Kamis, 12 November 2015

Pendekatan Proses dalam Menulis Puisi

Pendekatan Proses dalam Menulis Puisi

Pendekatan proses merupakan suatu kegiatan menulis yang dilakukan dari persiapan sampai publikasi. Penerapan pendekatan proses untuk menulis puisi dilaksanakan melalui tahapan yang lebih spesifik dalam tahap prapenulisan, draf, revisi, editing, dan publikasi. Menurut Tomkins & Hoskisson (2010: 52) fokus dalam proses menulis terletak pada apa yang dipikirkan dan dilakukan oleh siswa ketika mereka menulis. Pada kesempatan ini pendekatan proses akan digunakan dalam pembelajaran menulis kreatif puisi dengan urutan sebagai berikut.

1. Prapenulisan
Prapenulisan atau pramenulis adalah tahap persiapan. Tahap ini sangat penting dan menentukan tahap-tahap selanjutnya. Tahap ini biasanya sangat menyita waktu. Sebagaian besar waktu penulis dihabiskan pada waktu ini. Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah (1) memilih topik, (2) mempertimbangkan tujuan, bentuk, dan pembaca dan (3) mengidentifikasi dan menyusun ide-ide. Graves (via Tompkins, 2010: 53) menyatakan bahwa penulis mempersiapkan diri sendiri untuk menulis sebagai kegiatan pelatihan. Ada beberapa macam bentuk kegiatan pelatihan itu, misalnya: mendengarkan, menggelompokkan, berbicara, membaca, bermain peran dan menulis cepat.

Dalam tahap prapenulisan ini kegiatan yang dipilih adalah dengan menggelompokkan. Menurut Gabriele Rico (via De Porter, 2004: 180). Teknik clustering atau menggelompokkan merupakan suatu cara memilah pemikiranpemikiran yang saling berkaitan dan menuangkannya di atas kertas secepatnya, tanpa mempertimbangkan kebenaran atau nilainya. Dari pengertian tersebut teknik clustering merupakan suatu teknik yang dapat menggali dan menggembangkan ide maupun gagasan dengan lebih cepat karena siswa yang menggunakan teknik ini akan mengembangkan gagasan dengan lebih terarah.

Teknik Clustering memiliki beberapa keuntungan jika diterapkan diantaranya: mampu melihat dan membuat hubungan-hubungan antara gagasan, membantu mengembangkan gagasan-gagasan yang telah dikemukakan, dapat menelusuri jalur yang dilalui otak untuk tiba pada suatu konsep tertentu. Teknik ini sangat ampuh karena ia membuat anda bekerja secara alamiah dengan gagasan-gagasan tanpa menyunting sama sekali (De Porter, 2004: 182). Dalam pelaksanaan teknik ini siswa diminta untuk menuliskan gagasan-gagasan yang dimilikinya secara cepat tanpa memperdulikan proses editing. Adapun langkahlangkan dalam penulisan puisi berdasarkan teknik clustering adalah:
1. Siswa dibagikan sebuah gambar foto lingkuangan. Dari gambar tersebut siswa diminta untuk mengamati hal-hal apa saja yang ada dalam foto tersebut kemudian menyimpulkannya sehingga diperoleh sebuah tema yang sesuai dengan keadaan dalam gambar.
2. Siswa dibagikan selembar kertas, berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, siswa menuliskan kata kunci dalam bentuk kata atau frasa yang bisa menggambarkan keadaan yang ada di tengah kertas, lalu dilingkari.
3. Siswa diminta menuangkan semua asosiasi yang bisa diperoleh dari kata kunci sebanyak-banyaknya. Asosiasi ini bisa diperoleh dengan mengamati kembali gambar yang ada. Setelah itu tuliskan kata-kata relevan lain yang bisa berhubungan dengan kata relevan yang ada di tengah kertas.
4. Siswa melingkari tiap-tiap kata atau frasa dan menghubungkan dengan kata yang ada di tengah kertas.
5. Siswa diminta mencermati kembali hasil dari asosiasi yang diperoleh, kemudian, siswa diminta untuk memilih urutan kata-kata dan memberikan nomor urut kepada kata-kata yang saling berhubungan.
6. Dari setiap kata yang telah dipilih, siswa mengembangkannya menjadi sebuah larik-larik puis.

2. Membuat Draf
Dalam pembuatan draf untuk menulis puisi siswa diminta untuk mengekspresikan ide-ide mereka ke dalam tulisan kasar. Pada tahap membuat draf, waktu lebih difokuskan pada isi bukan aspek-aspek teknis menulis seperti ejaan, penggunaan istilah, atau pemilihan kata. Draf digunakan untuk memudahkan siswa dalam menulis puisi. Kegiatan yang dilakukan dalam penulisan draf adalah mengembangkan hasil dari kegiatan penggalian ide yang telah dilakukan pada tahap prapenulisan. Membuat draf dapat dilakukan dengan cara menggembangkan kata relevan yang telah dihasilkan sebelumnya menjadi bait-bait puisi. Penulisan draf lebih ditekankan pada aspek isi. Jadi siswa diminta untuk mengembangkan tulisanya dengan leluasan tanpa harus takut dengan kesalahan-kesalahan yang dibuatnya.

3. Merevisi
Pada tahap merevisi siswa diminta untuk memperbaiki ide-ide mereka yang telah dituangkan dalam tulisannya. Kegiatan merevisi bukanlah membuat tulisan lebih halus, tetapi kegiatan ini lebih berfokus pada penambahan, pengurangan, penghilangan, dan, penyusunan kembali isi tulisan sesuai dengan kebutuhan atau keiginan pembaca. Dalam hal ini siswa harus membaca ulang draf yang telah dibuat, lalu berbagi pengalaman dengan teman, dan setelah mendapat masukan mengubah dan memperbaiki tulisannya. De Potter (2004: 197) menjelaskan beberapa cara yang dapat dilakukan dalam proses berbagi. Adapun kegiatan yang dapat dilakukan dalam proses ini adalah:
1. Siswa saling menukarkan hasil tulisannya dengan teman sebangkunya.
2. Untuk penulis
a) katakan kepada pembaca apa yang ingin dicapai dari tulisan yang dibuat.
b) Dengarkan saja apa yang dikatakan oleh teman, tak ada yang salah dan benar dalam hal ini, karena itu tanggalkanlah ego, sambutlah semua umpan balik yang diberikan tanpa melibatkan emosi. Jika kurang jelas mengenai umpan balik yang diberikan, tanyakan kembali untuk mendapatkan kejelasan.
3. Untuk pembaca
a) Bacalah isinya saja. Abaikan tata bahasa dan ejaan hingga saatnya nanti.
b) Tunjukan kepada penulis kata-kata, frasa, dan bagian mana yang baik dan tunjukan pula bagaian mana yang menurut anda kurang tepat. Hal ini bisa dilakukan secara langsung maupun dengan cara memberikan tanda berupa lingkaran atau garis bawah kepada kata maupun frasa yang dirasa kurang tepat.
c) Katakanlah kepada penulis terhadap tulisannya apakan tulisan tersebut telah berhasil mencapai tujuan yang direncanakan.
d) Katakan kepada penulis bagaimana tulisan tersebut dapat dijadikan lebih kuat dan lebih jelas.
4. Siswa diminta untuk mengubah tulisan mereka dengan memperhatikan reaksi dan komentar dari teman.
5. Siswa diminta membuat perubahan yang substansif pada draf pertama, dan draf berikutnya sehingga menghasilkan draf terakhir.

4. Menyunting
Fokus dari tahap menulis ini adalah mengadakan perubahan-perubahan aspek mekanik karangan. Siswa memperbaiki karangan mereka dengan memperbaiki ejaan atau kesalahan mekanik yang lain. Tujuannya adalah untuk membuat karangan lebih mudah dibaca orang lain. Pada tahap menyunting ini, siswa diminta untuk membaca kembali hasil tulisannya. Menurut Komaidi (2011:84) Cara mengecek tulisan yang telah dibuat dapat dilakukan dengan cara membuat beberapa pertanyaan untuk mengetahui sejauh mana tulisan sudah dibuat dengan benar dan sempurna, misalnya:
a. Sudah benarkah ejaan dan tata bahasanya?
b. Adakah kesalahan ketik atau istilah?
1. Sudah benarkah konsep (substansi) yang ditulis?
2. Sudah tepatkah logika bahasa?
3. Sudah enakkah tulisan dibaca?
4. Sudah enakkah gaya bahasa yang dipakai?
5. sudah jelaskah pesan yang ingin disampaikan lewat tulisan?
Setelah siswa melakukan kegiatan menyunting dan menentukan kemungkinan kesalahan yang ada, siswa kemudian memperbaikinya secara individu atau dengan bantuan orang lain. Beberapa kesalahan mungkin ada yang mudah dikoreksi, ada yang perlu dilihat pada kamus, atau ada yang perlu mendapat bantuan dari guru secara langsung.

5. Mempublikasikan
Tahapan yang terakhir dalam proses penulisan adalah publikasi. Publikasi disini di sini dapat dimaknai sebagai proses mengkomunikasikan tulisan kepada pembaca atau orang lain. Bentuk publikasi ini sangat beragam. Media yang digunakan dapat berupa bentuk buku, surat kabar, internet atau lainnya. Semuanya itu tergantung pada penulis dan kesesuaian tulisan dengan media yang dituju. Ross dan Roe (via Zuchdi, 1996: 9) menyarankan bentuk publikasi tulisan murid itu sebagai berikut: disajikan secara lisan, dalam bentuk buku kumpulan tulisan sendiri, buku kumpulan tulisan kelompok, majalah kelas atau sekolah, koran kelas atau sekolah atau dipajang di kelas. Dalam prakteknya di kelas kegiatan publikasi ini dilakukan dengan cara.
1. Salah satu siswa diminta untuk membacakan hasil tulisannya. Siswa yang lain mendengarkan, setelah selesai membacakan puisinya pendengar mengapresiasi dengan memberikan tepuk tangan. Apresiasi ini dapat menumbuhkan motivasi dan semangat kepada siswa untuk menciptakan puisi yang lebih baik lagi.
2. Semua hasil karya siswa akan dipublikasikan melalui internet dengan cara membuat blog kelas. Blok ini untuk selanjutnya dapat digunakan untuk mempublikasikan karya-karya siswa yang lain. Dengan cara ini diharapkan akan menumbuhkan semangat dan kreativitas siswa dalam menulis khususnya bidang sastra.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar