Rabu, 11 November 2015

Morfologi

Morfologi

Morfologi disebut juga ilmu bahasa yang mempelajari seluk beluk kata. Verhaar (1984:52) berpendapat bahwa morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari susunan bagian kata secara gramatikal. Begitu pula Kridalaksana (1984:129) yang mengemukakan bahwa morfologi, yaitu (1) bidang linguistik yang mempelajari morfem dan kombinasi-kombinasinya; (2) bagian dari struktur bahasa yang mencakup kata dan bagian-bagian kata, yaitu morfem.

Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara morfem yang satu dengan morfem yang lain untuk membentuk sebuah kata.

Morfem adalah bentuk bahasa yang terkecil yang tidak dapat lagi dibagi menjadi bagianbagian yang lebih kecil, misalnya, kata putus jika dibagi menjadi pu dan tus, bagian-bagian itu tidak dapat lagi disebut morfem karena tidak mempunyai makna, baik makna leksikal ataupun makna gramatikal. Demikian juga me- dan -kan tidak dapat kita bagi menjadi bagian yang lebih kecil (Badudu,1985:66). Jadi, morfem adalah satuan bahasa yang paling kecil yang tidak dapat dibagi lagi dan mempunyai makna gramatikal dan makna leksikal.

Proses Morfologis

Proses morfologis menurut Samsuri (1985:190) adalah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain. Kata disebutnya sebagai bentuk minimal yang bebas, artinya bentuk itu dapat diucapkan tersendiri, bisa dikatakan, dan bisa didahului dan diikuti oleh jeda yang potensial. Di samping itu, bentuk itu akan mendapat pola intonasi dasar/[2]31/. Bentuk-bentuk seperti /apa/, /mana/ akan mendapat kontur intonasi /31/; /keras/, /beras/ akan mendapat kontur intonasi /231/, /pas/, /ban/ akam mendapat kontur intonasi 31/; /menara/ berkontur intonasi /[2]231/. Jadi, proses morfologis adalah prosespenggabungan morfem menjadi kata.

Proses morfologis meliputi (1) afiksasi, (2) reduplikasi, (3) perubahan intern, (4) suplisi, dan (3) modifikasi kosong (Samsuri, 190—193). Namun, di dalam bahasa Indonesia yang bersifat aglutinasi ini tidak ditemukan data proses morfologis yang berupa perubahan intern, suplisi, dan modifikasi kosong. Jadi, proses morfologis dalam bahasa Indonesia hanya melalui afiksasi dan reduplikasi.

Afiksasi

Afiksasi menurut Samsuri (1985: 190), adalah penggabungan akar kata atau pokok dengan afiks. Afiks ada tiga macam, yaitu awalan, sisipan, dan akhiran. Karena letaknya yang selalu di depan bentuk dasar, sebuah afiks disebut awalan atau prefiks. Afiks disebut sisipan (infiks) karena letaknya di dalam kata, sedangkan akhiran (sufiks) terletak di akhir kata. Dalam bahasa Indonesia, dengan bantuan afiks kita akan mengetahui kategori kata, diatesis aktif atau pasif, tetapi tidak diketahui bentuk tunggal atau jamak dan waktu kini serta lampau seperti yang terdapat dalam bahasa Inggris.

Prefiks (Awalan)

a. Prefiks be(R)-
Prefiks be(R)- memiliki beberapa variasi. Be(R)- bisa berubah menjadi be- dan bel-. Be(R)- berubah menjadi be- jika (a) kata yang dilekatinya diawali dengan huruf r dan (b) suku kata pertama diakhiri dengan er yang di depannya konsonan.
be(R)- + renang → berenang .
be(R)+ ternak — beternak
be(R)+kerja -- bekerja
b. Prefiks me (N)-
Prefiks me(N)- mempunyai beberapa variasi, yaitu me(N)- yaitu mem-, men-, meny-, meng-, menge-, dan me-. Prefiks me(N)- berubah menjadi mem- jika bergabung dengan kata yang diawali huruf /b/, /f/, /p/, dan /v/, misalnya,
me(N)- + baca →membaca
me(N)- + pukul → memukul.

Prefiks me(N)- berubah menjadi men- jika bergabung dengan kata yang diawali oleh huruf /d/, /t/, /j/, dan /c/, misalnya, me(N)- + data → mendata, me(N)- + tulis → menulis, me(N)- + jadi → menjadi, dan me(N)- + cuci →mencuci.

Prefiks me(N)- berubah menjadi meny- jika bergabung dengan kata yang diawali oleh huruf /s/, misalnya, me(N)- + sapu → menyapu. Prefiks me(N)- berubah menjadi meng- jika bergabung dengan kata yang diawali dengan huruf /k/ dan /g/, misalnya, me(N)- + kupas →mengupas dan me(N)- + goreng menggoreng. Prefiks me(N)- berubah menjadi menge- jika bergabung dengan kata yang terdiri dari satu suku kata, misalnya, me(N)- + lap → mengelap, me(N)- + bom→ mengebom, dan me(N)- + bor → mengebor.

c. Prefiks pe (R)-
Prefiks pe(R)- merupakan nominalisasi dari prefiks be(R). Perhatikan contoh berikut!
Berawat→ perawat
Bekerja → pekerja.
Prefiks pe(R)- mempunyai variasi pe- dan pel-. Prefiks pe(R)- berubah menjadi pejika bergabung dengan kata yang diawali huruf r dan kata yang suku katanya berakhiran er, misalnya, pe(R)- + rawat →perawat dan pe(R)- + kerja→ pekerja.
Prefiks pe(R)- berubah menjadi pel- jika bergabung dengan kata ajar, misalnya, pe(R)- + ajar → pelajar.
d. Prefiks pe(N)-
Prefiks pe(N)- mempunyai beberapa variasi. Prefiks pe-(N)- sejajar dengan prefiks me(N)-.
Variasi pe(N)- memiliki variasi pem-, pen-, peny-, peng-, pe-, dan penge-.

Prefiks pe(N)- berubah menjadi pem- jika bergabung dengan kata yang diawali oleh huruf /t/, /d/, /c/, dan /j/, misalnya, penuduh, pendorong, pencuci, dan penjudi. Prefiks pe(N)- berubah menjadi pem- jika bergabung dengan kata yang diawali oleh huruf /b/ dan /p/, misalnya, pebaca dan pemukul. Prefiks pe(N)- berubah menjadi peny- jika bergabung dengan kata yang diawali oleh huruf /s/, misalnya, penyaji. Prefiks pe(N)- berubah menjadi peng- jika bergabung dengan kata yang diawali oleh huruf /g/ dan /k/, misalnya, penggaris dan pengupas. Prefiks pe(N)- berubah menjadi penge- jika bergabung dengan kata yang terdiri atas satu suku kata, misalnya, pengebom, pengepel, dan pengecor. Prefiks pe(N)- berubah menjadi pe- jika bergabung dengan kata yang diawali oleh huruf /m/, /l/, dan /r/, misalnya, pemarah, pelupa, dan perasa.

e. Prefiks te(R)-
Prefiks te(R)- mempunyai beberapa variasi, yaitu ter- dan tel-, misalnya, terbaca, ternilai, tertinggi, dan telanjur.

Infiks (Sisipan)
Infiks termasuk afiks yang penggunaannya kurang produktif. Infiks dalam bahasa Indonesia terdiri dari tiga macam: -el-, -em-, dan –er-.
a. infiks -el-, misalnya, geletar;
a. infiks -er-, misalnya, gerigi, seruling; dan
c. infiks -em-, misalnya, gemuruh, gemetar

Sufiks (Akhiran)
Sufiks dalam bahasa Indonesia mendapatkan serapan asing seperti wan, wati, man. Adapun akhiran yang asli terdiri dari –an, -kan, dan –i.
a. sufiks -an, misalnya, dalam ayunan, pegangan, makanan;
b. sufiks -i, misalnya, dalam memagari memukuli, meninjui;
c. sufiks -kan, misalnya, dalam memerikan, melemparkan; dan
d. sufiks -nya, misalnya, dalam susahnya, berdirinya.

Konfiks
Konfiks adalah “gabungan afiks yang berupa prefiks (awalan) dan sufiks (akhiran) yang merupakan satu afiks yang tidak terpisah-pisah. Artinya, afiks gabungan itu muncul secara serempak pada morfem dasar dan bersama-sama membentuk satu makna gramatikal pada kata bentukan itu” (Keraf, 1984: 115).
Berikut ini konfiks yang terdapat dalam bahasa Indonesia.
a. konfiks pe(R)-an misalnya, dalam perbaikan, perkembangan,
b. konfiks pe(N)-an misalnya, dalam penjagaan, pencurian,
c. konfiks ke-an misalnya, kedutaan, kesatuan,
b. konfiks be(R)-an misalnya, berciuman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar