Senin, 26 Oktober 2015

Puisi Bebas

Puisi Bebas

a. Pengertian Puisi

Waluyo (Supriyadi, 2006: 44) mengungkapkan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan mengkonsentrasikan struktur fisik dan struktur batinnya. Sedangkan Indra Jaya (2001: 4) mengungkapkan bahwa yang merupakan struktur fisik adalah pilihan kata, rima, dan ritma puisi. Sedangkan struktur batin mencakup perasaan, nada, tema, dan amanat. Selain itu, Burhan Nurgiyantoro (2005: 312), juga mengungkapkan bahwa puisi merupakan genre sastra yang sangat memperhatikan pemilihan aspek kebahasaan. Efek keindahan dari puisi diperoleh dari pemilihan bahasa terutama aspek diksi yang menyangkut unsur bunyi, bentuk dan makna puisi.

Shanon Ahmad (Maman Suryaman, :18) menjelaskan bahwa puisi merupakan emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindra, susunan kata-kata, kata-kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur-baur. Sedangkan Asul Wiyanto (2005: 28-29) mengungkapkan bahwa hakikat puisi adalah apa yang menyebabkan puisi itu disebut puisi. Hakikat puisi ada tiga hal, 1) fungsi estetik yang berarti bahwa puisi merupakan karya seni yang menonjol pada unsure estetikanya seperti rima, irama, diksi, dan gaya bahasa, 2) kepadatan yang berarti bahwa puisi mengandung sedikit kata tapi mengungkapkan banyak hal, dan 3) ekspresi tidak langsung yang berarti bahwa puisi menyampaikan gagasan pengarangnya secara tidak langsung karena pengarang banyak menggunakan bahasa kiasan.

b. Puisi Bebas

Pengertian puisi bebas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 903) adalah puisi yang tidak terikat oleh rima dan matra, dan tidak terikat oleh jumlah larik dalam setiap bait, jumlah suku kata dalam setiap larik. Sedangkan menurut Muh. Darisman (2007: 26), mengungkapkan bahwa puisi bebas adalah puisi yang tidak terikat oleh rima serta tidak terikat oleh jumlah larik dalam setiap bait. Zainuddin (1992: 122) juga mengatakan bahwa puisi bebas merupakan puisi yang telah meninggalkan ikatan-ikatan atau syarat-syarat tertentu (merupakan konvensi), misalnya meninggalkan keterikatan jumlah baris, rima, dan irama. Meninggalkan dalam arti tidak sangat memperhatikan atau tidak menomorsatukan ikatan-ikatan dan syarat-syarat yang ada. Yang dipentingkan dan diperhatikan dalam puisi bebas adalah keindahan, kebaikan, dan ketepatan dalam mengungkapkan peristiwa dengan bahasa yang indah, baik, dan tepat.

Sejalan dengan beberapa pendapat di atas, puisi bebas dapat dikategorikan dalam puisi modern. Puisi modern merupakan puisi angkatan ‟45. Nursisto (2000, 72) mengungkapkan bahwa puisi angkatan ‟45 tidak lagi mementingkan sajak atau irama. Bentuk puisi tidak lagi diutamakan, tapi yang ditonjolkan adalah isi. Lebih lanjut lagi Nursisto (2000, 74) juga mengungkapkan bahwa secara hakikat, puisi angkatan ‟45 sangat mengutamakan keindahan.

c. Unsur Pembangun Puisi

Burhan Nurgiyantoro (2005: 321) mengemukakan bahwa puisi terbentuk oleh dua aspek yang saling berkaitan, yaitu sesuatu yang ingin diekspresikan atau bisa disebut juga sebagai unsur isi dan sarana pengekspresian yang disebut juga dengan bentuk. Unsur isi yang biasa disebut dengan tema dan makna, sedangkan unsur bentuk yang berupa aspek kebahasaan dan tipografinya.

Lebih lanjut lagi, Burhan Nurgiyantoro menjelaskan bahwa unsur pembangun puisi sebagai berikut.

1) Aspek bunyi yang meliputi rima dan irama
a) rima
Rima adalah pola perulangan bunyi yang sengaja ditimbulkan dan didayakan untuk mencapai efek keindahan.
b) Irama
Irama dalam puisi berkaitan dengan gerak, alunan, bunyi yang teratur dan ritmis, serta hal itu akan terasa jika puisi dibaca dan didengarkan.

2) Aspek kata (diksi)
Seleksi kata merupakan hal penting dalam hal ini. Kata-kata itu dipilih berdasarkan bunyi, bentuk, dan makna. Dalam puisi anak, seleksi kata diperoleh berdasarkan kacamata anak. Sehingga puisi anak cenderung sederhana, lugas, dan polos.

Dalam pilihan kata (diksi), aspek ekspresivitas juga perlu dipertimbangkan. Menurut Burhan Nurgiyantoro (2005: 339), ekspresif menunjuk pada penuturan sesuatu secara serta-merta, apa yang terlintas di hati langsung dilontarkan, tanpa dipikir panjang.

3) Sarana retorika yang meliputi pemajasan, citraan, dan penyiasatan struktur.
a) Pemajasan (makna kias)
Pemajasan adalah suatu bentuk pengungkapan yang berada di wilayah tarik-menarik antara makna denotasi dan konotasi, langsung dan tidak langsungnya makna yang ditunjuk, makna tersurat dan tersirat.
b) Citraan
Citraan atau imajian (imagery) berkaitan dengan citra atau imaji (image). Imaji (image) dapat dipahami sebagai gambaran pengalaman indera secara konkret yang dibangkitkan lewat kata, sedangkan citraan atau imajian adalah kumpulan citra atau imaji (image).
c) Penyiasatan struktur
Penyiasatan struktur adalah salah satu wujud sarana retorika yang bermain di wilayah struktur dan menghasilkan efek retoris yang paling intensif. Penyiasatan struktur fokus pada urutan kata dalam struktur. Wujud yang dapat dikategorikan sebagai alat retoris dalam penyiasatan struktur antara lain repetisi dan paralelisme.

4) Tema
Seseorang yang ingin berekspresi lewat puisi, memiliki sesuatu yang ingin diekspresikan. Sesuatu yang ingin diekspresikan tersebut dapat berupa gagasan, ide, pengalaman, emosi atau hal-hal lain yang dapat dikategorikan ke dalam aspek kandungan isi. Dalam puisi anak tema sering berkaitan dengan hal-hal yang ada di sekitar anak, misalnya orang tua, guru, teman, binatang kesukaan, lingkungan alam, dan lain-lain.

Sedangkan Supriyadi (2006: 67-70) mengungkapkan bahwa unsur pembangun puisi adalah sebagai berikut,
1) Tema dan amanat
Tema adalah ide pokok yang menjiwai keseluruhan puisi. Sedangkan amanat adalah pesan yang disampaikan penyair. Baik tema maupun amanat dapat disampaikan secara tersurat atau pun tersirat.
2) Citraan/pengimajinasian
Citraan adalah gambaran angan (abstrak) yang dihadirkan menjadi sesuatu yang konkret dalam tatanan kata-kata puisi. Makna abstrak yang telah menjadi konkret dapat ditangkap pancaindera pembaca.
3) Rima
Rima adalah persajakan atau persamaan bunyi yang terdapat dalam puisi.
4) Diksi
Diksi adalah pilihan kata yang dipergunakan penyair dalam membangun puisinya.
5) Irama
Irama dalam puisi adalah alunan bunyi yang teratur dan berulang-ulang. Irama terbentuk karena adanya persajakan aliterasi/asonansi, repetisi, dan pilihan kata yang mengandung musik.
6) Sudut pandang
Sudut pandang yaitu cara penyampaian ide atau gagasan penyair kepada pembaca, pendengar, atau penikmat puisi.

Unsur pembangun puisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah diksi (pilihan kata), pemajasan (makna kias), citraan, tema dan amanat.

d. Penilaian Menulis Puisi
Burhan Nurgiyantoro (2010: 3) mengungkapkan bahwa semua kegiatan pembelajaran yang dilakukan harus selalu diikuti atau disertai dengan kegiatan penilaian. Tanpa diadakan suatu penilaian, kita tidak mungkin dapat menilai dan melaporkan hasil pembelajaran peserta didik secara objektif. Kegiatan penilaian yang dilakukan haruslah secara terencana.
Kompetensi menulis puisi adalah aktivitas aktif produktif, yaitu menghasilkan karya sastra. Siswa membutuhkan model pembelajaran yang dapat memudahkannya dalam menulis puisi. Salah satu model pembelajaran yang digunakan yaitu model Quantum Teaching (TANDUR). Tes yang sesuai untuk mengukur keterampilan menulis puisi adalah tugas menulis puisi.
Burhan Nurgiyantoro (2010: 117) mengungkapkan bahwa tes adalah bentuk pertanyaan, tugas atau latihan yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Tes menulis puisi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes esai. Hasil dari tes tersebut adalah puisi. Puisi karya siswa selanjutnya dinilai oleh guru dan peneliti. Penilaian yang digunakan untuk mengukur karya puisi siswa menggunakan kisi-kisi rubrik penilaian yang diungkapkan oleh Burhan Nurgiyantoro. Menurut Burhan Nurgiantoro (2010: 487), kisi-kisi rubrik tersebut adalah (1) kebaharuan tema dan makna, (2) keaslian pengucapan, (3) kekuatan imajinasi, (4) ketepatan diksi, (5) pendayaan pemajasan dan citraan, (6) respon afektif guru.

Sedangkan menurut Sabarti Akhadiah (1988: 37) penguasaan unsur-unsur tulisan serta kosa kata dan struktur tata bahasa merupakan aspek pemerolehan keterampilan dalam kemampuan menulis. Dengan kata lain, penilaian menulis puisi menggunakan unsur-unsur pembangun puisi sebagai aspek-aspek yang dinilai. Unsur-unsur pembangun puisi tersebut antara lain, (1) tema dan amanat, (2) Citraan, (3) diksi, dan (4) pemajasan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar