Senin, 09 November 2015

Pengertian Paragraf

Pengertian Paragraf

Paragraf adalah suatu bagian dari bab pada sebuah karangan atau karya ilmiah yang mana cara penulisannya harus dimulai dengan baris baru. Paragraf dikenal juga dengan nama lain alinea. Paragraf dibuat dengan membuat kata pertama pada baris pertama masuk ke dalam (geser ke sebelah kanan) beberapa ketukan atau spasi. Selain itu, paragraf adalah sekumpulan kalimat yang tersusun secara logis dan runtun (sistematis), yang memungkinkan suatu gagasan pokok dapat dikomunikasikan kepada pembaca secara efektif. Paragraf merupakan satuan terkecil sebuah karangan.
Menurut Alek, dkk (2010), paragraf memiliki beberapa pengertian yaitu
sebagai berikut.
(1) paragraf ialah karangan mini, (2) paragraf adalah satuan bahasa tulis yang terdiri dari beberapa kalimat yang tersusun secara runtut, logis, dalam satu kesatuan ide yang tersusun lengkap, utuh, dan padu, (3) paragraf merupakan bagian dari suatu karangan yang terdiri dari sejumlah kalimat yang mengungkapkan suatu informasi dengan pikiran utama sebagai pengendalinya dan pikiran penjelas sebagai pendukungnya, dan (4) paragraf yang terdiri atas satu kalimat berarti tidak menunjukkan ketuntasan atau kesempurnaan.

Widjono (2007) menjelaskan bahwa paragraf adalah satuan bahasa tulis yang terdiri beberapa kalimat yang tersusun secara runtut, logis, dalam satu kesatuan ide yang tersusun secara lengkap, utuh, dan padu. Selain itu paragraf adalah bagian dari suatu karangan yang terdiri dari sejumlah kalimat yang mengungkapkan satuan informasi dengan pikiran utama sebagai pengendalinya dan pikiran penjelas sebagai pendukungnya.

Enre (1998: 44) juga menjelaskan bahwa paragraf pada dasarnya adalah wujud pembagian secara lahiriah dalam kerangka organisasisuatu tulisan yang mempunyai ciri-ciri kesatuan, ketergantungan, dan penekanan. Ia dapat pula dipandang sebagai satu kalimat yang diperluas.

Paragraf adalah suatu bentuk pengungkapan gagasan yang terjalin dalam rangkaian beberapa kalimat. Setiap paragraf hanya berisi satu pikiran, gagasan atau tema yang direalisasikan berupa satu kalimat dan beberapa kalimat penjelas. Ramlan (1993: 1) menjelaskan bahwa paragraf merupakan bagian dari suatu karangan dan dalam bahasa lisan merupakan bagian dari suatu tuturan.

Maka paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan. Dalam sebuah paragraf terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat dalam paragraf tersebut; mulai dari kalimat pengenal, kalimat topik, kalimat-kalimat penjelas, sampai pada kalimat penutup. Himpunan kalimat ini saling berkaitan dalam satu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan. Paragraf dapat juga dikatakan sebagai sebuah karangan yang paling pendek (singkat).

Syarat Paragraf yang Baik

Suatu paragraf dapat dikatakan paragraf yang baik apabila paragraf tersebut memiliki tiga syarat. Syarat yang pertama adalah kesatuan yaitu semua kalimat yang membina paragraf secara bersama-sama menyatakan suatu hal atau suatu tema tertentu. Syarat yang kedua adalah koherensi yaitu kekompakan hubungan antara sebuah kalimat dengan kalimat yang lain yang membentuk suatu paragraf. Syarat yang ketiga yaitu perkembangan paragraf yaitu penyusunan atau perincian-perincian gagasan yang membina sebuah paragraf.

Paragraf yang tidak jelas susunannya akan menyulitkan pembaca untuk menangkap pikiran penulis. Oleh karena itu, sebuah karangan hanya akan baik jika paragrafnya ditulis dengan baik dan dirangkai dalam runtutan yang jelas. Darmadi (1996: 78), menyebutkan bahwa paragraf yang baik memiliki syarat kesatuan (unity), kelengkapan (completness), koherensi (coherence), dan urutan pikiran (order). Menurut Sakri (1992) sebagai suatu bentuk pengungkapan gagasan, sebuah paragraf yang baik hendaknya dapat memenuhi tiga sifat, yaitu, sebagai berikut.

(1) memiliki kesatuan, artinya seluruh uraiannya terpusat pada satu gagasan saja, (2) memiliki kesetalian, artinya kalimat di dalamya berhubungan satu sama lain, dan (3) memiliki isi yang memadai, yaitu memiliki sejumlah rincian sebagai pendukung gagasan utamanya.

Wedhawati, dkk ( 2006: 604) menjelaskan bahwa paragraf yang baik harus memiliki kesatuan (kohesi) dan kepaduan (koherensi). Menurut Widjono (2007: 180) menyebutkan bahwa paragraf yang baik harus memenuhi syarat kesatuan, kepaduan, ketuntasan, keruntutan, dan konsistensi penggunaan sudut pandang.

Alek (2010) juga menyatakan kohesi dan koherensi yang menjadi syarat adanya penulisan paragraf yang baik.

a. Kesatuan (kohesi)
Kesatuan atau kohesi ini berkaitan dengan penggunaan kata-katanya. Pada satu paragraf bisa saja mengemukakan satu gagasan utama, namun belum tentu paragraf tersebut dikatakan kohesi jika kata-kata yang digunakan tidak padu. Kriteria kesatuan atau kohesi ini menyangkut keeratan hubungan makna antar gagasan dalam sebuah paragraf. Sebagai satu kesatuan gagasan sebuah paragraf hendaknya hanya mengandung satu gagasan utama, yang diikuti oleh beberapa gagasan pengembang atau penjelas. Oleh karena itu, rangkaian kalimat yang terjalin dalam sebuah paragraf hanya mempersoalkan satu gagasan utama.

Kesatuan paragraf juga harus memperhatikan dengan jelas suatu maksud atau sebuah tema tertentu, untuk menjamin adanya kesatuan paragraf, setiap paragraf hanya berisi satu pikiran. Paragraf dapat berupa beberapa kalimat, tetapi seluruhnya harus merupakan kesatuan. Tidak satu kalimatpun yang sumbang yang tidak mendukung kesatuan paragraf. Apabila dalam satu paragraf terdapat dua gagasan utama atau lebih, tiap-tiap gagasan utama itu seharusnya dituangkan dalam paragraf yang berbeda. Sebaliknya, jika dua buah paragraf hanya mengandung satu gagasan utama, kedua paragraf itu seharusnya digabungkan menjadi satu.

Berdasarkan penandanya, kohesi dibedakan menjadi dua, yaitu (1) kohesi gramatikal dan (2) kohesi leksikal. Kohesi gramatikal adalah hubungan antarsatuan bahasa pembentuk teks dengan penanda satuan gramatikal tertentu.

Kohesi leksikal adalah hubungan antarsatuan bahasa secara semantik leksikal di dalam teks yang sama. Berikut ini contoh paragraf yang memiliki penanda kohesi gramatikal berupa konjungsi dan penanda kohesi leksikal berupa repetisi.

Ing sawijining dina,wonten kerajaan kang makmur. Rajanipun adil lan wicaksana. Raja iku nduweni putri kang ayu sanget, asmane Putri Kirana ananging, putri menika kesepian amarga boten wonten kanca. Saben dina putri menika dolane ana ing alas kang cedhak karo kerajaane.(data no. 20).

“Pada suatu hari, ada kerajaan yang makmur. Rajanya adil dan bijaksana. Raja tersebut memiliki putri yang cantik sekali, namanya Putri Kirana tetapi, putri itu kesepian karena tidak memiliki teman. Setiap hari putri itu bermain di hutan yang dekat dengan kerajaannya.”

Kata amarga pada paragraf di atas, merupakan konjungsi yang memiliki arti sebab-akibat. Pada kalimat putri menika kesepian merupakan akibat, sedangkan kalimat boten wonten kanca merupakan sebabnya. Kata putri menika merupakan repetisi (pengulangan bunyi) yang terjadi pada paragraf di atas.

b. Kepaduan (koherensi)
Kriteria kepaduan menyangkut keeratan hubungan antarkalimat dalam paragraf dari segi makna dan proposisi. Sebagai suatu bentuk pengungkapan gagasan, sebuah paragraf harus memperlihatkan kepaduan hubungan antarkalimat yang terjalin di dalamnya. Oleh karena itu, kepaduan paragraf dapat diketahui susunan kalimat yang sistematis, logis, dan mudah dipahami. Kepaduan semacam itu dapat dicapai jika kalimat-kalimat dalam paragraf yang berupa penggantian, pengulangan, penghubung antarkalimat atau gabungan dari ketiganya.

Maka suatu paragraf dikatakan koheren, apabila ada kekompakan antara gagasan yang dikemukakan kalimat yang satu dengan yang lainnya. Kalimatkalimatnya memiliki hubungan timbal balik serta secara bersama-sama membahas satu gagasan utama. Tidak dijumpai satupun kalimat yang menyimpang dari gagasan utama ataupun loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan.

Koherensi merupakan kekompakkan hubungan antara sebuah kalimat dan kalimat lain yang membentuk paragraf. Kepaduan (koherensi) membuat karangan terpadu, konsisten, dan terpahami. Kepaduan itu tercapai jika ada jalinan dan ada peralihan yang jelas di antara kalimat dan perenggangan. Ada empat macam cara untuk membangun kepaduan pada suatu paragraf, yaitu dengan (1) pengulangan kata kunci, (2) kata ganti, (3) kata transisi, dan (4) bentuk paralel.

Berikut ini contoh paragraf yang memiliki kepaduan.

Nalika jaman mbiyen aku sekolah TK ana ing TK Aisyah II Kebumen. Ing kana aku duwe kanca-kanca akeh banget. Ana sing apikan nanging ana sing nakal. Aku sering nangis yen ana kanca sing seneng nakal lan jail. Nanging ana kancaku sing apikan lan kanthi saiki. Kancaku kuwi sing paling cedhak karo aku. Kawit sekolah TK, SD, SMP mesthi bareng terus. Dadi, wis kaya sedulur dhewe amarga wis cedhak.

„Saat jaman dahulu saya sekolah TK di TK Aisyah II Kebumen. Disana saya mempunyai teman-teman banyak sekali. Ada yang baik tetapi ada yang nakal. Saya sering menangis jika ada teman yang suka nakal dan jahil. Tetapi, ada temanku yang baik dan sampai sekarang. Temanku itu yang paling dekat dengan saya. Mulai dari sekolah TK, SD, SMP pasti selalu bersama. Jadi, sudah seperti saudara sendiri karena sudah dekat.‟ (data no 1 dan 2)

Pada paragraf di atas, memiliki kepaduan yang berupa kata ganti yaitu pada kalimat ana kancaku sing apikan lan kanthi saiki dan kancaku kuwi. Selain itu, pada paragraf di atas memiliki satu ide pokok atau gagasan yaitu, membahas tentang teman yang dekat dari sekolah TK, SD, SMP.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar