yang ditulis Anita berikut ini:
Hari ini bener-bener bete. Gimana nggak? Ulangan aja ada 3: Fisika, Mat, juga BI.

c. Puisi
Penulisan buku harian berbentuk puisi, biasanya penulis ingin mengungkapkan perasaan/emosi yang membelenggu dirinya secara lepas. Setelah dituliskan, penulis akan merasa lega dan lepas dari beban yang membelenggunya

Seperti contoh yang dituliskan oleh Anwar berikut ini.
Oh…andai kubisa
Andai kuraih
Semua angan yang ada
Betapa bahagia…

Tata cara Menulis Buku Harian
1. Catatlah pada buku diary yang tersedia, jika tidak ada.
2. Pada buku tebal agar dapat dipakai dalam jangka waktu lama.
3. Gunakan tinta permanen agar tidak mudah luntur, dianjurkan menggunakan pulpen.
4. Cantumkan tanggal dan hari penulisan buku harian.
5. Usahakan tidak banyak menggunakan singkatan agar kita mudah memahami isi catatan harian kita.
6. Tulislah kejadian dengan segera untuk mengingatnya.
7. Tulislah catatan harian kita dengan jujur sesuai dengan kejadian yang sebenarnya.
8. Jika ada guntingan koran/majalah yang berhubungan dengan prestasi kita jangan lupa tempelkan pada buku harian kita

Manfaat Harian
a. Teman untuk mencurahkan hati (curhat)
b. Bahan biografi
c. Bahan cerita, bisa saja kita jadikan cerpen/novel
d. Cermin diri sebagai evaluasi diri

a. Teman untuk Mencurahkan Hati (Curhat)
Seringkalai kita sulit untuk mengungkapkan perasaan kita kepada orang lain karena bisa saja apa yang kita utarakan, teman atau orang lain tersebut tidak bisa menyimpan rahasia kita. Sepertinya sulit mencari orang yang benar-benar dapat kita percayai. Buku harian dapat kita jadikan teman atau tempat untuk mencurahkan hati/perasaan kita, istilah sekarang Curhat. Mengapa tidak? Bila kita sudah mencurahkan segala isi hati kita, maka kita akan merasa lega.

b. Bahan Biografi
Buku harian dapat menjadi bahan biografi dan membagi pengalaman bagi orang yang membacanya. Buku harian yang bisa menjadi monumental misalnya: Catatan Harian Seorang Demonstran: Soe Hok Gie, bahkan difilmkan. Begitu pula dengan Buku Harian Anne Frank.

c. Bahan Cerita
Di masa sekarang ini banyak remaja yang mengangkat buku hariannya menjadi novel. Ada beberapa yang sudah difilmkan, misalnya: Eiffel I’m in Love.

d. Sebagai Evaluasi Diri/Cermin Diri
Buku harian yang kita tulis dapat sebagai bahan untuk mengevaluasi apa yang telah kita lakukan. Dengan mengevaluasi diri, maka dapat menjadi cermin bagi diri kita untuk memperbaiki prilaku/perbuatan kita yang salah/ menyimpang. Dengan demikian, kita akan menjadi orang yang lebih baik di masa yang akan datang

Menggunakan bahasa ekspresif

Perbedaan bahasa ekspresif dan nonekspresi

Bahasa ekspresif merupakan bahasa yang berisi curahan perasaan. Kalimat ekspresif adalah kalimat yang memiliki kata kerja menyatakan makna batin (ekspresif). Sedangkan kata ekspresif dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bermakna ‘tepat (mampu) memberikan/mengungkapkan gambaran, maksud, gagasan, perasaan’. Abdul Chaer menyatakan bahwa kata kerja yang menyatakan perasaan batin digunakan di dalam kalimat yang subjeknya berperan sebagai orang yang mengalami (Chaer: 1994, h. 129)

Contoh:
Wah, betapa bahagianya aku saat kumeraih juara pertama mendongeng antarsiswa SMP se-Jabotabek.

Bahasa yang nonekspresif

Contoh:
Aku memenangkan juara pertama lomba mendongeng se-Jabotabek

Teknik Mengubah Buku Harian menjadi cerita
a. Berilah tanda pada catatan harian kita yang merupakan peristiwa penting dalam kehidupan kita
b. Rangkailah peristiwa-peristiwa tersebut secara kronologis
c. Kembangkan setiap peristiwa dengan imajinasi

Paragraf

Paragraf

1. Pengertian Paragraf
2. Ide Pokok
3. Tujuan Pembuatan Paragraf
4. Kepaduan Paragraf

Sejarah paragraf/alinea

Paragraf diserap dari bahasa Inggris paragraph.

Kata ini pun berasal dari kata Yunani:
para- yang berarti ‘sebelum’
grafein yang berarti ‘menulis’.

Dahulu paragraf atau alinea adalah sebuah karangan yang tidak dipisah-pisahkan seperti sekarang, pada bagian awal baris pertamanya ditempatkan tanda sebagai ciri awal paragraf.

Alinea dari bahasa Belanda. Kata Belanda itu sendiri dari kata Latin a linea yang berarti ‘mulai dari baris baru’.

Pengertian paragraf/alinea:

a. Bagian dari wacana yang berisi satu gagasan pokok dan dapat diikuti oleh kalimat-kalimat penjelas.
b. Bagian dari suatu karangan atau tuturan yang terdiri dari sejumlah kalimat yang mengungkapkan satuan informasi dengan ide pokok sebagai pengendalinya, dalam ragam tulis biasanya ditandai dengan kalimat yang menjorok ke dalam atau spasi yang berbeda.

Macam-macam alinea:
a. alinea pembuka
b. alinea penghubung
c. alinea penutup

Alinea pembuka
a. membuka suatu karangan
b. menarik minat dan perhatian pembaca
c. menyiapkan pikiran pembaca

Alinea penghubung
Semua alinea yang terdapat di antara alinea pembuka
dengan alinea penutup.

Alinea penutup
a. mengakhiri karangan/bagian karangan
b. mengandung kesimpulan yang bulat dan betul-betul mengakhiri uraian
c. menimbulkan banyak kesan

Ide Pokok:
a. Ide pokok yang terletak pada bagian awal paragraf
b. Ide pokok yang terletak pada bagian akhir paragraf
c. Ide pokok yang terletak pada bagian awal dan akhir paragraf

Ide pokok yang terletak pada bagian awal paragraf pada umumnya mengandung pernyataan yang bersifat umum, pernyataan yang masih memerlukan pengembangan, rincian, dan penjelasan lebih lanjut Jadi, alur pikiran yang dikemukakan dalam paragraf itu bersifat deduktif

Contoh:
Perkembangan teknologi komunikasi dirasakan sangat cepat berubah. Perubahan telepon dari telepon rumah ke telepon genggam merupakan salah satu bukti nyata. Jika beberapa tahun yang lalu komunikasi hanya bisa dilakukan dengan suara, kini telepon genggam bisa digunakan sambil bertatap muka. Saat ini pun puluhan merek telepon genggam bermunculan dalam waktu yang bersamaan dilengkapi dengan fasilitas yang semakin lengkap.

Ide pokok yang terletak pada bagian akhir paragraf

Ide pokok yang terletak pada bagian akhir paragraf pada umumnya merupakan kesimpulan atau rangkuman dari hal yang dikemukakan pada kalimat-kalimat di awal tulisan. Penulis lebih dahulu mengemukakan beberapa kejadian, peristiwa, atau keadaan, kemudian pada akhir paragraf dikemukakan kesimpulan atau rangkuman. Jadi, alur pikiran yang dinyatakan pada paragraf itu bersifat induktif.

Contoh:
Sulit rasanya saat ini menemukan mahasiswa yang tidak memiliki komputer terlebih di kampus yang berbasis teknologi. Komputer membantu mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas kuliahnya. Selain itu, mahasiswa dapat belajar berbagai program komputer dan bereksperimen dengan komputernya. Oleh sebab itu, penggunaan komputer di kalangan mahasiswa merupakan hal yang biasa.

Ide pokok yang terletak pada bagian awal dan akhir paragraf

Ide pokok yang terletak pada bagian awal paragraf bersifat umum yang sudah tentu masih memerlukan penjelasan lebih lanjut, sedangkan ide pokok yang terletak pada bagian akhir paragraf sebenarnya merupakan ulangan dari ide pokok yang terletak pada awal paragraf, tetapi bentuk kalimat atau kata-katanya tidak sama tepat. Maksud penulis mengulang ide pokok itu ialah untuk menguatkan pernyataan yang dinyatakannya pada ide pokok. Jadi, alur pikirannya bersifat deduktif-induktif.

Contoh:
Ziddu adalah sebuah situs web yang menyediakan fasilitas penyimpanan data secara online dalam kapasitas besar. Tujuan dari situs tersebut adalah menyediakan fasilitas penyimpanan berupa data, audio, video, gambar untuk bisa di-sharing atau dibagikan kepada orang lain selama dia online di Internet. Cara untuk menyimpan file sangatlah mudah Anda tinggal mengunggah file tersebut baik secara satuan (single file) atau secara masal (multi file). Jadi, ziddu merupakan situs web dengan kemampuan penyimpanan data yang cukup besar.

Tujuan pembuatan paragraf:
a. memudahkan pemahaman dengan menceraikan suatu tema dari tema yang lain,
b. memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar dan formal.

Syarat-syarat membentuk alinea:
1. kesatuan/kepaduan:
semua kalimat secara bersama-sama menyatakan suatu hal dan berhubungan erat.
2. koherensi dan kohesi
3. perkembangan alinea
4. perincian dari gagasan-gagasan yang membina alinea:
a. kemampuan memperinci gagasan utama secara maksimal ke dalam gagasan-gagasan bawahan
b. kemampuan mengurutkan gagasan bawahan secara teratur.

Teks Berita

Pengertian Berita

Berita merupakan tulisan berisi fakta tentang kejadian yang bertujuan menyampaikan suatu informasi kepada khalayak. Berita berisi fakta, namun tidak semua fakta adalah sebuah berita. Berita biasanya menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan orang banyak. Semi (1995:9) menyebutkan bahwa berita adalah fakta yang disampaikan kepada orang lain. Namun, tidak semua fakta masuk ke dalam jenis berita, karena berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik, dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi, maupun media online internet (Sumandiria 2005:65). Sehingga dapat dikatakan bahwa fakta yang tidak memenuhi kelayakan tersebut tidak termasuk ke dalam jenis berita.

Selanjutnya, Djuraid (2006:11) juga berpendapat bahwa berita adalah sebuah laporan atau pemberitahuan mengenai terjadinya sebuah peristiwa atau keadaan yang bersifat umum dan baru saja terjadi yang disampaikan oleh wartawan di media massa. Peristiwa atau keadaan yang disampaikan tersebut merupakan fakta atau benar-benar terjadi. Dengan kata lain, berita sama sekali tidak boleh mengandung unsur rekaan atau fiksi dari penulis.

Unsur-Unsur Berita

Sebuah fakta layak disebut sebuah berita apabila memenuhi unsur-unsur tertentu. Para pakar jurnalistik telah menyepakati unsur-unsur tersebut adalah 5W+1H (What, Where, When, Who, Why, dan How). Unsur-unsur berita tersebut akan saling mendukung membuat sebuah berita yang mengandung informasi lengkap. Hal tersebut akan lebih memuaskan pembaca, karena pembaca mendapatkan sebuah informasi secara jelas dan tidak samar.

Romli (2000:6) menjelaskan bahwa fakta yang layak diberitakan harus memenuhi unsur-unsur 5W+1H, 5W+1H tersebut adalah:

1) What: apa yang terjadi?
2) Where: di mana hal itu terjadi?
3) When: kapan peristiwa itu terjadi?
4) Who: siapa yang terlibat dalam kejadian itu?
5) Why: kenapa hal itu terjadi?
6) How: bagaimana peritiwa itu terjadi?

Djuraid (2006:85-86) menyebutkan secara lebih rinci bahwa dalam pelajaran dasar menulis berita dimulai dengan pengenalan bagian berita yang sangat populer yakni 5W+1H. Siapa tokohnya, di mana kejadiannya, apa yang terjadi, mengapa terjadi, bagimana bisa terjadi dan seterusnya. Pedoman ini setidaknya akan memudahkan untuk mulai menulis. Setelah bahan-bahan berita terkumpul, selanjutnya dilakukan identifikasi sesuai dengan 5W+1H. dengan demikian, akan muncul gambaran tentang kerangka berita yang akan ditulis. Berikut ini adalah unsur ADIKSIMBA yang harus tercantum dalam setiap berita.

1) What atau apa: merupakan sebuah nama atau identitas dari suatu kejadian atau peristiwa. Misalnya, peritiwa bencana alam seperti banjir, tanah longsor, gunung meletus, dan berbagai bentuk bencana alam lainnya. Bukan hanya peritiwa seperti seorang tokoh yang berbicara tentang suatu masalah. Contoh: Banjir telah menggenangi perumahan warga.
2) Where atau di mana: merupakan tempat kejadian yaitu tempat peristiwa atau kejadian terjadi. Dalam istilah kriminal biasa disebut dengan TKP (Tempat Kejadian Perkara). Unsur ini biasanya menyatakan lokasi dan daerah terjadinya peristiwa. Contoh: Banjir telah menggenangi perumahan warga di desa Sambong.
3) When atau kapan: merupakan waktu terjadinya suatu kejadian atau peristiwa . bisa disebut dengan pagi, siang, sore, atau malam. Bahkan apabila ingin lebih rinci bisa disebutkan tanggal dengan hitungan jam, menit, sampai detik. Contoh: Banjir terjadi pada dini hari pukul 02.00.
4) Who atau siapa: merupakan tokoh yang menjadi pemeran utama dalam berita. Meliputi siapa saja yang terlibat dalam peristiwa dalam berita. Contoh: Warga desa Sambong yang terkena banjir membersihkan rumah mereka.
5) Why atau mengapa: merupakan alasan mengapa peristiwa itu bisa terjadi. Pertanyaan ini bisa menguak apa yang menjadi penyebab sehingga peristiwa itu bisa terjadi. Contoh: Hujan deras semalam menyebabkan banjir di desa Sambong.
6) How atau bagaimana: merupakan pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui bagaimana keadaan yang terjadi, bagaimana proses terjadinya, termasuk akibat yang ditimbulkan dari peritiwa tersebut. Contoh: Banjir tejadi ketika tengah malam saat hujan deras mengguyur desa Sambong.

Persyaratan Berita

Berita adalah kejadian yang disampaikan atau diceritakan kembali kepada orang lain melalui kata atau gambar. Namun, dalam jurnalistik tidak semua kejadian atau fakta dapat dikatakan sebagai berita. Menurut Faqih (2003:37-39) fakta akan memiliki nilai layak berita jika memenuhi syarat-syarat yaitu (1) significance, (2) magnitude, (3) timeliness, (4) proximity, (5) prominence, (6) human interest.

(1) Significance (penting)
Kejadian yang dijadikan berita sangat mungkin mempengaruhi orang banyak, ditunggu oleh masyarakat. Selain berpengaruh, unsur penting juga berakibat terhadap kehidupan orang banyak. Misal: Masalah siapa yang akan menjadi Presiden Indonesia akan lebih penting dari siapa yang akan menjadi lurah Desa Kecepak.
(2) Magnitude (besar)
Berita harus merupakan suatu kejadian besar atau fakta yang menyangkut angka dalam jumlah besar, atau dapat menimbulkan akibat yang besar. Misal: kasus kecelakaan becak dengan pengendara sepeda motor dan kecelakaan pesawat. Kecelakaan pesawat lebih besar jika dibandingkan dengan kecelakaan antara becak dengan sepeda motor. Sehingga kecelakaan pesawat lebih layak diberitakan.
(3) Timeliness (waktu)
Hal ini menyangkut aspek keaktualan peristiwa yang terjadi. Peristiwa yang terjadi hari ini lebih layak dijadikan berita daripada peristiwa yang terjadi minggu lalu. Misal: berita tentang banjir yang terjadi hari ini lebih layak dijadikan berita jika dibandingkan dengan bencana tsumani 8 tahun silam.
(4) Proximity (kedekatan)
Berita haruslah dekat dengan pembaca. Dekat bisa bisa dalam aspek sosial, ekonomi, psikologis, maupun geografis. Misal: pemberitaan tentang demo di Universitas Negeri Semarang akan lebih menarik minat mahasiswa Universitas Negeri Semarang daripada Universitas Diponegoro.
(5) Prominence (terkenal)
Syarat berikutnya adalah berita harus menyangkut semua hal, baik manusia, tempat, maupun kegiatan yang dikenal oleh masyarakat. Misal: pemberitaan tentang perceraian artis A dengan artis B. Berita ini akan lebih menarik minat daripada perceraian orang awam. Liputan berita tentang Bali akan lebih menarik dibanding liputan berita tentang taman bermain.
(6) Human Interest (manusiawi)
Peristiwa yang diberitakan dapat memberi sentuhan perasaan bagi pembaca. Rumusan yang biasa dipakai adalah “kejadian luar biasa yang dialami orang biasa, atau kejadian biasa yang dilakukan oleh orang besar”. Misal: Presiden Amerika Barrack Obama berkunjung ke Indonesia dan ingin makan nasi goreng.

Pendapat senada juga disampaikan Djuraid (2006:15-16) bahwa sebuah informasi tentang suatu peristiwa haruslah memperhatikan syarat-syarat tertentu apakah fakta tersebut layak untuk diberitakan atau tidak. Syarat-syarat tersebut adalah (1) aktual, (2) kedekatatan, (3) penting, (4) luar biasa, (5) tokoh, (6) ekslusif. (7) ketegangan, (8) konflik, (9) human interest, (10) seks, (11) progresif, (12) trend, dan (13) humor.

Bahasa Berita

Bahasa yang digunakan dalam berita berbeda dengan bahasa yang digunakan sehari-hari. Bahasa berita biasa disebut dengan istilah bahasa jurnalistik. Faqih (2003:9-10) agar pesan yang hendak disampaikan penulis tersampaikan kepada pembaca dengan jelas diperlukan kecermatan, tatanan kalimat yang logis. Diksi, dan pembentukan kalimat yang tepat. untuk itu, agar dapat lebih efektif dalam penggunaan berita harus memperhatikan beberapa hal, diantaranya:
1) Penggunaan bahasa dengan baik dan benar
Penggunaan bahasa secara baik adalah menggunakan bahasa secara efektif. Sehingga pesan yang ingin disampaikan tepat mengenai sasaran, sedang kata benar memiliki makna sesuai dengan kaidah tata bahasa. Jadi bahasa berita haruslah memperhatikan kaidah tata bahasa Indonesia.
2) Penguasaan materi yang disampaikan
Berita yang disajikan harus memiliki muatan materi, muatan materi merupakan seperangkat gagasan atau ide yang akan dikemukakan atau akan dikomunikasikan kepada pembaca. Ide yang dikomunikasikan melalui media dengan penguasaan bahasa yang baik dan benar akan memiliki dampak mempengaruhi masyarakat.
3) Teknik penyajian
Agar ide dapat dikomunikasikan dengan baik kepada pembaca, selain menggunakan bahasa yang baik dan benar juga melalui teknik penyajian yang tepat. teknik penyajian yang tepat yang dimaksud adalah bagaimana cara menyampaikan berita berdasarkan media yang digunakan. Informasi yang disampaiakn melalui media elektronika akan berbeda dengan media cetak. Missal, media elektronika (televisi dan radio) lebih mementingkan gambar atau suara dalam menyampaikan informasi. Berbeda dengan media cetak, karena gambar terbatas, hanya berupa foto, maka penjelasan atau uraian terhadap suatu fakta harus disajikan secara lengkap dan detail.
Selanjutnya Sumandiria (2005:53-59) juga berpendapat bahwa ciri utama bahasa jurnalistik di antaranya: (1) sederhana, (2) singkat, (3) padat, lugas, (4) jernih, (5) menarik, (6) demokratis, (7) mengutamakan kalimat aktif, (8) sejauh mungkin menghindari penggunaan kata atau istilah teknis, dan (9) tunduk kepada kaidah serta etika bahasa baku.
1) Sederhana
Sederhana berarti selalu mengutamakan dan memilih kata atau kalimat yang paling banyak diketahui maknanya oleh khalayak pembaca. Khalayak pembaca sifatnya sangat heterogen, baik dilihat dati tingkat intelektualitasnya maupun karakteristik demografis dan aspek psikografisnya seperti status sosial ekonomi, pekerjaan atau profesi, tempat tinggal, suku bangsa, dan budaya serta agama yang dianut. Kata-kata dan kalimat yang rumit, yang hanya dipahami maknanya oleh segelintir orang, tabu digunakan dalam bahasa jurnalistik.
2) Singkat
Singkat berarti langsung kepada pokok permasalahan (to the point), tidak bertele-tele, tidak berputar-putar, tidak memboroskan waktu pembaca yang sangat berharga. Ruangan atau kapling yang tersedia pada kolom-kolom halaman surat kabar, tabloid, atau majalah sangat terbatas, sementara isinya banyak dan beranekaragam. Konsekuensinya apapun pesan yang akan disampaikan tidak boleh bertentangan dengan filosofi, fungsi, dan karakeristik pers.
3) Padat
Padat dalam bahasa jurnalistik berarti sarat informasi. Setiap kalimat dan paragraf yang ditulis memuat banyak informasi penting dan menarik untuk khalayak pembaca. Ini berarti terdapat perbedaan yang tegas antara kalimat singkat dan kalimat padat. Kalimat singkat tidak bererti memuat banyak informasi, tetapi kalimat yang padat, selain singkat juga mengandung lebih banyak informasi.
4) Lugas
Lugas berarti tegas, tidak ambigu, sekaligus menghindari penghalusan kata dan kalimat yang bisa membingungkan khalayak pembaca, sehingga terjadi perbedaan persepsi dan kesalahan konklusi. Kata yang lugas selalu menekankan pada satu arti serta menghindari kemungkinan adanya penafsiran lain terhadap arti dan makna kata tersebut. Sehingga maksud yang hendak disampaikan bisa tepat sasran.
5) Jelas
Jelas berarti mudah ditangkap maksudnya, tidak kabur. Sebagai contoh, merah adalah warna yang jelas. Putih adalah warna yang jelas. Ketika kedua warna tersebut disandingkan, maka terdapat perbedaan yang tegas, mana yang merah dan mana yang putih. Perbedaan warna merah dan putih melahirkan kesan kontras. Jelas di sini memiliki tiga arti: jelas artinya, jelas susunan kata atau kalimatnya sesuai dengan kaidah subjek objek predikat keterangan (SPOK), dan jelas sasaran atau maksudnya.
6) Jernih
Jernih dalam bahasa jurnalistik berarti kata dan kalimat yang tidak memiliki maksud tersembunyi di balik penyampaian suatu berita atau laporan kecuali fakta, kebenaran, kepentingan masyarakat. Bahasa berita harus transparan. Jadi dalam penyampaian berita tidak terdapat maksud terselubung yang ditujukan pada satu pihak tertentu.
7) Menarik
Menarik artinya mampu membangkitkan minat dan perhatian khalayak pembaca. Memicu selera baca, membuat orang yang sebelumnya tidak tertarik menjadi tertarik untuk membaca berita yang disajikan. Meskipun demikian, bahasa jurnalistik tetap berpijak pada prinsip menarik, benar, dan baku.
8) Demokratis
Bahasa jurnalistik harus bersifat demokratis yang berarti tidak mengenal tingkatan, pangkat, kasta, atau perbedaan dari pihak yang menyapa dan pihak yang disapa sebagaimana dijumpai dalam gramatika bahasa Sunda dan bahasa Jawa. Bahasa jurnalistik memperlakukan siapapun, baik itu presiden, guru, karyawan, maupun tukang becak, pemulung, secara sama. Kalau dalam berita disebutkan presiden mengatakan, maka kata mengatakan tidak bisa atau harus diganti dengan kata bersabda. Presiden maupun pengemis, keduanya tetap harus ditulis mengatakan.
9) Mengutamakan Kalimat Aktif
Bahasa jurnalistik mengutamakan kalimat aktif karena kalimat aktif lebih mudah dipahami dan lebih disukai khalayak pembaca daripada kalimat pasif. Sebagai contoh: presiden mengatakan, bukan dikatakan oleh presiden. Bahasa jurnalistik harus jelas susunan katanya dn kuat maknanya (clear and strong). Kalimat aktif lebih memudahkan pengertian dan memperjelas tingkat pemahaman. Kalimat pasif sering menyesatkan pengertian dan membingungkan tingkat pemahaman.
10) Menghindari Kata atau Istilah Teknis
Bahasa jurnalistik harus sederhana, mudah dipahami, ringan dibaca, dan tidak membuat pusing. Salah satu cara untuk menghindari hal tersebut adalah dengan menghindari penggunaan kata atau istilah-istilah teknis, akarena istilah teknis hanya berlaku untuk komunitas tertentu yang sifatnya homogen. Sebagai contoh istilah dalam dunia mikrobiologi, akan tidak bisa dipahami maksudnya oleh khalayak pembaca apabila dimasukkan ke dalam berita. Istilah-istilah teknis harus diganti dengan istilah yang bisa dipahami oleh masyarakat umum.
11) Tunduk Kepada Kaidah dan Etika Bahasa Baku
Bahasa jurnalistik harus tunduk kepada kaidah dan etika bahasa baku. Bahasa baku artinya bahasa resmi sesuai dengan ketentuan tata bahasa serta pedoman ejaan yang disempurnakan berikut pedoman pembentukan istilah yang menyertainya. Selain harus baku, baik, dan benar, dalam berita tidak boleh terdapat kata-kata kurang sopan yang bertentangan dengan norma masyarakat.
Dari berbagai pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa bahasa berita haruslah baik dan benar, penggunaanya harus efektif dan sesuai dengan kaidah tata bahasa. Selain harus baik dan benar bahasa berita haruslah bisa menarik minat pembaca agar tertarik pada berita yang disajikan. Bahasa berita juga harus bersifat demokratis yang artinya berarti tidak mengenal tingkatan, pangkat, kasta, atau perbedaan dari pihak yang menyapa dan pihak yang disapa seperti yang terdapat dalam bahsa Jawa dan Sunda.

Jenis-Jenis Berita

Berita merupakan pengungkapan fakta. Pengungkapan fakta bisa beragam jenis. Jenis-jenis berita yang dikenal dalam dunia jurnalistik menurut Romli (2000:8) antara lain:
1) Straight news: merupakan berita yang ditulis langsung, apa adanya, ditulis secara singkat dan lugas. Sebagian besar sehalaman surat kabar berisi berita jenis ini.
2) Depth news: merupakan berita mendalam, dikembangkan dengan pendalaman hal-hal yang ada di bawah suatu permukaan.
3) Investigations news: merupakan berita yang dikembangkan berdasarkan penelitian atau penyelidikan dari berbagai sumber
4) Interpretative news: merupakan berita yang yang dikembangkan dengan pendapat atau penulisnya/reporter.
5) Opinion news: merupakan berita mengenai pendapat seseorang, biasanya pendapat para cendekiawan, tokoh, ahli, atau pejabat mengenai suatu hal, peristiwa, kondisi politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, dan sebagainya.
Faqih (2003:42-43) menambahkan bahwa jenis berita yang lazim dipakai dalam pengungkapan fakta di media massa terbagi menjadi tiga:
1) Straight news atau berita langsung, dalam perkembangan kemudian sering hanya disebut berita. Staright news dibuat untuk menyampaikan fakta yang baru dan harus segera diketahui masyarakat. Hal yang paling penting dalam staright news adalah aktualitas, karena persaingan media, fakta harus secepat mungki dipublikasikan, jika terlambat sudah tidak actual lagi (karena mungkin telah dimuat media lain).
2) Soft news atau berita ringan, jenis ini tidak mengutamakan aktualitas, tapi menekankan aspek manusiawi (human interest) dalam suatu peristiwa. Contohnya, ada seorang bayi yang selamat dari sebuah kecelakaan pesawat, sedangkan penumpang lain tewas. Peristiwa tersebut bisa dituis dalam bentuk soft news. Berita tentang selamatnya bayi tersebut bisa ditulis beberapa hari setelah peritiwa itu terjadi. Hal yang perlu diperhatiakan, dalam soft news penulis tidak perlu mengungkapkan secara detail, cukup hanya permukaan saja.
3) Feature, berita kisah, khas. Merupakan jenis tulisan mengenai suatu fakta yang dapat menambah pengetahuan pembaca dan atau menyentuh perasaan pembaca. Jenis berita ini tidak terpengaruh pada unsur aktualitas, yang diutamakan adalah detail suatu fakta. Unsur terpenting dalam penulisan feature adalah sisi manusiawi. Feature tidak melulu mengenai orang, tapi bisa juga mengenai peristiwa, atau tempat. Bahasa yang dipergunakan dikemas agar segar, ringan, dan menarik. Feature juga sering disebut berita kisah, karena gaya penulisannya yang naratif seperti orang bercerita.

Teknik Penulisan Berita

Berita merupakan fakta objektif. Sebagai fakta yang objektif berita harus bebas dari pendapat pribadi manapun termasuk dari jurnalis maupun editor. Berita adalah laporan tentang fakta secara apa adanya dan tidak dibuat-buat kebenarannya. Faqih (2003:45) berpendapat bahwa berita memiliki keterbatasan ruang, maka dari itu harus disampaikan secara efektif. Bentuk yang dipakai adalah piramida terbalik. Artinya meletakkan unsur terpenting dan utama dari suatu fakta pada bagian atas atau lead, diikuti detail fakta pada tubuh dan kesimpulan pada ekor atau penutup.
Menurut Sumandiria (2005:117-118) karena fakta dalam bentuk berbagai peritiwa yang terjadi begitu banyak, sedangkan waktu yang dimilki jurnalis dan editor media massa sangat terbatas, maka harus dicari teknik untuk melaporkan atau menuliskan kata-kata tersebut. Teknik itu dinamakan dengan piramida terbalik. Dengan piramida terbalik, berarti pesan berita disusun secara deduktif . kesimpulan dinyatakan terlebih dahulu pada paragraf utama, baru kemudian disusul dengan penjelasan dan uraian yang lebih rinci pada paragraf-paragraf berikutnya. Alasan penggunaan piramida terbalik dalam menulis berita dikarena berbagai alasan sebagai berikut:
1) Memudahkan khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa yang sangat sibuk untuk segera menemukan berita yang dianggapnya menarik atau penting yang sedang dicari atau ingin diketahuinya.
2) Memudahkan reporter dan editor memotong bagian-bagian berita yang dianggap kurang atau tidak penting ketika dihadapkan pada kendala teknis, missal berita terlalu panjang sementara kapling atau ruangan yang tersedia sangat terbatas.
3) Memudahkan para jurnalis dalam menyusun pesan berita melalui rumus baku yang sudah sangat dikuasainya sekaligus untuk menghindari kemungkinan adanya fakta atau informasi penting yang terlewat tidak dilaporkan.

Hal-Hal yang Diperhatikan dalam Menyusun Berita

Berita merupakan suatu hal harus dibuat menarik. Isi berita tidak boleh menyimpang dari kebenaran nilai berita. Dalam menyusun sebuah berita tidak serta merta membuat tulisan tentang fakta suatu kejadian, melainkan ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Djuharie dan Suherli (2005:35) juga menyebutkan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menulis berita, antara lain adalah:
1) Tulisan berita harus bisa menyentuh kebutuhan manusia akan informasi.
2) Berita yang ditulis harus aktual sehingga tidak menjadi berita yang basi.
3) Penulisan berita untuk surat kabar harus cepat dan singkat tetapi kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan.
4) Tulisan berita harus bisa menjawab pertanyaan apa, kapan, siapa, bagaimana, dimana, mengapa
5) Tulisan berita yang berkelanjutan tentang suatu hal, pada bagian akhir berita harus diungkapkan lagi tentang latar belakang peristiwanya.
Selanjutnya Hasnun (2006:122) menyebutkan bahwa banyak masalah yang perlu diperhatikan dalam menyusun berita. Antara lain sebagai berikut:
1) Penulis berita perlu memahami atau menguasai peristiwa yang ditulis.
2) Penulis berita perlu meyakini masalah yang ditulis.
3) Masalah yang menjadi materi berita perlu ditonjolkan secara baik.
4) Berita yang ditulis menggunakan bahasa yang baik dan benar, santun, serta berdasarkan fakta.
5) Penulis harus menyampaikan berita secara jujur, tepat, dan cepat.

Aspek-aspek yang Dinilai dalam Menulis Berita

Menurut Nurgiyantoro (1987:5) penilaian merupakan suatu proses untuk mengukur kadar pencapaian tujuan. Penilaian dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pada setiap kompetensi dasar yang disampaikan oleh guru, memiliki beberapa aspek atau kriteria yang dijadikan indikator dalam penilaian.
Dalam pembelajaran menulis teks berita ada beberapa aspek yang digunakan dalam penilaian, di antaranya adalah (1) aspek kesesuaian judul, (2) aspek kelengkapan unsur (apa, di mana, kapan, siapa, mengapa, dan bagaimana), (3) keruntutan, (4) kalimat efektif, (5) pilihan kata/diksi, (6) ketepatan ejaan dan tanda baca, dan (7) tampilan tulisan. Penilaian dilakukan secara terpadu pada penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses meliputi perilaku peserta didik selama mengikuti pmbelajaran, sedangkan penilaian hasil diperoleh dari produk yang dihasilkan oleh peserta didik.