Kamis, 05 November 2015

Model Pembelajaran Think Pair Share

Model Pembelajaran Think Pair Share

Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru. Pembelajaran kooperatif memiliki tiga tujuan pembelajaran yaitu, hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keberagaman, dan pengembangan sosial. Pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk mengasah pengetahuan peserta didik. Dalam pembelajaran kooperatif peserta didik bisa saling membantu sesama peserta didik dalam proses pembelajaran, sehingga membuat peserta didik lebih menghargai pendapat di antara teman diskusi.

Model pembelajaran think pair share merupakan salah satu jenis dari pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif tipe think pair share pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya di Universitas Maryland sesuai yang dikutip Arends (1997), menyatakan bahwa think pair share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think pair share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon, dan saling membantu. Model pembelajaran think pair share diharapkan bisa mengubah sifat positif, misalnya meningkatkan keaktifan dalam pembelajaran karena peserta didik tidak bekerja sendiri melainkan bekerja sama dengan pasangannya. Think pair share menggunakan metode diskusi berpasangan. Dengan pembelajaran ini peserta didik dilatih bagaimana mengutarakan pendapat kepada teman diskusinya. Selain itu peserta didik juga dilatih untuk bisa menerima pendapat orang lain serta menghargai perbedaan yang ada antara teman diskusi mereka.

Menurut Triyanto (2007:61-62) berikut ini adalah langkah-langkah yang digunakan guru dalam pembelajaran think pair share:
1) Langkah 1: Berpikir (Thinking)
Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah. Peserta didik membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau mengerjakan bukan bagian berpikir
2) Langkah 2: Berpasangan (Pairing)
Selanjutnya guru meminta peserta didik untuk berpasangan mendiskusikan apa yang sudah mereka perole. Interaksi selama waktu yang yang disediakan dapat menyatukan gagasan apabila satu masalah khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atạu menit untuk berpasangan.
3) Langkah 3: Berbagi (Sharing)
Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan.
Selanjutnya Suprijono (2012:9) berpendapat bahwa langkah-langkah pembelajaran dengan model think pair share meliputi kegiatan thinking, pairing, dan sharing. Penjabarannya adalah sebagai berikut:
1) Thinking
Pembelajaran ini diawali dengan guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait pembelajaran yang akan dipelajari untuk dipikirkan oleh peserta didik. Pada tahap ini guru memberi kesempatan peserta didik untuk memikirkan jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh guru.
2) Pairing
Pada tahap ini guru meminta peserta didik untuk berpasang-pasangan, dan memberikan waktu kepada mereka untuk berdiskusi. Diharapkan dengan berdiskusi peserta didik dapat memperdalam makna dari jawaban yang telah mereka pikirkan.
3) Sharing
Tahap ini merupakan kegiatan membicarakan hasil diskusi dari setiap pasangan kelompok belajar dengan pasangan seluruh kelas. Dalam hal ini diharapkan terjadi tanya jawab yang mendorong peserta didik untuk membangun pengetahuannya sendiri.
Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pembelajaran model think pair share adalah sebagai berikut:
1) Guru mengajukan pertanyaan kepada peserta didik terkait pembelajaran yang akan dilaksanakan.
2) Peserta didik diminta untuk berpikir tentang materi yang disampaikan guru.
3) Peserta didik diminta berpasangan dengan teman sebelah dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing.
4) Guru memimpin diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusi mereka.
5) Guru mengarahkan pembicaraan ke pokok permasalahan dan menambahkan materi yang belum disampaikan peserta didik dalam diskusi.
6) Simpulan.

Daftar Pustaka

Trianto. 2007. Model-Model pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstuktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar