Senin, 26 Oktober 2015

Kriteria Penilaian Kualitas Buku Teks

Banyak pakar yang membuat ukuran atau standar menilai kualitas buku teks. Di antaranya dalam tulisan ini akan dikemukakan kriteria menurut pandangan Green and Petty, Sujana, Henry Guntur Tarigan, dan Carter dan Long.

1. Green and Petty

Green and Petty (dalam tarigan, 1993: 20) mengatakan bahwa bila buku teks dapat memenuhi sepuluh persyaratan di bawah ini, maka buku teks tersebut dinyatakan berkualitas. Kriteria tersebut adalah:

1) Buku teks itu haruslah menarik minat anak-anak, yaitu para siswa yang menggunakannya.
2) Buku teks itu haruslah mampu memberi motivasi kepada para siswa yang memakainya.
3) Buku teks itu haruslah memuat ilustrasi yang menarik hati para siswa yang memanfaatkannya.
4) Buku teks itu seyogianyalah mempertimbangkan aspek-aspek linguistik, sehingga sesuai dengan kemampuan para siswa yang memakainya.
5) Buku teks itu isinya haruslah berhubungan dengan pelajaran-pelajaran lainnya: lebih baik lagi kalau dapat menunjang dengan rencana, sehingga semuanya merupakan suatu kebulatan yang utuh dan terpadu.
6) Buku teks itu haruslah dapat menstimulasi, merangsang aktivitas-aktivitas pribadi para siswa yang mempergunakannya.
7) Buku teks itu haruslah dengan sadar dan tegas menghindari konsep-konsep yang samar-samar dan tidak biasa, agar tidak sempat membingungkan para siswa yang memakainya.
8) Buku teks itu haruslah mempunyai sudut pandangan atau "point of view" yang jelas dan tegas sehingga juga pada akhirnya menjadi sudut pandangan para pemakainya yang setia.
9) Buku teks itu haruslah mampu memberi pemantapan, penekanan pada nilai-nilai anak dan orang dewasa.
10) Buku teks haruslah dapat menghargai perbedaan-perbedaan pribadi para siswa pemakainya.

2. Sujana

Sujana dalam makalah yang disampaikannya pada acara seminar Kurikulum 1994 di Fakultas Kegurua dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pakuan, Bogor mengenai "Kurikulum 1994 dan Eksistensi Buku Teks Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Proses Belajar Mengajar" mengungkapkan ada tiga langkah besar yang perlu dilakukan dalam memilih buku pelajaran yaitu bahasa, isi, dan keanekaan.

Pertimbangan mengenai bahasa dijelaskannya bahwa teks bacaan dalam buku pelajaran haruslah menjadi model atau contoh bahasa yang layak untuk ditiru siswa. Jadi, penggunaan bahasa harus terbebas dari kesalahan kaidah kebahasaan. Namun, teks yang masih salah pun bisa dipilih asal untuk tujuan pengajaran (sebagai bahan ajar).

Pertimbangan mengenai isi dilihat dari tiga segi, yaitu siswa, masyarakat, dan informasi. Dari segi siswa, bahan yang ada dalam buku teks tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit, dan bahan tersebut harus sesuai dengan minat siswa. Yang harus dipertimbangkan dari segi masyarakat, bahan yang dipilih bukan bahan yang dikembangkan untung menyinggung SARA. Isi harus netral, tidak berpihak pada suku, agama, ras, dan politik tertentu. Dari segi informasi, bahan harus dipertimbangkan pada dua hal, yaitu kebenaran dan kemutakhiran (tidak ketinggalan zaman). Dari segi keanekaan, bahan pengajaran harus mencakup materi kebahasaan, kesusastraan, dan keterampilan berbahasa, serta dalam pemilihan wacana harus divariasikan antara wacana utuh dan penggalan wacana.

3. Carter dan Long

Carter dan Long (dalam Mulyana; Harras dkk., 1993: 119) mengemukakan pendapatnya tentang kriteria pemilihan bahan teks sastra yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan tujuan pengajaran sastra. Kriteria yang diungkapkan Carter dan Long ini penulis terjemahkan secara bebas sebagai berikut:

1) Ketersediaan umum teks yang tercetak.
2) Teks tersebut menyediakan pilihan yang memenuhi syarat tentang kesusastraan secara menyeluruh, meskipun kecil/sedikit.
3) Teks yang dikenal/baku (standar)/ teratur dibandingkan dengan teks yang tidak dikenal/tidak baku.
4) Pilihan yang dibatasi oleh silabus atau lembaga pengujian dibandingkan dengan penyeleksian secara bebas mengenai apa saja yang ditentukan guru itu adalah tepat/sesuai.
5) Berkaitan dengan negara atau budaya pembaca dibandingkan dengan yang tidak berkaitan dengan budaya pembaca.
6) Teks yang kontemporer/modern yang berkaitan dengan klasifikasi kesusastraan dibandingkan dengan teks yang tidak modern, tetapi bukan dengan teks yang sulit.
7) Secara konseptual (yang berbeda dengan linguistik) mudah bagi pembaca dibandingkan dengan yang secara konseptual sulit bagi pembaca.
8) Teks yang panjang dibandingkan dengan teks yang pendek.
9) karya yang lengkap dibandingkan dengan intisari.
10) Diajarkan semata-mata untuk kepentingan (pengajaran) tanpa ada kaitannya dengan teks lain dibandingkan dengan sebagian dari satu seri dari seorang pengarang atau periode dengan saran yang tersirat, dimulai dari yang mudah sampai dengan yang sulit.
11) Pemilihan tema atau pokok masalah (mislanya mengenai pemuda, kematian dsb.) dibandingkan dengan pemilihan bagi genre, misalnya puisi, soneta, dsb. Novel, cerita pendek, atau untuk periode tertentu.

4. Henry Guntur Tarigan

Tarigan (1993: 100) merumuskan kriteria meilai buku teks dalam tujuh kriteria, yaitu: 1) pendekatan, 2) tujuan, 3) bahan, 4) metode, 5) media, 6) evaluasi, dan 7) bahasa.

Pendekatan menjadi tolok ukur pertama, sebab pendekatan sebagai strategi untuk mengetahui arah pengajaran, khususnya arah pengajaran bahasa dan sastra Indonesia. Apakah pendekatan yang terdapat dalam buku teks menuju pada suatu pendekatan yang berorientasi pada materi, pendekatan tradisisonal, pendekatan struktural, ataukah pendekatan keterampilan proses. Konsep yang akan relevan dalam menilai buku teks khususnya Bahasa dan Sastra Indonesia adalah pendekatan yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku saat itu.

Sebuah pendekatan yang mendukung pada konsep belajar bahasa adalah pendekatan kominikatif. Jenis pendekatan ini pun yang diarahkan oleh kurikulum yang berlaku saat ini yaitu kurikulum 1994, sebagai penyempurnaan Kurikulum 1984. Indikator-indikator yang dapat digunakan sebagai acuan untuk mengukur pendekatan keterampilan proses menurut Badudu (1997) yaitu:

1. Mengamati

Kagiatan mengamati dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: 1) menatap: memperhatikan objek dengan cara melihat; 2) membaca: memahami bacaan, dan 3) menyimak: memperhatikan dan mencoba memahami apa yang dikatakan, disampaikan atau dibicarakan orang.

2. Menafsirkan

Kegiatan menafsirkan dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
1) mencoba memberikan makna terhadap apa yang diamati (wacana, paragraf, kalimat, frasa, kata) dan mengatakannnya kembali baik secara lisan maupun secara tertulis;
2) menentukan penggolongan atau klasifikasi terhadap objek-objek yang diamati;
3) menentukan hubungan antara objek-objek itu sesamanya;
4) menganalisis;
5) membuat generalisasi (umum) dan atau spesifikasi (pengkhususan);
6) menarik simpulan;
7) membuat ikhtisar atau singkatan.

3. Menerapkan

Menerapkan kaidah bahasa atau konsep dalam menyusun sesuatu, misalnya sebagai berikut;
1) membuat kalimat baru sesuai dengan contoh;
2) menyusun telegram atau surat sesuai dengan contoh atau intruksi;
3) membuat suatu karangan yang bercorak tertentu: karangan yang sifatnya bercerita seperti cerpen dan novel disebut narasi: yang memberikan atau menggambarkan sesuatu supaya jelas kepada pembaca disebut deskripsi: yang memaparkan dengan penjelasan sehingga orang menjadi tahu disebut eksposisi; yang memberikan alasan dan argumen disebut persuasi dan argumentasi.

4. Mengkomunikasikan

Mengkomunikasikan sesuatu dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan berikut: 1) diskusi; 2) mendeklamasikan (puisi); 3) mendramatisasikan (drama, adegan); 4) mengajukan pertanyaan yang mengarah kepada pemahaman, aplikasi, analisis, sistesis, dan evaluasi; 5) menyusun pertanyaan-pertanyaan menjadi sebuah karangan; 6) menulis laporan; 7) mementaskan suatu drama.

Bahan dikembangkan dengan memadukan aspek kebahasaan, kesusastraan, dan keterampilan berbahasa. Di samping itu, penganalisisan dari segi bahan ini antara lain bahwa bahan harus disusun dari yang sederhana menuju kepada yang kompleks dan dari yang mudah menuju kepada yang sulit. Artinya, penyusunan bahan harus memperhatikan keluasan dan kedalaman bahan.

Metode dapat tampak dalam penyajian bahan dalam buku teks baik secara implisit maupun eksplisit. Metode-metode tersebut adalah penugasan, latihan, diskusi, tanya jawab, demontrasi, ceramah, dll. Artinya pula dengan variasi yang beragam tersebut buku teks menawarkan suatu oenyajian yang bervariasi, sehingga harapan keanekaan metode yang dinginkan Kurikulum 1994 dapat terealisasikan. Tentu saja tempilan seperti itu akan membantu guru dalam menyajikan bahan dalam kegiatan belajar mengajar.

Media dalam buku teks tidak disajikan secara verbal atau berupa kata-kata saja, tetapi dapat pula berupa gambar, diagram pohon, dan tabel. Pengilustrasian seperti itu akan lebih menarik perhatian dan minat siswa dalam mempelajari buku teks, karena tidak akan menjenuhkan siswa bila tampilan teks hanya penuh dengan kata-kata saja.

Dalamhal evaluasi, beberapa bentuk penilaian yang dianggap sesuai dengan pengajaran bahasa antara lain pertanyaan menganai isi, mengisi, interpretasi, memeriksa kembali, mengubah bentuk, dan praktik. Hal lain yang harus diperhatikan dalam membuat soal-soal untuk evaluasi ini adalah kelengkapan ranah kognitif terutama ranah kognitif tingkat menengah dan tinggi.

Bahasa dalam buku teks harus disajikan secara baik dan benar, mudah dipahami siswa, dan komunikatif. Kriteria untuk menilai kelayakan penggunaan bahasa dalam buku teks adalah: 1) sesuai dengan bahasa siswa, 2) tertulis dalam bahasa yang baik dan benar, 3) penggunaan kalimat yang efektif, 4) terhindar dari makna ganda (ambiguitas), 5) ketepatan penempatan dan pemilihan kata dalam kalimat. Perlu diketahui bahwa penggunaan bahasa yang tidak baik dan tidak benar diperbolehkan asal untuk kepentingan pengajaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar