Kamis, 05 November 2015

Pengertian Model Project Based Learning

Pengertian Model Project Based Learning

Project Based Learning (PjBL) merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek. Proyek ini memuat tugas berdasarkan pada pertanyaan dan permasalahan yang sangat menuntut  siswa  bekerja  melalui  serangkaian  tahap metode yang kompleks menantang, dan ilmiah (Thomas dalam Wena 2010).

Prinsip-prinsip PjBL

Thomas dalam Wena 2010 mengemukakan bahwa PjBL sebagai salah satu model pembelajaran mempunyai prinsip-prinsip tertentu, yaitu.
a. Prinsip sentralis (centrality) menegaskan bahwa PjBL harus merupakan esensi dari kurikulum, dilakukan sebagai kegiatan utama dalam pembelajaran, bukan hanya sebagai kegiatan pendamping atau praktik tambahan untuk memahami konsep yang sedang dipelajari.
b. Prinsip pertanyaan pendorong atau penuntun (driving question) berarti kerja proyek yang dilakukan harus mendorong siswa memperoleh konsep dan prinsip suatu bidang tertentu.
c. Prinsip investigasi konstruktif (constructive investigation) merupakan proses yang mengarah pada pencapaian tujuan yang mengandung kegiatan inkuiri, pembangunan konsep, dan resolusi. PjBL juga harus mencakup proses transformasi dan konstruksi pengetahuan (Bereiter&Scardamalia dalam Wena 2010)
d. Prinsip otonomi (autonomy) memberikan kebebasan pada siswa untuk menentukan sendiri pilihan dan bertanggungjawab atas proyek yang dilakukannya. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator  dalam pelaksanaan proyek siswa. Oleh karena itulah, lembar kerja siswa dan petunjuk praktikum bukan merupakan instrumen PjBL.
e. Prisip realistis (realism) mengandung arti bahwa proyek yang dilakukan oleh siswa merupakan sesuatu yang nyata terjadi di masyarakat bukan merupakan sebuah simulasi yang dibuat-buat. Dengan cara ini diharapkan siswa dapat belajar pada dunia kerja sesungguhnya.

Keunggulan PjBL

PjBL mempunyai keunggulan dan memberikan keuntungan dalam kegiatan belajar mengajar. Beberapa keuntungan PjBL menurut Moursund dalam Wena 2010 antara lain.
a. Increased motivation. PjBL terbukti menigkatkan motivasi belajar siswa melalui keterlibatan mereka dalam proyek yang mereka pilih sendiri.
b. Increased problem-solving ability. PjBL dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah yang bersifat kompleks dan membuat siswa lebih aktif.
c. Improved library research skills. PjBL mempersyaratkan siswa untuk dapat secara cepat memperoleh informasi, sehingga meningkatkan kemampuan siswa dalam mencari dan mendapatkan informasi.
d. Increased collaboration. PjBL memerlukan kerja kelompok dalam pelaksanaan proyeknya. Kerja kelompok sangat  membutuhkan komunikasi, pertukaran informasi, evaluasi dan kerja sama yang baik, sehingga PjBL akan meningkatkan kemampuan kerja kelompok siswa.
e. Increased resource-management skills. Hal ini berkaitan dengan prinsip otonomi dari PjBL. Siswa harus merancang dan menyusun proyek yang mereka pilih sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditentukan. Oleh karena itulah, kemampuan manajemen siswa akan semakin terasah melalui PjBL.

Langkah-langkah PjBL

PjBL mempunyai langkah-langkah tertentu dalam pelaksanaannya. Di samping langkah dalam pembelajarannya, PjBL juga mempunyai strategi dalam menyusun proyek yang akan dilakukan. Stienberg dalam Wena 2010 mengajukan enam strategi dalam mendesain suatu proyek, yaitu: a.Authenticity (keauntentikan), b. Academic rigor (ketaatan terhadap nilai akademik), c.Applied learning (belajar pada dunia nyata), d. Active exploration (aktif meneliti), e. Adult relationship (hubungan dengan ahli), dan f. Assessment (penilaian). Keenam langkah evaluatif tersebut dapat dijadikan pedoman untuk merancang proyek dalam PjBL.

The George Lucas Educational Foundation (2005) mengemukakan langkah-langkah PjBL sebagai berikut.
a. Start with the essential question
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan yang esensial yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan kepada siswa untuk melakukan suatu kegiatan. Topik yang diambil harus relevan, sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan investigasi mendalam.
b. Design a plan for the project
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dan siswa agar siswa merasa “memiiki” proyek yang direncanakan. Perencanaan ini  berisi  aturan main, pemilihan aktivitas yang mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, mengintegrasikan berbagai subyek yang mungkin dan mengetahui alat serta bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.
c. Create a schedule
Aktivitas pada tahap ini antara lain (1) membuat timeline penyelesaian proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyek, (3) membawa siswa agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing siswa ketika mereka membuat langkah yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta siswa untuk membuat penjelasan atau alasan tentang pemilihan suatu cara.
d. Monitor the students and the progress of the project
Pengawasan dilakukan oleh guru selama siswa menyelesaikan proyek. Pengawasan dapat dilakukan dengan cara memfasilitasi siswa pada setiap proses dan berperan sebagai mentor bagi setiap aktivitas siswa. Rubrik  yang merekam seluruh aktivitas siswa yang penting dapat disusun untuk mempermudah proses monitoring.
e. Assess the outcome
Penilaian dilakukan untuk mengukur ketercapaian standar, mengevaluasi kemajuan masing-masing siswa, memberi umpan balik tingkat pemahaman siswa yang telah dicapai, dan membantu guru untuk menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
f. Evaluate the experience
Pada akhir proses pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang telah dijalankan. Refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini siswa diminta mengungkapkan perasaan dan pengalaman selama kegiatan proyek. Guru dan siswa mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki  kinerja selama proses pembelajaran sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru untuk menjawab pertanyaan esensial yang diajukan.

Kendala yang dihadapi dalam PjBL

Pada kenyataanya tidak ada satu model pembelajaran yang paling efektif dalam kegiatan belajar mengajar. Suatu model pembelajaran dapat dikatakan efektif dan dapat diterapkan jika dapat membantu pengajar dan pembelajar mencapai tujuannya pada situasi tertentu. PjBL di samping  memiliki kelebihan ternyata masih juga memiliki kendala dalam pelaksanaannya. Marx dalam Thomas (2000) mengemukakan beberapa kendala yang dihadapi oleh guru dalam pelaksanaan PjBL, antara lain.
a. Time. Proyek yang dilakukan oleh siswa sering kali membutuhkan waktu yang lebih lama dibanding alokasi waktu yang disediakan. Hal ini juga disebabkan oleh kesulitan guru yang belum berpengalaman dalam mengaitkan PjBL dengan kurikulum yang telah ditetapkan.
b. Control. Guru harus sering mengontrol arus informasi dan memastikan bahwa siswa membangun pemahaman mereka sendiri.
c. Support of student learning. Guru sulit untuk menentukan sejauh mana mereka harus berperan dalam kegiatan siswa, sering kali membiarkan siswa kemandirian yang berlebihan atau memberikan pemodelan dan umpan balik yang terlalu sedikit porsinya.
d. Technology use. Guru sering kali kesulitan menggunakan teknologi dalam pembelajaran di kelas, khususnya sebagai perantara kognitif.
e. Assessment. Kesulitan juga dialami oleh guru dalam merancang penilaian yang mempersyaratkan siswa untuk mendemonstrasikan pemahaman mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar