Senin, 25 Januari 2016

Contoh Teks Diskusi Haruskah Menunggu Hingga Umur 17 Tahun Untuk Mendapatkan SIM C?

Kalau kita mengamati para pengendara sepeda motor saat ini, ada satu hal menarik yang perlu kita cermati. Selain orang dewasa, tidak sedikit di antara mereka adalah para pelajar yang masih berumur di bawah 17 tahun. Di depan mata kita, mereka lalu-lalang mengendarai sepeda motor pada saat berangkat ke sekolah maupun ke tempat-tempat umum lainnya. Karena jarak dari rumah ke sekolah yang jauh serta keterbatasan sarana transportasi umum, para pelajar SMP lebih memilih mengendarai sepeda motor ke sekolah. Persoalannya adalah mereka belum mempunyai SIM karena umur mereka belum genap 17 tahun.

Memang ada beberapa SMP yang melarang siswa-siswinya membawa sepeda motor ke dalam sekolah. Namun, larangan tersebut tidak efektif, karena ternyata para pelajar tersebut lebih cerdik. Mereka tetap membawa sepeda motor dan memarkir kendaraannya di luar halaman sekolah dan tempattempat lainnya di dekat sekolah.

Memang serba dilematis, kalau ditinjau dari aturan lalu lintas, sebenarnya mereka tidak diperbolehkan mengendarai sepeda motor karena tidak memiliki Surat Ijin Mengemudi (SIM). Faktor umur membatasi mereka untuk mendapatkan SIM C.

Para pelajar yang berusia 13-15 tahun tersebut tidak dapat memiliki SIM C karena menurut UU NO. 22 tahun 2009 pasal 81 (2), untuk mendapatkan SIM A, C dan D, mereka harus berusia paling rendah 17 tahun. Artinya, bagi pelajar berumur 13 tahun yang sudah dapat mengendarai sepeda motor, dia harus menunggu selama empat tahun untuk mendapatkan SIM C.

Di sisi lain, pertumbuhan fisik yang lebih cepat yang dialami generasi sekarang serta kemampuan mereka dalam mengendarai sepeda motor juga perlu dipertimbangkan. Tidak jarang, walaupun masih SMP, postur mereka mirip siswa SMA bahkan mahasiswa. Agak sulit membedakan apakah mereka siswa SMP, SMA atau mahasiswa jika tidak menggunakan pakaian seragam.

Kenyataan tersebut perlu menjadi pemikiran kita bersama, terutama bagi para aparat penegak hukum. Di satu sisi para pelajar tersebut belum cukup umur untuk mendapatkan SIM C, dengan sendirinya mereka dilarang mengendarai sepeda motor. N:amun di sisi lain, kita sering melihat para pelajar tersebut mengendarai sepeda motor ke sekolah, ke tempat les, ke mall atau ke rumah kawan-kawannya.

Sumber: http://muda.kompasiana.com/2012/08/25/haruskah-menunggu-hingga-umur-17-tahun-untukmendapatkan-sim-c-487894.html

Langkah-Langkah Menyusun Teks Eksplanasi

Anderson (2003:83-84) menjelaskan tiga tahapan untuk menyusun teks eksplanasi.
1. A general statement about the even or thing
A general statement about the event or thing can serve as an introduction to the explanation, and it gives the audiences a description of the event or thing and a preview of what the rest of the text will be about. Pada bagian ini dijelaskan secara umum tentang pengenalan suatu peristiwa berkaitan dengan apa yang akan dijelaskan dan dibahas selanjutnya dalam teks tersebut.
2. A series of paragraphs that tell the hows or whys
A series paragraphs that tell the hows or whys these should be in sequence so that the audience is told of the process that causes event or thing to happen. Tahap ini kita membuat serangkaian paragraf yang menceritakan proses bagaimana suatu peristiwa dapat terjadi yang dijelaskan secara runtut sebab akibat peristiwa tersebut.
3. A concluding paragraph
If this concluded, it signals to the audiences that the explanation has finished. Pada bagian ini kita membuat simpulan berdasarkan peristiwa yang telah dibahas tadi.

Sementara itu, Mulyadi (2013:176) menjelaskan langkah-langkah menyusun teks eksplanasi secara tertulis sama dengan langkah-langkah menulis karangan pada umumnya, hanya saja isinya yang berbeda. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut.
1. Menentukan Tema Tulisan
Tahap pertama dalam menulis karangan adalah menentukan tema atau topik. Tahap ini berguna agar tulisan yang nanti akan kita tulis tidak melebar dan penulisannya tidak berulang. Tema yang dapat digunakan untuk menulis teks eksplanasi misalnya peristiwa alam seperti banjir, proses terjadinya hujan, tsunami, gempa bumi, pelangi, dan lain-lain. Sementara itu, alternatif tema yang dapat digunakan untuk menulis teks eksplanasi adalah peristiwa sosial seperti narkoba, kenakalan remaja, tawuran pelajar, dan lain-lain.
2. Mengumpulkan Bahan Tulisan
Tahap ini mengharuskan peserta didik mencari bahan/data/informasi berkaitan dengan apa yang akan mereka tulis. Bahan/data/informasi awal ini bisa didapat dengan membaca buku-buku, majalah, koran, ataupun artikel yang berkaitan dengan peristiwa alam atau sosial, wawancara dengan ahli, melihat video serta gambar tentang peristiwa alam dan sosial atau pengamatan langsung terhadap objek jika memungkinkan.
3. Membuat Kerangka Tulisan
Kerangka tulisan berfungsi untuk menjaga sebuah tulisan agar sesuai dengan apa yang direncanakan. Pada tahap ini, yang harus dilakukan adalah merinci poin-poin penting apa saja yang akan ditulis dan dikembangkan sesuai dengan tema. Poin-poin tersebut nantinya akan digunakan sebagai acuan untuk membuat sebuah tulisan sehingga harus sesuai dengan struktur teks eksplanasi. Misalnya, pada bagian pernyataan umum dibuat poin mengenai pengertian banjir, kemudian pada bagian deretan penjelas dibuat poin penyebab banjir adalah illegal loging, membuang sampah sembarangan, got yang tidak cukup menampung air dan sebagainya. Lalu pada bagian interpretasi dibuat poin penangulangan banjir.
4. Mengembangkan Tulisan
Setelah kerangka karangan dibuat, langkah berikutnya adalah mengembangakan kerangka menjadi sebuah tulisan (teks eksplanasi). Tahap ini memerlukan kecermatan dalam tanda baca (EYD) dan kepaduan kalimat.

Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah menyusun teks eksplanasi secara tertulis adalah sebagai berikut.
1. Menentukan tema dari teks eksplanasi yang akan dibuat
2. Mengumpulkan bahan tentang tema yang akan ditulis
3. Membuat kerangka tulisan
Mengembangkan kerangka menjadi sebuah tulisan dengan cara: (1) membuat penjelasan umum tentang peristiwa atau sesuatu; (2) membuat paragraf tentang bagaimana dan mengapa sesuatu itu terjadi; dan (3) membuat paragraf kesimpulan.

Ciri-Ciri Teks Eksplanasi

Setiap jenis tulisan mempunyai ciri masing-masing untuk membedakan tulisan satu dengan tulisan yang lain. Ciri-ciri dari teks eksplanasi adalah sebagai berikut: (1) teks eksplanasi bertujuan memberikan informasi, pengertian, dan pengetahuan; (2) teks eksplanasi bersifat menjawab pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana; (3) teks eksplanasi disampaikan dengan gaya yang lugas dan menggunakan bahasa baku; (4) teks eksplanasi umumnya disajikan dengan menggunakan susunan logis.

Teks eksplanasi harus ditulis berdasarkan kaidah teks baku yang mencakup ejaan, tanda baca, pilihan kata, kefektifan kalimat, dan keterpaduan pendapat. Tujuan kebahasaan dari teks eksplanasi adalah untuk menerangkan proses-proses yang terjadi dalam pembentukan atau kegiatan yang terkait dengan fenomenafenomena alam, sosial, ilmu pengetahuan, budaya, dan lainnya yang bertujuan menjelaskan. Dapat dikatakan teks eksplanasi fokus pada hal umum (generic), bukan partisipan manusia (nonhuman participants), misalnya gempa bumi, banjir, hujan, dan pelangi. Selain itu, dimungkinkan menggunakan istilah ilmiah. Kata istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas di bidang tertentu (KBBI 2005:446). Dalam menulis sebuah karangan atau wacana tidak lupa dengan menggunakan kata hubung dalam kalimatnya, begitu juga dengan menyusun teks eksplanasi secara tertulis ini. Alwi (2010:395) mengungkapkan kata hubung adalah kata yang menghubungkan antarklausa, kata hubung dibedakan menjadi dua yaitu koordinatif dan subordinatif. Berikut penjelasannya.

Jumat, 15 Januari 2016

Contoh Teks Diskusi Dampak Internet bagi Pelajar

Dampak Internet bagi Pelajar

Internet telah banyak membantu manusia dalam segala unsur kehidupan sehingga internet mempunyai andil penuh dalam kehidupan sosial. Dengan adanya internet, apa pun dapat kita lakukan baik hal positif maupun hal negatif. Sebagai media komunikasi, internet dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan pengguna lainnya di seluruh dunia.

Keberadaan internet memberikan manfaat positif bagi dunia informasi, tetapi banyak juga pengaruh negatifnya. Banyak siswa yang mendapatkan ilmu dengan bantuan internet. Bahkan, tugas-tugas sekolah pun kini terasa lebih mudah dengan mencarinya di internet. Tidak bisa dipungkiri adanya internet memberikan pengaruh kepada pelajar. Ada pengaruh positif, tetapi ada juga pengaruh negatif internet, bagaikan mata uang dengan dua sisi, bergantung pada bagaimana kita menghadapinya.

Banyak manfaat positif yang dapat diperoleh siswa dari internet jika digunakan secara bijak. Namun, tidak sedikit pula pengaruh negatif yang ditimbulkan internet. Berikut ini beberapa pengaruh negatif dari internet. Beberapa berita, baik televisi maupun koran melansir adanya penculikan anak atau kasus pelarian anak di bawah umur yang berawal dari situs pertemanan atau jejaring sosial di internet. Sifat anak yang mudah percaya pada siapa pun memungkinkan terjadinya hal tersebut.

Pornografi adalah pengaruh negatif internet lainnya. Tidak hanya orang dewasa yang mengunjungi situs-situs terlarang, tetapi banyak siswa yang ditengarai sering berkunjung ke situs-situs yang berisi gambar atau cerita porno. Hal ini tentu saja merupakan situasi yang sangat memprihatinkan. Kecanduan permainan online yang melanda siswa juga merupakan pengaruh negatif internet. Kecanduan dan ketergantungan dapat membuat siswa kehabisan waktu dan energi untuk bermain. Akibatnya, prestasi siswa pun menurun.

Untuk menangkal pengaruh negatif internet pada siswa, ada beberapa hal yang harus dilakukan, yaitu selalu mendampingi anak ketika mereka sedang mengakses internet. Hal ini untuk memastikan bahwa anak telah mengakses situs yang tepat. Jangan sampai anak asyik bermain internet, sedangkan orang tua tidak mengetahui keberadaan anak. Jika fasilitas internet tersedia di rumah, letakkan fasilitas tersebut di ruang bersama. Hal ini untuk memudahkan orang tua mengawasi anak. Jika harus menggunakan fasilitas internet di warnet, bantu anak memilih warnet “sehat”. Akan lebih bijaksana, jika Anda mengenal pemilik dan petugas di sana. Ini untuk memudahkan Anda mengawasi anak. Beri pemahaman yang baik pada anak tentang pengaruh positif dan negatif internet bagi dirinya. Dengan demikian, Anda sudah membekalinya dengan benteng pertahanan diri.

Diharapkan semua pihak, baik orangtua, guru, pemerintah maupun siswa untuk bersama-sama mencegah dampak-dampak negatif yang ditimbulkan dari internet. Pemerintah diharapkan dapat memblokir situs-situs yang tidak baik. Orang tua juga diharapkan dapat lebih memperhatikan anaknya agar anak dapat terus terpantau dan tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang tidak baik.

(Dimodifikasi dari: http://tia90kurnia.wordpress.com/2013/07/03/dampak-internet-bagi-pelajar)

Kamis, 14 Januari 2016

Mengidentifikasi Unsur Kebahasaan Teks Diskusi

Perlu kamu ketahui bahwa teks diskusi mempunyai ciri-ciri kebahasaan yang khas. Ciri-ciri kebahasaan itu, antara lain, menggunakan tanda hubung perlawanan seperti tetapi, sedangkan, tidak … tetapi, bukan … melainkan, menggunakan kohesi leksikal dan kohesi gramatikal, mengawali dengan kalimat tanya, menggunakan kata modalitas.

Selanjutnya, identifikasilah unsur kebahasaan yang ada di dalam teks model yang berjudul ‘’Bolehkah Siswa Membawa Telepon Seluler ke Sekolah?” berdasarkan ciriciri kebahasaan yang ada di dalam teks diskusi.

a) Penggunaan Konjungsi Perlawanan
Di dalam teks ‘’Bolehkah Siswa Membawa Telepon Seluler ke Sekolah?” konjungsi perlawanan dapat dilihat pada contoh berikut.
1. Banyak sekolah, terutama di jenjang sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, melarang siswanya membawa telepon seluler, tetapi banyak juga sekolah yang membolehkan siswanya membawa telepon seluler dengan berbagai persyaratan.
2. Sebagian orang menganggap bahwa membawa telepon seluler ke sekolah diperbolehkan, tetapi banyak juga yang menganggap bahwa membawa telepon seluler ke sekolah tidak diperbolehkan.

b) Penggunaan Kohesi Leksikal dan Kohesi Gramatikal
1. Penggunaan Kohesi Leksikal
Kohesi leksikal adalah kepaduan yang dicapai melalui pemilihan kata. Kohesi leksikal itu dapat berbentuk, antara lain, dengan pengulangan, sinonim, antonim, dan hiponim. Dalam teks “Bolehkah Siswa Membawa Telepon Seluler ke Sekolah?”,
contoh kohesi leksikal adalah sebagai berikut.
a) Di samping itu, salah satu keuntungan dari penggunaan telepon seluler di sekolah adalah telepon seluler dapat digunakan sebagai alat bantu, terutama telepon seluler yang dilengkapi dengan beberapa aksesoris, seperti kalkulator, kamera, dan internet.
b) Di samping itu, salah satu keuntungan dari penggunaan telepon seluler di sekolah adalah telepon seluler dapat digunakan sebagai alat bantu, terutama telepon seluler yang dilengkapi dengan beberapa aksesori, seperti kalkulator, kamera, dan internet. Aplikasi ini dapat dimanfaatkan untuk membantu siswa dalam bidang akademik.

Berdasarkan contoh a) tersebut dapat dikemukakan bahwa supaya padu, penulis mengulang kata telepon seluler beberapa kali. Sementara itu, pada contoh (b) frasa beberapa aksesoris, dan kata aplikasi ini merupakan sinonim.

2. Penggunaan Kohesi Gramatikal
Kohesi gramatikal adalah kepaduan yang dicapai dengan menggunakan elemen dan aturan gramatikal. Kohesi gramatikal, antara lain, dapat terbentuk melalui rujukan, substitusi, dan elipsis. Hal itu dapat disimak pada contoh berikut.
a) Masyarakat yang setuju bahwa siswa boleh membawa telepon seluler ke sekolah karena hal itu dapat memudahkan orang tua untuk dapat menghubungi anaknya.
b) Ketika telepon seluler berdering di kelas, meskipun hanya mode getar, guru akan kehilangan beberapa saat kesempatan mengajar karena terganggu. Hal itu akan merugikan seluruh kelas.

Berdasarkan contoh (a) tersebut, -nya pada kata anaknya, merujuk pada orang tua; sedangkan pada contoh (b) frasa hal ini merujuk pada kalimat guru akan kehilangan kesempatan mengajar.

3. Penggunaan Modalitas
Salah satu ciri unsur kebahasaan di dalam teks diskusi adalah adanya kata modalitas. Modalitas adalah kata yang mempunyai makna kemungkinan, kenyataan, dan sebagainya yang dinyatakan dalam kalimat. Dalam bahasa Indonesia modalitas dinyatakan dengan kata-kata seperti harus, akan, ingin, mungkin.
Hal itu dapat dilihat pada contoh berikut.
1) Jika siswa tidak membawa telepon seluler dan orang tua perlu segera menghubungi, orang tua harus menghubungi kantor sekolah.
2) Sekolah juga harus mengirim seseorang untuk menghubungi siswa yang bersangkutan dan menyampaikan pesan atau memanggilnya ke kantor untuk menerima panggilan.
3) Meskipun hanya mode getar, guru akan kehilangan kesempatan mengajar.
4) Hal itu akan merugikan seluruh kelas.
5) Di samping itu, siswa dapat menggunakan telepon seluler untuk kegiatan melawan hukum seperti transaksi narkoba, pencurian, dan sejenisnya.
Berdasarkan contoh (1) sampai dengan (5) tersebut kata-kata modalitas yang digunakan adalah harus, akan, dan dapat.
Selanjutnya, amati teks itu, lalu kamu cari kata-kata modalitas yang ada di dalam teks tersebut.

Memahami Teks Diskusi

Diskusi merupakan salah satu bentuk kegiatan wicara. Dengan berdiskusi kita dapat memperluas pengetahuan serta memperoleh banyak pengalaman. Diskusi adalah pertukaran pikiran, gagasan, pendapat antara dua orang atau lebih secara lisan. Tujuan diskusi adalah mencari kesepakatan atau kesepahaman gagasan atau pendapat. Diskusi yang melibatkan beberapa orang disebut diskusi kelompok. Dalam diskusi kelompok dibutuhkan seorang pemimpin yang disebut ketua diskusi. Tugas ketua diskusi adalah membuka dan menutup diskusi, membangkitkan minat anggota untuk menyampaikan gagasan, menengahi anggota yang berdebat, serta menyimpulkan hasil diskusi.

Adapun jenis-jenis diskusi, antara lain, seminar, sarasehan, simposium, diskusi panel, kongres, muktamar, lokakarya. Tahukah kamu pengertian jenis-jenis diskusi tersebut? Jika tidak tahu, kamu cari definisi kata-kata itu di dalam kamus. Cari juga syarat, kelemahan, dan kelebihan dari beberapa pengertian kata-kata yang berhubungan dengan diskusi.

Hal-Hal yang Diperhatikan dalam Menyusun Berita

Berita merupakan suatu hal harus dibuat menarik. Isi berita tidak boleh menyimpang dari kebenaran nilai berita. Dalam menyusun sebuah berita tidak serta merta membuat tulisan tentang fakta suatu kejadian, melainkan ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Djuharie dan Suherli (2005:35) juga menyebutkan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menulis berita, antara lain adalah:
1) Tulisan berita harus bisa menyentuh kebutuhan manusia akan informasi.
2) Berita yang ditulis harus aktual sehingga tidak menjadi berita yang basi.
3) Penulisan berita untuk surat kabar harus cepat dan singkat tetapi kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan.
4) Tulisan berita harus bisa menjawab pertanyaan apa, kapan, siapa, bagaimana, dimana, mengapa
5) Tulisan berita yang berkelanjutan tentang suatu hal, pada bagian akhir berita harus diungkapkan lagi tentang latar belakang peristiwanya.

Selanjutnya Hasnun (2006:122) menyebutkan bahwa banyak masalah yang perlu diperhatikan dalam menyusun berita. Antara lain sebagai berikut:
1) Penulis berita perlu memahami atau menguasai peristiwa yang ditulis.
2) Penulis berita perlu meyakini masalah yang ditulis.
3) Masalah yang menjadi materi berita perlu ditonjolkan secara baik.
4) Berita yang ditulis menggunakan bahasa yang baik dan benar, santun, serta berdasarkan fakta.
5) Penulis harus menyampaikan berita secara jujur, tepat, dan cepat.

Jadi, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menulis teks berita bisa dilihat dari aspek isi berita dan aspek dari penulis berita. Hal-hal yang perlu diperhatikan dilihat dari aspek isi berita meliputi, berita harus memenuhi kebutuhan manusia akan informasi, harus aktual, harus tunduk pada kaidah tata bahasa yang berlaku, menjawab unsur ADIKSIMBA. Selain itu, dari aspek penulis adalah penulis berita harus menguasai materi yang hendak disampaikan serta dalam menyampaikannya harus jujur, tepat, dan cepat.

Teknik Penulisan Berita

Berita merupakan fakta objektif. Sebagai fakta yang objektif berita harus bebas dari pendapat pribadi manapun termasuk dari jurnalis maupun editor. Berita adalah laporan tentang fakta secara apa adanya dan tidak dibuat-buat kebenarannya. Faqih (2003:45) berpendapat bahwa berita memiliki keterbatasan ruang, maka dari itu harus disampaikan secara efektif. Bentuk yang dipakai adalah piramida terbalik. Artinya meletakkan unsur terpenting dan utama dari suatu fakta pada bagian atas atau lead, diikuti detail fakta pada tubuh dan kesimpulan pada ekor atau penutup.

Menurut Sumandiria (2005:117-118) karena fakta dalam bentuk berbagai peritiwa yang terjadi begitu banyak, sedangkan waktu yang dimilki jurnalis dan editor media massa sangat terbatas, maka harus dicari teknik untuk melaporkan atau menuliskan kata-kata tersebut. Teknik itu dinamakan dengan piramida terbalik. Dengan piramida terbalik, berarti pesan berita disusun secara deduktif . kesimpulan dinyatakan terlebih dahulu pada paragraf utama, baru kemudian disusul dengan penjelasan dan uraian yang lebih rinci pada paragraf-paragraf berikutnya. Alasan penggunaan piramida terbalik dalam menulis berita dikarena berbagai alasan sebagai berikut:
1) Memudahkan khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa yang sangat sibuk untuk segera menemukan berita yang dianggapnya menarik atau penting yang sedang dicari atau ingin diketahuinya.
2) Memudahkan reporter dan editor memotong bagian-bagian berita yang dianggap kurang atau tidak penting ketika dihadapkan pada kendala teknis, missal berita terlalu panjang sementara kapling atau ruangan yang tersedia sangat terbatas.
3) Memudahkan para jurnalis dalam menyusun pesan berita melalui rumus baku yang sudah sangat dikuasainya sekaligus untuk menghindari kemungkinan adanya fakta atau informasi penting yang terlewat tidak dilaporkan.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa teknik yang digunakan dalam menulis teks berita adalah teknik piramida terbalik. Piramida terbalik yang dimaksud adalah dengan menyampaikan pesan yang hendak disampaikan secara deduktif. Kesimpulan dinyatakan terlebih dahulu di paragraf utama, kemudian disusul dengan penjelasan dan uraian yang lebih rinci pada paragraph-paragraf berikutnya. Teknik piramida terbalik ini ditetapkan karena faktor keterbatasan ruang berita.

Unsur-Unsur Berita

Sebuah fakta layak disebut sebuah berita apabila memenuhi unsur-unsur tertentu. Para pakar jurnalistik telah menyepakati unsur-unsur tersebut adalah 5W+1H

(What, Where, When, Who, Why, dan How). Unsur-unsur berita tersebut akan saling mendukung membuat sebuah berita yang mengandung informasi lengkap. Hal tersebut akan lebih memuaskan pembaca, karena pembaca mendapatkan sebuah informasi secara jelas dan tidak samar.

Romli (2000:6) menjelaskan bahwa fakta yang layak diberitakan harus memenuhi unsur-unsur 5W+1H, 5W+1H tersebut adalah:
1) What: apa yang terjadi?
2) Where: di mana hal itu terjadi?
3) When: kapan peristiwa itu terjadi?
4) Who: siapa yang terlibat dalam kejadian itu?
5) Why: kenapa hal itu terjadi?
6) How: bagaimana peritiwa itu terjadi?

Djuraid (2006:85-86) menyebutkan secara lebih rinci bahwa dalam pelajaran dasar menulis berita dimulai dengan pengenalan bagian berita yang sangat populer yakni 5W+1H. Siapa tokohnya, di mana kejadiannya, apa yang terjadi, mengapa terjadi, bagimana bisa terjadi dan seterusnya. Pedoman ini setidaknya akan memudahkan untuk mulai menulis. Setelah bahan-bahan berita terkumpul, selanjutnya dilakukan identifikasi sesuai dengan 5W+1H. dengan demikian, akan muncul gambaran tentang kerangka berita yang akan ditulis. Berikut ini adalah unsur ADIKSIMBA yang harus tercantum dalam setiap berita.
1) What atau apa: merupakan sebuah nama atau identitas dari suatu kejadian atau peristiwa. Misalnya, peritiwa bencana alam seperti banjir, tanah longsor, gunung meletus, dan berbagai bentuk bencana alam lainnya. Bukan hanya peritiwa seperti seorang tokoh yang berbicara tentang suatu masalah. Contoh: Banjir telah menggenangi perumahan warga.
2) Where atau di mana: merupakan tempat kejadian yaitu tempat peristiwa atau kejadian terjadi. Dalam istilah kriminal biasa disebut dengan TKP (Tempat Kejadian Perkara). Unsur ini biasanya menyatakan lokasi dan daerah terjadinya peristiwa. Contoh: Banjir telah menggenangi perumahan warga di desa Sambong.
3) When atau kapan: merupakan waktu terjadinya suatu kejadian atau peristiwa . bisa disebut dengan pagi, siang, sore, atau malam. Bahkan apabila ingin lebih rinci bisa disebutkan tanggal dengan hitungan jam, menit, sampai detik. Contoh: Banjir terjadi pada dini hari pukul 02.00.
4) Who atau siapa: merupakan tokoh yang menjadi pemeran utama dalam berita. Meliputi siapa saja yang terlibat dalam peristiwa dalam berita. Contoh: Warga desa Sambong yang terkena banjir membersihkan rumah mereka.
5) Why atau mengapa: merupakan alasan mengapa peristiwa itu bisa terjadi. Pertanyaan ini bisa menguak apa yang menjadi penyebab sehingga peristiwa itu bisa terjadi. Contoh: Hujan deras semalam menyebabkan banjir di desa Sambong.
6) How atau bagaimana: merupakan pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui bagaimana keadaan yang terjadi, bagaimana proses terjadinya, termasuk akibat yang ditimbulkan dari peritiwa tersebut. Contoh: Banjir tejadi ketika tengah malam saat hujan deras mengguyur desa Sambong.

Dari berbagai pendapat di atas, diperoleh simpulan bahwa sebuah fakta atau informasi layak untuk diberitakan apabila memenuhi unsur berita, unsur tersebut adalah 5W+1H, what, where, when, who, why, dan how, yang apabila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah: apa, di mana, kapan, siapa, mengapa, dan bagaimana, dan selanjutnya agar lebih mudah diingat bisa disebut dengan akronim ADIKSIMBA. Unsur-unsur berita tersebut akan mempermudah penulis dalam menyusun sebuah berita, selain itu pembaca juga akan lebih mudah dalam menikmati berita yang disajikan.

Jenis-Jenis Berita

Berita merupakan pengungkapan fakta. Pengungkapan fakta bisa beragam jenis. Jenis-jenis berita yang dikenal dalam dunia jurnalistik menurut Romli (2000:8) antara lain:

1) Straight news: merupakan berita yang ditulis langsung, apa adanya, ditulis secara singkat dan lugas. Sebagian besar sehalaman surat kabar berisi berita jenis ini.
2) Depth news: merupakan berita mendalam, dikembangkan dengan pendalaman hal-hal yang ada di bawah suatu permukaan.
3) Investigations news: merupakan berita yang dikembangkan berdasarkan penelitian atau penyelidikan dari berbagai sumber
4) Interpretative news: merupakan berita yang yang dikembangkan dengan pendapat atau penulisnya/reporter.
5) Opinion news: merupakan berita mengenai pendapat seseorang, biasanya pendapat para cendekiawan, tokoh, ahli, atau pejabat mengenai suatu hal, peristiwa, kondisi politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, dan sebagainya.

Faqih (2003:42-43) menambahkan bahwa jenis berita yang lazim dipakai dalam pengungkapan fakta di media massa terbagi menjadi tiga:
1) Straight news atau berita langsung, dalam perkembangan kemudian sering hanya disebut berita. Staright news dibuat untuk menyampaikan fakta yang baru dan harus segera diketahui masyarakat. Hal yang paling penting dalam staright news adalah aktualitas, karena persaingan media, fakta harus secepat mungki dipublikasikan, jika terlambat sudah tidak actual lagi (karena mungkin telah dimuat media lain).
2) Soft news atau berita ringan, jenis ini tidak mengutamakan aktualitas, tapi menekankan aspek manusiawi (human interest) dalam suatu peristiwa. Contohnya, ada seorang bayi yang selamat dari sebuah kecelakaan pesawat, sedangkan penumpang lain tewas. Peristiwa tersebut bisa dituis dalam bentuk soft news. Berita tentang selamatnya bayi tersebut bisa ditulis beberapa hari setelah peritiwa itu terjadi. Hal yang perlu diperhatiakan, dalam soft news penulis tidak perlu mengungkapkan secara detail, cukup hanya permukaan saja.
3) Feature, berita kisah, khas. Merupakan jenis tulisan mengenai suatu fakta yang dapat menambah pengetahuan pembaca dan atau menyentuh perasaan pembaca. Jenis berita ini tidak terpengaruh pada unsur aktualitas, yang diutamakan adalah detail suatu fakta. Unsur terpenting dalam penulisan feature adalah sisi manusiawi. Feature tidak melulu mengenai orang, tapi bisa juga mengenai peristiwa, atau tempat. Bahasa yang dipergunakan dikemas agar segar, ringan, dan menarik. Feature juga sering disebut berita kisah, karena gaya penulisannya yang naratif seperti orang bercerita.

Selasa, 12 Januari 2016

Materi Teks Eksplanasi

1. Pengertian Teks Eksplanasi
Teks Eksplanasi adalah jenis teks yang menjelaskan tentang proses terjadinya atau terbentuknya suatu fenomena, baik fenomena alam mwupun fenomena sosial. Fenomena alam adalah fenomena yang terjadi pada alam yang terjadi disekitar kita, dikeranakan oleh beberapa hal yang bersifat ilmiah, contoh: banjir bandang, tanah longsor, gempa bumi, gunung meletus, gerhana bulan, dll. Fenomena sosial adalah peristiwa yang terjadi dan dapat diamati dlam kehidupan kita sehari – hari, contoh: tawuran, demonstrasi, mudik, pergunjingan, dll.

2. Struktur Teks Eksplanasi
1) Pernyataan Umum
Gambaran awal tentang apa yang akan disampaikan dan bersifat umum, dengan maksud untuk memberikan penjelasan tentang proses yang melingkupi terjadinya fenomena tersebut.
2) Rincian Penjelas
Rincian penjelas memuat tentang bagaimana atau mengapa suatu fenomena dapat terjadi. Penjelasan ini berupa tahapan, sehingga pembaca mendpatkan gambaran tentang bagaimana proses terjadinya suatu peristiwa.
3) Simpulan
Dalam teks eksplanasi berupa pengulangan informasi penting atau kata penutup yang menandai bahwa penjelasan telah berakhir, namun tidak semua teks eksplanasi terdapat simpulan.

3. Ciri – ciri Bahasa Teks Eksplanasi
1) Memuat Istilah ilmiah
Teks eksplanasi adalah teks yang menjelaskan suatu fenomena yang berkaitan dengan proses ilmiah. Oleh karena itu, dalam teks eksplanasi sangat dimungkinkan terdapat istilah – istilah ilmiah.
2) Menggunakan Konjungsi
Teks eksplanasi adalah teks yang menjelaskan proses suatu fenomena dapat terjadi. Dalam teks eksplanasi, jenis kalimat yang digunakan adalah kalimat kompleks, oleh karena itu dibutuhkan konjungsi (kata penghubung) untuk menghubungkan dua kalimat. Kalimat kompleks merupakan dua bentuk kalimat sederhana, dimana satu berkedudukan sebagai induk kalimat dan satu kaliamat yang lain sebagai anak kalimat yang digabungkan menjadi satu dengan menggunakan konjungsi (kata penghubung).
Contoh:
a. Getaran gempa bumi sangat kuat dan merambat ke segala arah.
b. Getaran gempa bumi dapat menghancurkan bangunan dan dapat menimbulkan korban jiwa.
Getaran gempa bumi sangat kuat dan merambat ke segala arah, sehingga dapat menghancurkan bangunan dan dapat menimpulkan korban jiwa.
Dari contoh di atas dapat disimpulkan jika fungsi dari anak kalimat adalah untuk memberikan deskripsi lebih lanjut tentang salah satu bagian di dalam kalimat induk, seperti pada contoh di atas anak kalimat menguatkan deskripsi tentang kekuatan gempa.
Beberapa konjungsi yang sering digunakan, antara lain:
a. “Meskipun” dan “walaupun”, digunakan untuk menunjukan keterangan pertentangan.
b. “Sebab”, “karena”, “oleh sebab itu”, dan “oleh karena itu” digunakan untuk menunjukan keterangan alasan.
c. “Sehingga”, “agar”, dan “untuk”, digunakan untuk menunjukan keterangan tujuan.
d. “Lalu”, “kemudian”, dan “selanjutnya”, digunakan untuk menunjukan keterangan penahapan.

4. Menelaah Teks Eksplanasi
Menelaah adalah upaya menganalisis teks berdasarkan struktur dan ciri kebahasaan teks eksplanasi.Menelaah dapat dilakukan dengan aspek berikut.

No
Aspek
Deskripsi Penilaian
Ya
Tidak
1
Kejelasan pernyataan
Umum
Apakah pernyataan umum memberikan petunjuk awal tentang suatu peristiwa yang hendak dijelaskan?


2
Kebenaran
Penjelasan
Apakah penjelasan memaparkan bagaimana atau mengapa suatu peristiwa terjadi secara benar?


Apakah penjelasan berupa tahapan yang logis sehingga pembaca mendapatkan gambaran tentang bagaimana proses terjadinya suatu peristiwa?


3
Simpulan

Apakah terdapat simpulan pada teks tersebut?
Jika ada, apakah simpulan menandai bahwa penjelasan telah berakhir? Atau simpulan tersebut berupa pengulangan informasi penting?


4
Istilah
Apakah teks memuat istilah-istilah dan digunakan secara tepat?


5
Konjungsi

Apakah kalimat-kalimat pada teks menggunakan kata sambung yang menunjukkan hubungan sebabakibat?



5. Menyusun Teks Eksplanasi
Menyusun teks eksplanasi dilakukan melalui dua tahap yakni perencanaan dan pelaksanaan.

Tahapan
Kegiatan
Persiapan

1. Menentukan objek fenomena, misalnya kita akan mengembangkan teks eksplanasi tentang tanah longsor.
2. Menentukan struktur dan data yang akan dikembangkan, misalnya:
- Apakah yang dimaksud dengan tanah longsor?
- Bagaimana proses terjadinya tanah longsor?
- Apa yang menyebabkan tanah longsor dapat terjadi?
- Bagaimana cara mencegah terjadinya tanah longsor?

Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dilakukan dengan cara menyusun tulisan dengan bahan data yang diperoleh dari pertanyaan – pertanyaan diatas

Pengertian, Contoh , Ciri-Ciri, Struktur Teks, dan Menulis Teks Eksplanasi

1. Pengertian Teks Eksplanasi

Teks eksplanasi adalah teks yang menjelaskan proses terjadinya atau terbentuknya suatu fenomena alam atau sosial (Pardiyono, 2007: 155). Explaining has two main orientations-to explain why and to explain how, often both will appear in an explanatory text, “eksplanasi memiliki dua orientasi utama - untuk menjelaskan mengapa dan untuk menjelaskan bagaimana, sering keduanya akan muncul dalam sebuah teks eksplanasi” (Knapp & Watkins 2005: 126).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa teks eksplanasi adalah teks yang menjelaskan tentang proses terjadinya atau terbentuknya fenomena alam atau sosial. The purpose of an explanation is to tell each step of the process (the how) and to give reasons (the why). “Tujuan teks eksplanasi adalah menjelaskan tahapan, langkah, atau proses (bagaimana) dan memberikan alasan (mengapa)”. (Wong, 2002:132).

2. Contoh Teks Eksplanasi

Struktur
Teks

Banjir
Pernyataan
Umum
Banjir merupakan fenomena alam yang biasa terjadi di suatu kawasan yang banyak dialiri oleh aliran sungai. Secara sederhana, banjir dapat didefinisikan sebagai peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan. Saat ini,di Indonesia banjir terjadi hampir merata. Apa penyebabnya? Apakah manusia menjadi salah satu penyebabnya?
Rincian
Penjelas
Banjir terjadi karena banyak faktor.. Illegal logging bisa jadi merupakan faktor yang dominan. Illegal Loging menyebabkan ketiadaan hutan sehingga tak ada lagi resapan yang memadai.Curah hujan yang sangat tinggi dapat dianggap sebagai sebab terjadinya banjir. Selain itu, saluran air atau got yang tidak berfungsi karena tersumbat oleh sampah juga menjadi sebab terjadinya banjir. Perubahan iklim global mengakibatkan curah hujan tinggi bisa terjadi tiba-tiba. Curah hujan tersebut dapat terjadi dalam kurun waktu yang singkat atau dalam waktu lama.
Cara sederhana mengatasi banjir adalah dengan memperlakukan air dengan benar. Artinya, kita harus dapat menyalurkan dan mengendalikan curahan hujan yang jatuh ke bumi dengan baik. Ada pula cara lain untuk mencegah banjir, yaitu dengan reboisasi. Reboisasi dapat membantu menambah resapan air yang hilang karena illegal logging yang dilakukan secara tidak terkontrol. Jika setiap orang menyumbangkan satu pohon untuk reboisasi, maka kemungkinan terjadinya banjir akan berkurang.
Simpulan
Tidak perlu khawatir dengan adanya banjir karena banjir masih bisa dicegah. Banjir besar akan merugikan manusia, apalagi jika banjir terjadi di pemukiman warga dan bisa menelan korban jiwa.

3. Ciri-Ciri Bahasa Teks Eksplanasi

Knapp & Watkins (2005: 126) menyatakan explanations generally require connectives-words that join the verbs together so that they logically indicate sequences that are temporal – when, then, first, after this, causal, for example, because, so; “eksplanasi umumnya memerlukan kata sambung yang bergabung dengan kata kerja sehingga secara logis menunjukkan urutan yang sementara ketika, maka, pertama, setelah ini, sebab-akibat (kata sambung yang menyatakan hubungan sebab akibat), misalnya, karena, begitu. Hal senada juga diungkapkan oleh Priyatni, Thamrin, Wardoyo (2014: 135) yaitu bahwa eksplanasi umumnya memerlukan kata sambung yang menunjukkan hubungan sebab akibat. Lebih lengkapnya ciri bahasa teks eksplanasi menurut Priyatni, Thamrin, Wardoyo (2014:111) sebagai berikut.
a. Memuat istilah
b. Struktur kalimatnya menggunakan kata sambung yang menunjukkan
hubungan sebab-akibat.

4. Struktur Teks Eksplanasi
Menurut Pardiyono (2007: 156), secara garis besar struktur teks eksplanasi adalah sebagai berikut.
a. Pernyataan umum/pengantar
Pernyataan umum memuat petunjuk awal tentang suatu peristiwa yang hendak dijelaskan. Pernyataan umum berfungsi sebagai pengantar pada penjelasan-penjelasan berikutnya.
b. Rincian penjelasan
Rincian penjelasan memaparkan tentang proses terjadnya suatu peristiwa /fenomena terjadi. Penjelasan ini berupa tahapan, sehingga pembaca mendapatkan gambaran tentang bagaimana proses terjadinya suatu peristiwa.
c. Simpulan
Simpulan dalam teks eksplanasi berupapengulangan informasi penting atau kata penutup yang menandai bahwa penjelasan telah berakhir. Tidak semua teks eksplanasi memuat suatu simpulan.

5. Menulis Teks Eksplanasi
Menulis teks eksplanasi menurut Priyatni, Thamrin, dan Wardoyo terdiri dari beberapa langkah. Berikut ini langkah menulis teks eksplanasi menurut Priyatni, Thamrin, Wardoyo (2014: 126-132) yang telah dimodifikasi dan disesuaikan berdasarkan kebutuhan dalam pengembangan pengembangan yang dilakukan oleh pengembang.
a. Pilihlah satu topik yang menjelaskan bagaimana dan mengapa suatu peristiwa atau fenomena terjadi, sebagai contoh:
1) bagaimana proses fotosintesis,
2) bagaimana proses respirasi,
3) bagaimana proses pembuatan tempe.
b. Mulailah dengan menuliskan
1) Judul yang menjelaskan suatu fenomena.
2) Pernyataan umum yang memuat petunjuk awal suatu peristiwa yang hendak dijelaskan.
3) Rangkaian penjelasan yang memuat bagaimana dan mengapa suatu peristiwa dapat terjadi.
4) Penutup berupa simpulan atau pengulangan informasi penting.
c. Lakukanlah telaah dan revisi atas tulisan dengan panduan rubrik penilaian teks eksplanasi berikut ini:

No
Aspek
Deskripsi Penilaian
Ya
Tidak
1
Kejelasan pernyataan
Umum
Apakah pernyataan umum memberikan petunjuk awal tentang suatu peristiwa yang hendak dijelaskan?


2
Kebenaran
Penjelasan
Apakah penjelasan memaparkan bagaimana atau mengapa suatu peristiwa terjadi secara benar?


Apakah penjelasan berupa tahapan yang logis sehingga pembaca mendapatkan gambaran tentang bagaimana proses terjadinya suatu peristiwa?


3
Simpulan

Apakah terdapat simpulan pada teks tersebut?
Jika ada, apakah simpulan menandai bahwa penjelasan telah berakhir? Atau simpulan tersebut berupa pengulangan informasi penting?


4
Istilah
Apakah teks memuat istilah-istilah dan digunakan secara tepat?


5
Konjungsi

Apakah kalimat-kalimat pada teks menggunakan kata sambung yang menunjukkan hubungan sebabakibat?



Rubrik penilaian di atas digunakan untuk menilai/menelaah kesalahankesalahan, ketepatan dan ketidaktepatan, serta kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam teks eksplanasi yang ditulis. Jika jawaban terhadap teks yang ditulis ada yang menyatakan “Tidak” maka harus dilakukan revisi terhadap teks eksplanasi tersebut.
d. Lakukanlah pengamatan atau studi pustaka agar tulisan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.