Sabtu, 07 November 2015

Pengertian Cerpen

Pengertian Cerpen Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang, seperti novella (dalam pengertian modern) dan novel. Karena singkatnya, cerita-cerita pendek yang sukses mengandalkan teknik-teknik sastra seperti tokoh, plot, tema, bahasa dan insight secara lebih luas dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang. Ceritanya bisa dalam berbagai jenis. Menurut Hendy (1991:184) menyatakan Cerpen adalah kisahan pendek yang mengandung kisahan tunggal. Berdasarkan pendapat pakar Hendy dapat dijelaskan cerpen merupakan sebuah kisah yang ditulis secara pendek dan mengandung kisah tunggal. Atau definisi cerpen yang lainnya yaitu merupakan karangan fiktif yang isinya sebagian kehidupan seseorang atau juga kehidupan yang diceritakan secara ringkas yang berfokus pada suatu tokoh saja. Selain itu, cerpen hanya memberikan kesan tunggal yang demikian dan memusatkan diri pada satu tokoh dan satu situasi saja. Selanjutnya, J.S. Badudu (1975:53) menyatakan Cerpen adalah cerita yang menjurus dan konsentrasi berpusat pada satu peristiwa, yaitu peristiwa yang menumbuhkan peristiwa itu sendiri. Cerita pendek cenderung kurang kompleks dibandingkan dengan novel. Cerita pendek biasanya memusatkan perhatian pada satu kejadian, mempunyai satu plot, setting yang tunggal, jumlah tokoh yang terbatas, mencakup jangka waktu yang singkat. Berdasarkan pendapat pakar J.S. Badudu dapat dijelaskan cerpen adalah cerita yang mengarah dan terpusat pada suatu pristiwa, yaitu pristiwa yang memunculkan pristiwa itu sendiri. Cerita pendek berasal dari anekdot, sebuah situasi yang digambarkan singkat yang dengan cepat tiba pada tujuannya, dengan paralel pada tradisi penceritaan lisan. Dengan munculnya novel yang realistis, cerita pendek berkembang sebagai sebuah miniatur. Dalam bentuk-bentuk fiksi yang lebih panjang, ceritanya cenderung memuat unsur-unsur inti tertentu dari struktur dramatis: eksposisi (pengantar setting, situasi dan tokoh utamanya); komplikasi (peristiwa di dalam cerita yang memperkenalkan konflik); aksi yang meningkat, krisis (saat yang menentukan bagi si tokoh utama dan komitmen mereka terhadap suatu langkah); klimaks (titik minat tertinggi dalam pengertian konflik dan titik cerita yang mengandung aksi terbanyak atau terpenting); penyelesaian (bagian cerita di mana konflik dipecahkan); dan moralnya. Karena pendek, cerita-cerita pendek dapat memuat pola ini atau mungkin pula tidak. Sebagai contoh, cerita-cerita pendek modern hanya sesekali mengandung eksposisi. Yang lebih umum adalah awal yang mendadak, dengan cerita yang dimulai di tengah aksi. Seperti dalam cerita-cerita yang lebih panjang, plot dari cerita pendek juga mengandung klimaks, atau titik balik. Namun demikian, akhir dari banyak cerita pendek biasanya mendadak dan terbuka dan dapat mengandung (atau dapat pula tidak) pesan moral atau pelajaran praktis. Seperti banyak bentuk seni manapun, ciri khas dari sebuah cerita pendek berbeda-beda menurut pengarangnya. Dari beberapa para pakar dapat disimpulkan bahwa cerpen adalah cerita pendek, jenis karya sastra yang memaparkan kisah ataupun cerita tentang manusia beserta seluk beluknya lewat tulisan pendek. Memiliki satu pristiwa yang didalamnya terdapat unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur Intrinsik Cerpen Dalam cerpem memiliki beberapa unsur instrinsik dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Tema Gagasan pokok yang mendasari dari sebuah cerita. Tema-tema pada umumnya yang terdapat dalam sebuah cerita biasanya dapat langsung terlihat jelas di dalam cerita (tersurat) dan tidak langsung, dimana si pembaca harus bisa menyimpulkan sendiri (tersirat). 2) Alur (Plot) Jalan dari cerita sebuah karya sastra. Secara garis besarnya urutan tahapan alur dalam sebuah cerita antara antara lain: perkenalan > mucul konflik atau permasalahan > peningkatan konflik - puncak konflik atau klimaks > penurunan konflik > penyelesaian. 3) Setting atau latar Kalau setting sangat berkaitan dengan tempat, waktu, dan suasana dalam sebuah cerita tersebut. 4) Tokoh Atau Pelaku Yaitu pelaku pada sebuah cerita. Setiap tokoh biasanya mempunyai watak , sikap, sifat dan juga kondisi fisik yang disebut dengan perwatakan atau karakter. Dalam cerita terdapat tokoh protagonis (tokoh utama dalam sebuah cerita), antagonis (lawan dari tokoh utama atau protagonis) dan tokoh figuran (tokoh pendukung untuk cerita). 5) Penokohan (perwatakan) Pemberian sifat pada tokoh atau pelaku cerita. Sifat yang telah diberikan akan tercermin pada pikiran, ucapan, serta pandangan tokoh terhadap sesuatu. Metode penokohan ada 2 (dua) macam diantaranya: Metode analitik adalah metode penokohan yang memaparkan ataupun menyebutkan sifat tokoh secara langsung, misalnya seperti: penakut, sombong, pemalu, pemarah, keras kepala, dll. Metode dramatik adalah suatu metode penokohan secara tidak langsung memaparkan atau menggambarkan sifat tokoh melalui: Penggambaran fisik (Misalnya berpakaian, postur tubuh, bentuk rambut, warna kulit, dll), penggambaran melalui percakapan yang dilakukan oleh tokoh lain, Teknik reaksi tokoh lain (berupa pandangan, pendapat, sikap, dsb). 6) Sudut Pandang (Point of View) Adalah visi pengarang dalam memandang suatu peristiwa di dalam cerita. Ada beberapa macam sudut pandang, diantaranya yaitu sudut pandang orang pertama (gaya bahasa dengan sudut pandang “aku”), sudut pandang peninjau (orang ke-2), dan sudut pandang campuran (orang ke-3). Sudut pandang sama juga dengan kata ganti orang. Secara umum, sudut pandang atau kata ganti orang dibagi menjadi 3 macam, yaitu : 1. Kata ganti orang pertama (orang yang berbicara): 1) Tunggal, yaitu ditandai oleh kata “aku , saya” dll. 2) Jamak, yaitu ditandai oleh “kata kami dan kita”. 2. Kata ganti orang kedua (orang yang dibicarakan) 1) Tunggal, yaitu ditandai oleh kata “kamu, engkau, saudara, ada, bapak,” dll. 2) Jamak, yaitu ditandai oleh kata “kalian”. 3. Kata ganti orang ketiga (orang yang dibicarakan) 1) Tunggal, yaitu ditandai oleh kata “Ia, dia, beliau,” dll. 2) Jamak, yaitu ditandai oleh kata “mereka”. 7) Amanat atau pesan Yaitu amanat yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karyanya kepada pembaca atau pendengar. Pesan bisa berupa harapan, nasehat, dan sebagainya. Unsur Ekstrinsik Cerpen Unsur ekstrinsik cerpen adalah unsur yang membentuk yang terdapat di luar cerpen itu sendiri(unsur yang berada di luar karya sastra). Unsur-unsur ekstrinsik dari cerpen tidak bisa terlepas dari keadaan masyarakat saat dimana cerpen itu dibuat oleh si penulis. Unsur ini sangat memiliki banyak pengaruh pada penyajian amanat maupun latar belakang dari cerpen itu sendiri. Dibawah ini ada beberapa unsur ekstrinsik dari cerpen diantaranya: a. Latar belakang masyarakat Yaitu pengaruh dari kondisi latar belakang masyarakat sangat lah berpengaruh besar terhadap terbentuknya sebuah cerita khususnya cerpen. Pemahaman itu bisa berupa pengkajian Ideologi negara, kondisi politik negara, kondisi sosial masyarakat, sampai dengan kondisi ekonomi masyarakat b. Latar belakang pengarang Ini bisa meliputi pemahaman kita terhadap sejarah hidup dan sejarah hasil karangan yang sebelumnya. Latar belakang pengarang biasanya terdiri dari: 1. Biografi, Ini berisikan mengenai riwayat hidup pengarang cerita, yang ditulis secara keseluruhan. 2. Kondisi psikologis, ini berisi mengenai pemahaman kondisi mood atau keadaan yang mengharuskan seorang pengarang menulis cerita atau cerpen. 3. Aliran Sastra, seorang penulis pastinya akan mengikuti aliran sastra tertentu. Ini sangatlah berpengaruh pada gaya penulisan yang dipakai oleh penulis dalam menciptakan sebuah karya sastra.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar