Senin, 26 Oktober 2015

Teks Berita

Pengertian Berita

Berita merupakan tulisan berisi fakta tentang kejadian yang bertujuan menyampaikan suatu informasi kepada khalayak. Berita berisi fakta, namun tidak semua fakta adalah sebuah berita. Berita biasanya menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan orang banyak. Semi (1995:9) menyebutkan bahwa berita adalah fakta yang disampaikan kepada orang lain. Namun, tidak semua fakta masuk ke dalam jenis berita, karena berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik, dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi, maupun media online internet (Sumandiria 2005:65). Sehingga dapat dikatakan bahwa fakta yang tidak memenuhi kelayakan tersebut tidak termasuk ke dalam jenis berita.

Selanjutnya, Djuraid (2006:11) juga berpendapat bahwa berita adalah sebuah laporan atau pemberitahuan mengenai terjadinya sebuah peristiwa atau keadaan yang bersifat umum dan baru saja terjadi yang disampaikan oleh wartawan di media massa. Peristiwa atau keadaan yang disampaikan tersebut merupakan fakta atau benar-benar terjadi. Dengan kata lain, berita sama sekali tidak boleh mengandung unsur rekaan atau fiksi dari penulis.

Unsur-Unsur Berita

Sebuah fakta layak disebut sebuah berita apabila memenuhi unsur-unsur tertentu. Para pakar jurnalistik telah menyepakati unsur-unsur tersebut adalah 5W+1H (What, Where, When, Who, Why, dan How). Unsur-unsur berita tersebut akan saling mendukung membuat sebuah berita yang mengandung informasi lengkap. Hal tersebut akan lebih memuaskan pembaca, karena pembaca mendapatkan sebuah informasi secara jelas dan tidak samar.

Romli (2000:6) menjelaskan bahwa fakta yang layak diberitakan harus memenuhi unsur-unsur 5W+1H, 5W+1H tersebut adalah:

1) What: apa yang terjadi?
2) Where: di mana hal itu terjadi?
3) When: kapan peristiwa itu terjadi?
4) Who: siapa yang terlibat dalam kejadian itu?
5) Why: kenapa hal itu terjadi?
6) How: bagaimana peritiwa itu terjadi?

Djuraid (2006:85-86) menyebutkan secara lebih rinci bahwa dalam pelajaran dasar menulis berita dimulai dengan pengenalan bagian berita yang sangat populer yakni 5W+1H. Siapa tokohnya, di mana kejadiannya, apa yang terjadi, mengapa terjadi, bagimana bisa terjadi dan seterusnya. Pedoman ini setidaknya akan memudahkan untuk mulai menulis. Setelah bahan-bahan berita terkumpul, selanjutnya dilakukan identifikasi sesuai dengan 5W+1H. dengan demikian, akan muncul gambaran tentang kerangka berita yang akan ditulis. Berikut ini adalah unsur ADIKSIMBA yang harus tercantum dalam setiap berita.

1) What atau apa: merupakan sebuah nama atau identitas dari suatu kejadian atau peristiwa. Misalnya, peritiwa bencana alam seperti banjir, tanah longsor, gunung meletus, dan berbagai bentuk bencana alam lainnya. Bukan hanya peritiwa seperti seorang tokoh yang berbicara tentang suatu masalah. Contoh: Banjir telah menggenangi perumahan warga.
2) Where atau di mana: merupakan tempat kejadian yaitu tempat peristiwa atau kejadian terjadi. Dalam istilah kriminal biasa disebut dengan TKP (Tempat Kejadian Perkara). Unsur ini biasanya menyatakan lokasi dan daerah terjadinya peristiwa. Contoh: Banjir telah menggenangi perumahan warga di desa Sambong.
3) When atau kapan: merupakan waktu terjadinya suatu kejadian atau peristiwa . bisa disebut dengan pagi, siang, sore, atau malam. Bahkan apabila ingin lebih rinci bisa disebutkan tanggal dengan hitungan jam, menit, sampai detik. Contoh: Banjir terjadi pada dini hari pukul 02.00.
4) Who atau siapa: merupakan tokoh yang menjadi pemeran utama dalam berita. Meliputi siapa saja yang terlibat dalam peristiwa dalam berita. Contoh: Warga desa Sambong yang terkena banjir membersihkan rumah mereka.
5) Why atau mengapa: merupakan alasan mengapa peristiwa itu bisa terjadi. Pertanyaan ini bisa menguak apa yang menjadi penyebab sehingga peristiwa itu bisa terjadi. Contoh: Hujan deras semalam menyebabkan banjir di desa Sambong.
6) How atau bagaimana: merupakan pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui bagaimana keadaan yang terjadi, bagaimana proses terjadinya, termasuk akibat yang ditimbulkan dari peritiwa tersebut. Contoh: Banjir tejadi ketika tengah malam saat hujan deras mengguyur desa Sambong.

Persyaratan Berita

Berita adalah kejadian yang disampaikan atau diceritakan kembali kepada orang lain melalui kata atau gambar. Namun, dalam jurnalistik tidak semua kejadian atau fakta dapat dikatakan sebagai berita. Menurut Faqih (2003:37-39) fakta akan memiliki nilai layak berita jika memenuhi syarat-syarat yaitu (1) significance, (2) magnitude, (3) timeliness, (4) proximity, (5) prominence, (6) human interest.

(1) Significance (penting)
Kejadian yang dijadikan berita sangat mungkin mempengaruhi orang banyak, ditunggu oleh masyarakat. Selain berpengaruh, unsur penting juga berakibat terhadap kehidupan orang banyak. Misal: Masalah siapa yang akan menjadi Presiden Indonesia akan lebih penting dari siapa yang akan menjadi lurah Desa Kecepak.
(2) Magnitude (besar)
Berita harus merupakan suatu kejadian besar atau fakta yang menyangkut angka dalam jumlah besar, atau dapat menimbulkan akibat yang besar. Misal: kasus kecelakaan becak dengan pengendara sepeda motor dan kecelakaan pesawat. Kecelakaan pesawat lebih besar jika dibandingkan dengan kecelakaan antara becak dengan sepeda motor. Sehingga kecelakaan pesawat lebih layak diberitakan.
(3) Timeliness (waktu)
Hal ini menyangkut aspek keaktualan peristiwa yang terjadi. Peristiwa yang terjadi hari ini lebih layak dijadikan berita daripada peristiwa yang terjadi minggu lalu. Misal: berita tentang banjir yang terjadi hari ini lebih layak dijadikan berita jika dibandingkan dengan bencana tsumani 8 tahun silam.
(4) Proximity (kedekatan)
Berita haruslah dekat dengan pembaca. Dekat bisa bisa dalam aspek sosial, ekonomi, psikologis, maupun geografis. Misal: pemberitaan tentang demo di Universitas Negeri Semarang akan lebih menarik minat mahasiswa Universitas Negeri Semarang daripada Universitas Diponegoro.
(5) Prominence (terkenal)
Syarat berikutnya adalah berita harus menyangkut semua hal, baik manusia, tempat, maupun kegiatan yang dikenal oleh masyarakat. Misal: pemberitaan tentang perceraian artis A dengan artis B. Berita ini akan lebih menarik minat daripada perceraian orang awam. Liputan berita tentang Bali akan lebih menarik dibanding liputan berita tentang taman bermain.
(6) Human Interest (manusiawi)
Peristiwa yang diberitakan dapat memberi sentuhan perasaan bagi pembaca. Rumusan yang biasa dipakai adalah “kejadian luar biasa yang dialami orang biasa, atau kejadian biasa yang dilakukan oleh orang besar”. Misal: Presiden Amerika Barrack Obama berkunjung ke Indonesia dan ingin makan nasi goreng.

Pendapat senada juga disampaikan Djuraid (2006:15-16) bahwa sebuah informasi tentang suatu peristiwa haruslah memperhatikan syarat-syarat tertentu apakah fakta tersebut layak untuk diberitakan atau tidak. Syarat-syarat tersebut adalah (1) aktual, (2) kedekatatan, (3) penting, (4) luar biasa, (5) tokoh, (6) ekslusif. (7) ketegangan, (8) konflik, (9) human interest, (10) seks, (11) progresif, (12) trend, dan (13) humor.

Bahasa Berita

Bahasa yang digunakan dalam berita berbeda dengan bahasa yang digunakan sehari-hari. Bahasa berita biasa disebut dengan istilah bahasa jurnalistik. Faqih (2003:9-10) agar pesan yang hendak disampaikan penulis tersampaikan kepada pembaca dengan jelas diperlukan kecermatan, tatanan kalimat yang logis. Diksi, dan pembentukan kalimat yang tepat. untuk itu, agar dapat lebih efektif dalam penggunaan berita harus memperhatikan beberapa hal, diantaranya:
1) Penggunaan bahasa dengan baik dan benar
Penggunaan bahasa secara baik adalah menggunakan bahasa secara efektif. Sehingga pesan yang ingin disampaikan tepat mengenai sasaran, sedang kata benar memiliki makna sesuai dengan kaidah tata bahasa. Jadi bahasa berita haruslah memperhatikan kaidah tata bahasa Indonesia.
2) Penguasaan materi yang disampaikan
Berita yang disajikan harus memiliki muatan materi, muatan materi merupakan seperangkat gagasan atau ide yang akan dikemukakan atau akan dikomunikasikan kepada pembaca. Ide yang dikomunikasikan melalui media dengan penguasaan bahasa yang baik dan benar akan memiliki dampak mempengaruhi masyarakat.
3) Teknik penyajian
Agar ide dapat dikomunikasikan dengan baik kepada pembaca, selain menggunakan bahasa yang baik dan benar juga melalui teknik penyajian yang tepat. teknik penyajian yang tepat yang dimaksud adalah bagaimana cara menyampaikan berita berdasarkan media yang digunakan. Informasi yang disampaiakn melalui media elektronika akan berbeda dengan media cetak. Missal, media elektronika (televisi dan radio) lebih mementingkan gambar atau suara dalam menyampaikan informasi. Berbeda dengan media cetak, karena gambar terbatas, hanya berupa foto, maka penjelasan atau uraian terhadap suatu fakta harus disajikan secara lengkap dan detail.
Selanjutnya Sumandiria (2005:53-59) juga berpendapat bahwa ciri utama bahasa jurnalistik di antaranya: (1) sederhana, (2) singkat, (3) padat, lugas, (4) jernih, (5) menarik, (6) demokratis, (7) mengutamakan kalimat aktif, (8) sejauh mungkin menghindari penggunaan kata atau istilah teknis, dan (9) tunduk kepada kaidah serta etika bahasa baku.
1) Sederhana
Sederhana berarti selalu mengutamakan dan memilih kata atau kalimat yang paling banyak diketahui maknanya oleh khalayak pembaca. Khalayak pembaca sifatnya sangat heterogen, baik dilihat dati tingkat intelektualitasnya maupun karakteristik demografis dan aspek psikografisnya seperti status sosial ekonomi, pekerjaan atau profesi, tempat tinggal, suku bangsa, dan budaya serta agama yang dianut. Kata-kata dan kalimat yang rumit, yang hanya dipahami maknanya oleh segelintir orang, tabu digunakan dalam bahasa jurnalistik.
2) Singkat
Singkat berarti langsung kepada pokok permasalahan (to the point), tidak bertele-tele, tidak berputar-putar, tidak memboroskan waktu pembaca yang sangat berharga. Ruangan atau kapling yang tersedia pada kolom-kolom halaman surat kabar, tabloid, atau majalah sangat terbatas, sementara isinya banyak dan beranekaragam. Konsekuensinya apapun pesan yang akan disampaikan tidak boleh bertentangan dengan filosofi, fungsi, dan karakeristik pers.
3) Padat
Padat dalam bahasa jurnalistik berarti sarat informasi. Setiap kalimat dan paragraf yang ditulis memuat banyak informasi penting dan menarik untuk khalayak pembaca. Ini berarti terdapat perbedaan yang tegas antara kalimat singkat dan kalimat padat. Kalimat singkat tidak bererti memuat banyak informasi, tetapi kalimat yang padat, selain singkat juga mengandung lebih banyak informasi.
4) Lugas
Lugas berarti tegas, tidak ambigu, sekaligus menghindari penghalusan kata dan kalimat yang bisa membingungkan khalayak pembaca, sehingga terjadi perbedaan persepsi dan kesalahan konklusi. Kata yang lugas selalu menekankan pada satu arti serta menghindari kemungkinan adanya penafsiran lain terhadap arti dan makna kata tersebut. Sehingga maksud yang hendak disampaikan bisa tepat sasran.
5) Jelas
Jelas berarti mudah ditangkap maksudnya, tidak kabur. Sebagai contoh, merah adalah warna yang jelas. Putih adalah warna yang jelas. Ketika kedua warna tersebut disandingkan, maka terdapat perbedaan yang tegas, mana yang merah dan mana yang putih. Perbedaan warna merah dan putih melahirkan kesan kontras. Jelas di sini memiliki tiga arti: jelas artinya, jelas susunan kata atau kalimatnya sesuai dengan kaidah subjek objek predikat keterangan (SPOK), dan jelas sasaran atau maksudnya.
6) Jernih
Jernih dalam bahasa jurnalistik berarti kata dan kalimat yang tidak memiliki maksud tersembunyi di balik penyampaian suatu berita atau laporan kecuali fakta, kebenaran, kepentingan masyarakat. Bahasa berita harus transparan. Jadi dalam penyampaian berita tidak terdapat maksud terselubung yang ditujukan pada satu pihak tertentu.
7) Menarik
Menarik artinya mampu membangkitkan minat dan perhatian khalayak pembaca. Memicu selera baca, membuat orang yang sebelumnya tidak tertarik menjadi tertarik untuk membaca berita yang disajikan. Meskipun demikian, bahasa jurnalistik tetap berpijak pada prinsip menarik, benar, dan baku.
8) Demokratis
Bahasa jurnalistik harus bersifat demokratis yang berarti tidak mengenal tingkatan, pangkat, kasta, atau perbedaan dari pihak yang menyapa dan pihak yang disapa sebagaimana dijumpai dalam gramatika bahasa Sunda dan bahasa Jawa. Bahasa jurnalistik memperlakukan siapapun, baik itu presiden, guru, karyawan, maupun tukang becak, pemulung, secara sama. Kalau dalam berita disebutkan presiden mengatakan, maka kata mengatakan tidak bisa atau harus diganti dengan kata bersabda. Presiden maupun pengemis, keduanya tetap harus ditulis mengatakan.
9) Mengutamakan Kalimat Aktif
Bahasa jurnalistik mengutamakan kalimat aktif karena kalimat aktif lebih mudah dipahami dan lebih disukai khalayak pembaca daripada kalimat pasif. Sebagai contoh: presiden mengatakan, bukan dikatakan oleh presiden. Bahasa jurnalistik harus jelas susunan katanya dn kuat maknanya (clear and strong). Kalimat aktif lebih memudahkan pengertian dan memperjelas tingkat pemahaman. Kalimat pasif sering menyesatkan pengertian dan membingungkan tingkat pemahaman.
10) Menghindari Kata atau Istilah Teknis
Bahasa jurnalistik harus sederhana, mudah dipahami, ringan dibaca, dan tidak membuat pusing. Salah satu cara untuk menghindari hal tersebut adalah dengan menghindari penggunaan kata atau istilah-istilah teknis, akarena istilah teknis hanya berlaku untuk komunitas tertentu yang sifatnya homogen. Sebagai contoh istilah dalam dunia mikrobiologi, akan tidak bisa dipahami maksudnya oleh khalayak pembaca apabila dimasukkan ke dalam berita. Istilah-istilah teknis harus diganti dengan istilah yang bisa dipahami oleh masyarakat umum.
11) Tunduk Kepada Kaidah dan Etika Bahasa Baku
Bahasa jurnalistik harus tunduk kepada kaidah dan etika bahasa baku. Bahasa baku artinya bahasa resmi sesuai dengan ketentuan tata bahasa serta pedoman ejaan yang disempurnakan berikut pedoman pembentukan istilah yang menyertainya. Selain harus baku, baik, dan benar, dalam berita tidak boleh terdapat kata-kata kurang sopan yang bertentangan dengan norma masyarakat.
Dari berbagai pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa bahasa berita haruslah baik dan benar, penggunaanya harus efektif dan sesuai dengan kaidah tata bahasa. Selain harus baik dan benar bahasa berita haruslah bisa menarik minat pembaca agar tertarik pada berita yang disajikan. Bahasa berita juga harus bersifat demokratis yang artinya berarti tidak mengenal tingkatan, pangkat, kasta, atau perbedaan dari pihak yang menyapa dan pihak yang disapa seperti yang terdapat dalam bahsa Jawa dan Sunda.

Jenis-Jenis Berita

Berita merupakan pengungkapan fakta. Pengungkapan fakta bisa beragam jenis. Jenis-jenis berita yang dikenal dalam dunia jurnalistik menurut Romli (2000:8) antara lain:
1) Straight news: merupakan berita yang ditulis langsung, apa adanya, ditulis secara singkat dan lugas. Sebagian besar sehalaman surat kabar berisi berita jenis ini.
2) Depth news: merupakan berita mendalam, dikembangkan dengan pendalaman hal-hal yang ada di bawah suatu permukaan.
3) Investigations news: merupakan berita yang dikembangkan berdasarkan penelitian atau penyelidikan dari berbagai sumber
4) Interpretative news: merupakan berita yang yang dikembangkan dengan pendapat atau penulisnya/reporter.
5) Opinion news: merupakan berita mengenai pendapat seseorang, biasanya pendapat para cendekiawan, tokoh, ahli, atau pejabat mengenai suatu hal, peristiwa, kondisi politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, dan sebagainya.
Faqih (2003:42-43) menambahkan bahwa jenis berita yang lazim dipakai dalam pengungkapan fakta di media massa terbagi menjadi tiga:
1) Straight news atau berita langsung, dalam perkembangan kemudian sering hanya disebut berita. Staright news dibuat untuk menyampaikan fakta yang baru dan harus segera diketahui masyarakat. Hal yang paling penting dalam staright news adalah aktualitas, karena persaingan media, fakta harus secepat mungki dipublikasikan, jika terlambat sudah tidak actual lagi (karena mungkin telah dimuat media lain).
2) Soft news atau berita ringan, jenis ini tidak mengutamakan aktualitas, tapi menekankan aspek manusiawi (human interest) dalam suatu peristiwa. Contohnya, ada seorang bayi yang selamat dari sebuah kecelakaan pesawat, sedangkan penumpang lain tewas. Peristiwa tersebut bisa dituis dalam bentuk soft news. Berita tentang selamatnya bayi tersebut bisa ditulis beberapa hari setelah peritiwa itu terjadi. Hal yang perlu diperhatiakan, dalam soft news penulis tidak perlu mengungkapkan secara detail, cukup hanya permukaan saja.
3) Feature, berita kisah, khas. Merupakan jenis tulisan mengenai suatu fakta yang dapat menambah pengetahuan pembaca dan atau menyentuh perasaan pembaca. Jenis berita ini tidak terpengaruh pada unsur aktualitas, yang diutamakan adalah detail suatu fakta. Unsur terpenting dalam penulisan feature adalah sisi manusiawi. Feature tidak melulu mengenai orang, tapi bisa juga mengenai peristiwa, atau tempat. Bahasa yang dipergunakan dikemas agar segar, ringan, dan menarik. Feature juga sering disebut berita kisah, karena gaya penulisannya yang naratif seperti orang bercerita.

Teknik Penulisan Berita

Berita merupakan fakta objektif. Sebagai fakta yang objektif berita harus bebas dari pendapat pribadi manapun termasuk dari jurnalis maupun editor. Berita adalah laporan tentang fakta secara apa adanya dan tidak dibuat-buat kebenarannya. Faqih (2003:45) berpendapat bahwa berita memiliki keterbatasan ruang, maka dari itu harus disampaikan secara efektif. Bentuk yang dipakai adalah piramida terbalik. Artinya meletakkan unsur terpenting dan utama dari suatu fakta pada bagian atas atau lead, diikuti detail fakta pada tubuh dan kesimpulan pada ekor atau penutup.
Menurut Sumandiria (2005:117-118) karena fakta dalam bentuk berbagai peritiwa yang terjadi begitu banyak, sedangkan waktu yang dimilki jurnalis dan editor media massa sangat terbatas, maka harus dicari teknik untuk melaporkan atau menuliskan kata-kata tersebut. Teknik itu dinamakan dengan piramida terbalik. Dengan piramida terbalik, berarti pesan berita disusun secara deduktif . kesimpulan dinyatakan terlebih dahulu pada paragraf utama, baru kemudian disusul dengan penjelasan dan uraian yang lebih rinci pada paragraf-paragraf berikutnya. Alasan penggunaan piramida terbalik dalam menulis berita dikarena berbagai alasan sebagai berikut:
1) Memudahkan khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa yang sangat sibuk untuk segera menemukan berita yang dianggapnya menarik atau penting yang sedang dicari atau ingin diketahuinya.
2) Memudahkan reporter dan editor memotong bagian-bagian berita yang dianggap kurang atau tidak penting ketika dihadapkan pada kendala teknis, missal berita terlalu panjang sementara kapling atau ruangan yang tersedia sangat terbatas.
3) Memudahkan para jurnalis dalam menyusun pesan berita melalui rumus baku yang sudah sangat dikuasainya sekaligus untuk menghindari kemungkinan adanya fakta atau informasi penting yang terlewat tidak dilaporkan.

Hal-Hal yang Diperhatikan dalam Menyusun Berita

Berita merupakan suatu hal harus dibuat menarik. Isi berita tidak boleh menyimpang dari kebenaran nilai berita. Dalam menyusun sebuah berita tidak serta merta membuat tulisan tentang fakta suatu kejadian, melainkan ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Djuharie dan Suherli (2005:35) juga menyebutkan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menulis berita, antara lain adalah:
1) Tulisan berita harus bisa menyentuh kebutuhan manusia akan informasi.
2) Berita yang ditulis harus aktual sehingga tidak menjadi berita yang basi.
3) Penulisan berita untuk surat kabar harus cepat dan singkat tetapi kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan.
4) Tulisan berita harus bisa menjawab pertanyaan apa, kapan, siapa, bagaimana, dimana, mengapa
5) Tulisan berita yang berkelanjutan tentang suatu hal, pada bagian akhir berita harus diungkapkan lagi tentang latar belakang peristiwanya.
Selanjutnya Hasnun (2006:122) menyebutkan bahwa banyak masalah yang perlu diperhatikan dalam menyusun berita. Antara lain sebagai berikut:
1) Penulis berita perlu memahami atau menguasai peristiwa yang ditulis.
2) Penulis berita perlu meyakini masalah yang ditulis.
3) Masalah yang menjadi materi berita perlu ditonjolkan secara baik.
4) Berita yang ditulis menggunakan bahasa yang baik dan benar, santun, serta berdasarkan fakta.
5) Penulis harus menyampaikan berita secara jujur, tepat, dan cepat.

Aspek-aspek yang Dinilai dalam Menulis Berita

Menurut Nurgiyantoro (1987:5) penilaian merupakan suatu proses untuk mengukur kadar pencapaian tujuan. Penilaian dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pada setiap kompetensi dasar yang disampaikan oleh guru, memiliki beberapa aspek atau kriteria yang dijadikan indikator dalam penilaian.
Dalam pembelajaran menulis teks berita ada beberapa aspek yang digunakan dalam penilaian, di antaranya adalah (1) aspek kesesuaian judul, (2) aspek kelengkapan unsur (apa, di mana, kapan, siapa, mengapa, dan bagaimana), (3) keruntutan, (4) kalimat efektif, (5) pilihan kata/diksi, (6) ketepatan ejaan dan tanda baca, dan (7) tampilan tulisan. Penilaian dilakukan secara terpadu pada penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses meliputi perilaku peserta didik selama mengikuti pmbelajaran, sedangkan penilaian hasil diperoleh dari produk yang dihasilkan oleh peserta didik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar