Senin, 09 November 2015

Frasa Bahasa Indonesia

1. Pengertian Frasa
Frasa juga didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonprediktif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Menurut Prof. M. Ramlan, frasa adalah satuan gramatik yang terdiri atas satu kata atau lebih dan tidak melampaui batas fungsi atau jabatan (Ramlan, 2001:139). Artinya sebanyak apapun kata tersebut asal tidak melebihi jabatannya sebagai Subjek, predikat, objek, pelengkap, atau pun keterangan, maka masih bisa disebut frasa.

Contoh:
1. gedung sekolah itu
2. yang akan pergi
3. sedang membaca
4. sakitnya bukan main
5. besok lusa
6. di depan.
Jika contoh itu diletakkan dalam struktur kalimat, kedudukannya tetap pada satu jabatan saja.
1. Gedung sekolah itu(S) luas(P).
2. Dia(S) yang akan pergi(P) besok(Ket).
3. Bapak(S) sedang membaca(P) koran sore(O).
4. Pukulan Budi(S) sakitnya bukan main(P).
5. Besok lusa(Ket) aku(S) kembali(P).
6. Bu guru(S) berdiri(P) di depan(Ket).

Selain contoh di atas, Supriyadi, dkk. (1992) menguraikan cara mengenal frase bahasa Indonesia seperti berikut. Perhatikan unsur setiap fungsi yang terdapat kalimat-kalimat berikut:
(1) Saya guru. (SP)
(2) Ayah saya guru. (SP)
(3) Adik teman saya guru bahasa Indonesia. (SP)

Jenis Frasa

Ramlan (1981) membagi frasa berdasarkan kesetaraan distribusi unsur unsurnya atas dua jenis, yakni frasa endosentrik dan frasa eksosentrik.
a. Frase Endosentris
Frase endosentris yaitu frasa yang distribusi unsur-unsurnya setara dalam kalimat. Dalam frasa endosentris kedudukan frasa ini dalam fungsi tertentu dapat digantikan oleh unsurnya. Unsur frasa yang dapat menggantikan frasa itu dalam fungsi tertentu disebut unsur pusat (UP). Dengan kata lain, frasa endosentris adalah frasa yang memiliki unsur pusat.
Contoh: Sejumlah mahasiswa(S) di teras(P).
Kalimat tersebut tidak bisa jika hanya ‘Sejumlah di teras’ (salah) karena kata mahasiswa adalah unsur pusat dari subjek. Jadi, ‘Sejumlah mahasiswa’ adalah frasa endosentris.
Frase endosentris terbagi atas tiga jenis:
(a) frase endosentris koordinatif yakni frase yang unsur-unsurnya setara, dapat dihubungkan dengan kata dan, atau, misalnya :
· rumah pekarangan
· kakek nenek
· suami isteri
(b) frase endosentris atributif, yakni frase yang unsur-unsurnya tidak setara sehingga tak dapat disisipkan kata penghubung dan, atau,
misalnya:
· buku baru
· sedang belajar
· belum mengajar
(c) Frase endosentris apositif, yakni frase yang unsurnya bisa saling menggantikan dalam kalimat tapi tak dapat dihubungan dengan kata dan dan atau Mmisalnya:
· Almin, anak Pak Darto sedang membaca
· ,anak Pak Darto sedang belajar
· Ahmad, - sedang belajar
·
b. Frase eksosentris adalah frase yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan semua unsurnya, misalnya:
· di pasar
· ke sekolah
· dari kampung

Frase ditinjau dari segi persamaan distribusi dengan golongan atau kategori kata, frase terdiri atas: frase nominal, frase verbal, frase ajektival,frase, pronomina, frase numeralia (Depdikbud, 1988).
(1) Frase verba adalah frasa yang unsur pusatnya (UP) berupa kata yang termasuk kategori verba. Secara morfologis, UP frasa verba biasanya ditandai adanya afiks verba. Secara sintaktis, frasa verba terdapat (dapat diberi) kata ‘sedang’ untuk verba aktif, dan kata ‘sudah’ untuk verba keadaan. Frasa verba tidak dapat diberi kata’ sangat’, dan biasanya menduduki fungsi predikat.
Contoh: Dia berlari.
Secara morfologis, kata berlari terdapat afiks ber-, dan secara sintaktis dapat diberi kata ‘sedang’ yang menunjukkan verba aktif.
Contoh frasa verba yang merupakan satuan bahasa yang terbentuk dari dua kata atau lebih dengan verba sebagai intinya dan tidak merupakan klausa adalah sebagai berikut.
· Kapal laut itu sudah belabuh
· Bapak saya belum pergi.
· Ibu saya sedang mencuci
(2) Frasa nomina, yaitu frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori nomina. UP frasa nomina itu berupa:
1. nomina sebenarnya
contoh: pasir ini digunakan utnuk mengaspal jalan
2. pronomina
contoh: dia itu musuh saya
3. nama
contoh: Dian itu manis
4. kata-kata selain nomina, tetapi strukturnya berubah menjadi nomina
contoh: dia rajin → rajin itu menguntungkan
anaknya dua ekor → dua itu sedikit dia berlari → berlari itu menyehatkan kata rajin pada kaliat pertama awalnya adalah frasa ajektiva, begitupula dengan dua ekor awalnya frasa numeralia, dan kata berlari yang awalnya adalah frasa verba.
Contoh kalimat lainnya yang mengandung frasa nomina, misalnya:
· Kakek membeli tiga buah layang-layang.
· Amiruddin makan beberapa butir telur itik.
· Syarifuddin menjual tigapuluh kodi kayu besi
(3) Frase ajektiva adalah satuan gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih sedang intinya adalah ajektival (sifat) dan satuan itu tidak membentuk klausa,
misalnya:
· Ibu bapakku sangat gembira
· Baju itu sangat indah
· Mobil ferozamu baru sekali
Frasa ajektiva UP-nya berupa kata yang termasuk kategori ajektifa. UP-nya dapat diberi afiks ter- (paling), sangat, paling agak, alangkah-nya, se-nya. Frasa ajektiva biasanya menduduki fungsi predikat.
Contoh: Rumahnya besar.
Ada pertindian kelas antara verba dan ajektifa untuk beberapa kata tertentu yang mempunyai ciri verba sekaligus memiliki ciri ajektifa. Jika hal ini yang terjadi, maka yang digunakan sebagai dasar pengelolaan adalah ciri dominan.
Contoh: menakutkan (memiliki afiks verba, tidak bisa diberi kata ‘sedang’ atau ‘sudah’, tetapi bisa diberi kata ‘sangat’).
(4) Frase pronomina adalah dua kata atau lebih yang intinya pronomina dan hanya menduduki satu fungsi dalam kalimat. Misalnya :
· Saya sendiri akan pergi ke pasar
· Kami sekalian akan bekunjung ke Tator
· Kamu semua akan pergi studi wisata di Tator
(5) Frase numeralia yaitu frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori numeralia, yaitu kata-kata yang secara semantis menyatakan bilangan atau jumlah tertentu. Dalam frasa numeralia terdapat (dapat diberi) kata bantu bilangan: ekor, buah, dan lain-lain.
Contoh:
· dua buah
· tiga ekor
· lima biji
· dua puluh lima orang.
Contoh lain frasa numeralia yaitu dua kata atau lebih yang hanya menduduki satu fungsi dalam kalimat, tetapi satuan gramatik itu intinya pada numeralia. Misalnya:
· Tiga buah rumah sedang terbakar
· Lima ekor ayam sedang terbang
· Sepuluh bungkus kue akan dibeli
(6)Frasa Preposisi yaitu frasa yang ditandai adanya preposisi atau kata depan sebagai penanda dan diikuti kata atau kelompok kata (bukan klausa) sebagai petanda.
Contoh:
Penanda (preposisi) + Petanda (kata atau kelompok kata) di teras
· ke rumah teman
· dari sekolah
· untuk saya
(7)Frasa Konjungsi yaitu frasa yang ditandai adanya konjungsi atau kata sambung sebagai penanda dan diikuti klausa sebagai petanda. Karena penanda klausa adalah predikat, maka petanda dalam frasa konjungsi selalu mempunyai predikat.
Contoh:
· Penanda (konjungsi) + Petanda (klausa, mempunyai P)
· Sejak kemarin dia terus diam(P) di situ.
Ramlan menyebut frasa tersebut sebagai frasa keterangan, karena keterangan menggunakan kata yang termasuk dalam kategori konjungsi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar